Podcast Rukun Beragama

Video

Monday, November 21, 2022

Pernikahan Kristen

 



Pernikahan Kristen megikat suami istri menjadi satu dengan Kristus sebagai kepala rumah tangga perlu menjadi renungan keluarga Kristen.

Kasih Kristus

Suami istri satu dalam keragaman, dan patut meghargai keberbedaan yang ada untuk melengkapi satu sama lain. Suami istri perlu bersama-sama dalam suka dan duka untuk bertumbuh bersama menjadi seperti Kristus.

Sebuah rumah tangga bisa bertahan jika kedua insan yang mengikat janji itu belajar dari Kasih Kristus, memberi tanpa mengharapkan. Kristus menebus dosa manusia di kayu salib tanpa mengharapkan apapun selain untuk kebaikan manusia tebusan. 

Mengikut Kristus, menjadi Hamba Allah itu merdeka, karena Tuhan menolong setiap hamba-Nya untuk dapat menaati perintah-perintahnya. Hidup dalam ketaatan adalah hidup yang merdeka, dalam arti merdeka dari hukuman.

Saya percaya bahwa 26 tahun pernikahan kami (24 Maret 1966) bisa terjaga karena anugerah Tuhan. Ikrar untuk menjadi satu dalam suka dan duka, adalah ikrar yang didasarkan sebuah covenant. 

Ikrar yang memberi tanpa menuntut imbalan. Dan semuanya itu mengalir dari kasih Allah yang terus menerus melimpah dalam hidup kami.

Karena anugerah

Kesulitan dalam rumah tangga bukan hanya persoalan membangun relasi yang kian erat antara sumai istri, tapi juga dengan anal-anak. Keberhasilan membina anak-anak semata-mata anugerah Tuhan.

 Orang tua perlu memiliki semangat covenant dalam memelihara relasi dengan anak-anak. Semangat memberi tanpa menuntut imbalan. Berkorban untuk kebaikan tiapa anggota keluarga.

Kami bersyukur telah melewati pernikahan perak, begitu kata penilaian masyarakat. Tapi, itupun semata-mata karena anugerah Tuhan. Apakah kami mengalami kesulitan dalam membangun relasi keluarga?

Semua orang pasrti mengalami kesulitan dalam membangun relasi keluarga, seperti juga yang terjadi pada proses menanggalkan menusia lama, dan mengenakan manusia baru. 

Kita semua bergumul untuk mentaati Firman Allah, Kita semua bergumul untuk melawan keinginan daging, kita semua bergumul melawan dosa dan kegelapan. 

Syukur karena kemenangan Kristus di kayu salib yang membawa kita masuk dalam kesatuan dengan Kristus, serta oleh pertolongan Roh Kudus, kuasa Allah memampukan kita untuk melewati semua tantangan dan rintangan di dalam kebergantungan dengan Tuhan.

Tuhan kiranya terus memelihara keluarga kami untuk hidup memuliakan Tuhan. Doa Bapak, Ibu, dan Saudara menjadi harapan kami untuk berjalan bersama menunaikan rencana misi Allah untuk kita semua.


Cara Membangun Teologi Akademis





Cara Membangun Teologi Akademis


Pendidikan Tinggi Keagamaan Kristen di Indonesia perlu mengembangkan teologi akademis untuk mengembangkan teologi gereja, secara khusus dalam merespon jaman yang cepat berubah.

Kebekuan dalam berteologi

Pengamatan saya, pada umumnya pendidikan tinggi teologi, secara khusus yang berada dibawah gereja dan didirikan oleh gereja, hanya menjadikan pendidikan tinggi teologi itu sebagai barisan pelestari doktrin gereja. 

Produk kebijakan gereja dipaksakan diterima pendidikan tinggi teologi. Menolak produk kebijkan itu berarti harus menyingkir, dan masih bersyukur tidak disebut bidat. Itulah sebabnya, Sulit ditemukan kebebasan akademik dalam pendidikan tinggi teologi yang didirikan gereja.

Sayangnya, perguruan tinggi teologi yang didirikan yayasan atas visi seorang tokoh Kristen juga mengikuti jejak yang sama. Biasanya, adalah tabu untuk mengkaji doktrin tokoh pendiri perguruan tinggi teologi. Perguruan tinggi teologi seperti layaknya program “Vokasi”yang dihadirkan karena kebutuhan tenaga pengerja gereja.

Parahnya lagi, karya-karya akademis yang digelontorkan dosen-dosen teologi bisa dikatakan sangat langka. Mereka yang tamat doktor-doktor teologi menghabisi waktu mereka untuk mengajar, dan seakan lupa tugas panggilan mereka untuk mengembangkan pemikiran-pemikiran teologi konteks Indonesia melalui penelitian untuk pengabdian masyarakat gereja.

Teologi Akademis

Pendidikan tinggi teologi di Indonesia perlu megembangkan teologi akademik. Teologi ilmiah yang didasrkan metode ilmiah. Pengembangan teologi akademik itu tak perlu melepaskan iman bahwa Alkitab adalah firman Allah. Tapi, keyakinan Alkitab adalah firman Allah, tak perlu mengharamkan kajian teologis yang menggunakan metode -meyode ilmiah.

Saya sempat terkesima ketika banyak perguruan tinggi teologi memaksakan tamatannya hanya menghasilkan karya akhir dalam bentuk penelitian kuantitatif, tragisnya lagi mereka tak pernah belajar statistik. Teologi dijadikan sama dengan sains. Penelitian kualitatif yang perlu dikembangkan pendidikan tinggi teologi terabaikan, karena langkanya dosen metode penelitian teologi.

Lucunya, kajian-kajian teologis, filsafat dianggap tidak bermutu dibandingkan kajian empiris. Itulah sebabnya pada karya-karya penelitian dosen teologi minim pengembangan teori.

Pendidikan tinggi teologi seharusnya mengembangkan metode penelitian teologi, filosofis, tanpa mengharamkan kajian-kajian empiris. Demikian juga  Mereka yang mengembangkan kajian empiris tidak mengabaikan kajian teologis filosofis.


Dr. Binsar Antoni Hutabarat


https://www.binsarhutabarat.com/2022/11/cara-membangun-teologi-akademis.html


Sunday, November 20, 2022

Hak-Hak Asasi Manusia Menurut Alkitab




Hak-hak azasi manusia (HAM) sebagaimana tertuang dalam Deklarasi Universal HAM Tahun 1948, merupakan sesuatu yang telah lama diakui oleh bangsa-bangsa di dunia. Setidaknya itu terbukti ketika tak ada satu negara pun didunia yang menolak deklarasi universal hak-hak azasi manusia itu.

Pernyataan bahwa semua manusia memiliki martabat dan hak-hak yang sama (pasal 1-2), pengakuan akan hak-hak sipil  (pasal 3-21), dan hak-hak ekonomi, sosial dan kebudayaan (pasal 22-27) serta pasal-pasal penutup (pasal 28-30) yang menetapkan bahwa setiap orang berhak atas ketertiban sosial dan internasional dengan menjalankan kewajibannya dalam masyarakat, adalah sesuatu yang telah lama dinyatakan oleh Alkitab. 


Apakah Alkitab berbicara tentang Ham?

Pernyataan bahwa Alkitab tidak berbicara tentang HAM karena HAM baru lahir pada jaman modern merupakan pandangan yang lahir dari penafsiran biblisistis yang menekankan pada penafisiran secara literal tanpa perduli dengan aspek sejarah Alkitab. Kanonisasi Alkitab memang telah selesai jauh sebelum abad ke 17, namun konsep HAM yang dianggap dilahirkan oleh manusia modern tersebut juga tak bisa dilepaskan dari pemikiran kekristenan. 

Ham dan Hukum Kodrat

Pernyataan Deklarasi Universal HAM yang menjelaskan bahwa “All human beings are born free and equal in dignity and rights. They are endowed with reason and conscience and should act towards one another in a spirit of brotherhood.” 

Pernyataan itu dalam pemahaman John Locke terkenal dengan sebutan hukum kodrat, Nilai-nilai yang melekat pada diri  manusia karena ia diciptakan sebagai manusia. Nilai-nilai itu adalah hak-hak yang bersifat inheren, bukan diberikan oleh manusia. Sehingga dengan demikian tidak seorang pun yang mempunyai kuasa untuk merampas hak-hak tersebut dari diri manusia lain. 


Ham, Hukum Kodrat dan Alkitab

Konsep hukum kodrati yang menjadi dasar bagi sumber dari HAM itu merupakan sesuatu yang telah diakui sejak lama dalam masyarakat Kristen. Hanya saja dalam pandangan kristiani, HAM tidak mungkin dimengerti dengan baik tanpa melihatnya dalam hubungan dengan Allah pencipta manusia. Jadi dasar dari penerimaan akan manusia yang mempunyai martabat dan hak-hak yang sama bergantung pada pernyataan Allah sendiri. 

Alkitab menyatakan dalam Kejadian 1: 27 bahwa manusia diciptakan segambar dengan Allah dan manusia berbeda dari ciptaan lainnya, manusia adalah raja atas dunia  yang adalah ciptaan Allah. Dan kekuasaan manusia sebagai raja diberikan oleh Allah, sehingga manusia adalah wakil Allah dalam dunia ini. Dan Allah menciptakan manusia laki-laki dan perempuan, keduanya berada dalam kesederajatan.

Pernyataan Alkitab tentang martabat manusia yang mulia dan memiliki kesedarajatan tersebut menjadi dasar konsep HAM dalam persfektif Kristiani yang mengakui bahwa martabat manusia berasal dari Allah dan tak tertanggalkan, karena semua manusia diciptakan oleh Allah. 

Kejatuhan manusia dalam dosa juga tidak menghilangkan gambar Allah itu, walaupun dosa telah membawa kerusakan pada gambar Allah, tetapi karena kejatuhan terjadi setelah penciptaan, maka pada hakekatnya semua manusia adalah sama-sama mulia, agama apapun yang dipegang seseorang tidak mengurangi kemuliaannya sebagai manusia, karena martabat manusia itu tak tertanggalkan oelh pilihan agama apapun.

Pernyataan Alkitab yang menegaskan, semua manusia itu sama-sama mulia dapat di artikan bahwa dalam pergaulan antarsesama manusia tidak boleh terjadi perbedaan, manusia wajib berprilaku baik terhadap semua manusia, karena setiap manusia adalah imago Dei (citra Allah).

Tak satu  kekuasaan duniawi pun dapat memberi nilai intrinsik itu kepada individu. Agama Kristen memandang nilai diri manusia sebagai tujuan yang terletak di luar kekuasaan negara. Martabat manusia tidak hanya tujuan diri bagi dirinya saja, melainkan tujuan diri itu sendiri.  Menurut Alkitab manusia mendapat mandat dari Allah untuk mengelola alam semesta. Maka hal itu juga berarti bahwa semua manusia berkewajiban untuk menjaga implementasi dari hak-hak asasi tersebut.


Implementasi Ham Menurut Alkitab

Ham dalam perspektif kristiani tidak berarti suatu kebebasan tanpa batas dalam arti dapat melakukan apa saja yang manusia inginkan, karena manusia diperintahkan Allah untuk melakukan perintah Allah atau hukum-hukum Allah. Manusia yang berada dalam Allah memiliki kemerdekaan, tetapi tidak berarti bebas tanpa batas, karena kebebasan dalam perspektif kristiani bukan kebebasan untuk melakukan apa saja, sebaliknya kebebasan untuk melakukan apa yang Allah perintahkan, tanpa ketaatan pada Allah manusia tidak memiliki kebebasan. 

Menurut pandangan Kristen kebebasan bukanlah kebebasan untuk berbuat baik atau jahat, karena setiap orang diwajibkan untuk mentaati kehendak Tuhan yang baik dan benar. Sebagaimana Allah yang bebas itu tidak berbuat dosa dalam kebebasannya, maka manusai yang diciptakan oleh Allah wajib bergantung pada Allah dalam menjalankan kebebasannya agar manusia dapat melakukan apa yang benar dalam kebebasannya.

Perlindungan HAM hanya mungkin jika secara bersamaan berisi kewajiban untuk menjaga hak-hak orang lain, singkatnya, tidak ada tanggung jawab tanpa ketaatan dan demikian juga tidak ada tanggung jawab tanpa kebebasan 

Kita tentu setuju jika hak dipahami hanya sebagai klaim atas orang lain, dan tidak juga sebagai tanggung jawab moral dipihak kita, maka perjuangan HAM telah disalahtafsirkan sebagai tidak lebih dari sebuah pergulatan kekuasaan, dan dengan demikian istilah HAM lalu menjadi slogan yang indah untuk suatu perang ideologi atau suatu eufemisme untuk perjuangan bersenjata. Perjuangan Ham menjadi alat agitasi yang menyulut permusuhan ketimbang sebuah advokasi positif dan konstruktif.

Apabila kita setuju bahwa HAM adalah nilai-nilai moral universal yang melampaui klaim-klaim partikular atau parokhial, maka perlu dimaknai sebagai hak-hak moral yang dimiliki oleh setiap orang semata-mata oleh karena ia adalah manusia, dan ia hanya terwujud di dalam saling keterkaiatan dengan tanggung jawab moral. HAM sebagi nilai-nilai moral universal itu tidak pernah berdiri sendiri, sebaliknya selalu terkait dengan hak-hak yang sah dari orang lain dan kewajiban kita untuk menghormati hak-hak orang lain itu.

Manusia yang memiliki hak-hak yang sama tersebut juga memiliki kewajiban yang sama pula, yaitu untuk menjaga hak-hak orang lain. Karena hak baru menjadi hak ketika kewajiban dilaksanakan, demikian juga kewajiban baru dapat dilaksanakan ketika hak-hak dihormati.   

Batas-batas pelaksanaan hak kodrati  setiap manusia dibatasi oleh jaminan pelaksanaan hak kodrati. Dan batas-batas tersebut ditentukan oleh hukum. Semua hak yang diperlukan oleh manusia untuk memenuhi panggilan Allah adalah HAM, karena HAM adalah semua hak manusia untuk hidup sebagai manusia, namun pemenuhan HAM hanya terjadi ketika semua manusia memiliki kewajiban untuk menjaga hak-hak orang lain, dan secara otomatis hal tersebut juga merupakan pemenuhan hak-hak setiap orang.


Dr. Binsar Antoni Hutabarat


https://www.binsarhutabarat.com/2020/11/hak-hak-azasi-manusia-menurut-alkitab.html


Bersyukurlah Kepada Tuhan

Bersyukurlah Kepada Tuhan  I Tes 5: 18, 2 Tes 1:3-7 Mengapa kita mengucap syukur kepada Allah dalam penderitaan? 1.  Penderitaan membuat kit...