Wednesday, October 26, 2022

Mabuk Scopus, Jurnal Bereputasi

 


https://www.facebook.com/Binsarhutabaratcenter



Mabuk Scopus, Jurnal Bereputasi


Jabatan, takhta atau kedudukan masih saja menjadi incaran manusia-manusia ambisius nir etis yang berpusat pada ego tanpa peduli dampak menghancurkan yang kerap menyertai tindakan meraup kekayaan sebesar-besarnya melalui jabatan itu. 

Napsu untuk mendapatkan jabatan fungsional Guru Besar dengan menghalalkan segala macam cara menjadi fenomena biasa bagi para cendikiawan, penjahat berkerah putih yang “Mabuk Scopus”jurnal bereputasi. 

Meski harus menggelontorkan  puluhan juta rupiah, mereka yang mabuk scopus itu rela tak peduli, asalkan napsu memilik artikel yang dimuat pada jurnal terindeks scopus sebagai syarat menjadi Guru Besar (Profesor) terpenuhi.

Persyaratan jabatan Guru Besar yang mewajibkan seorang dosen memiliki artikel yang dimuat pada jurnal terindeks scopus terindikasi berpengaruh sinifikan terhadap menjamurnya lembaga-lembaga bimbingan menulis artikel ilmiah, bahkan terindikasi ada joki-joki scopus yang menjamin dosen yang tak mampu meneliti dan menulis karya ilmiah bisa memiliki artikel yang dimuat di jurnal terindeks scopus. 

Mereka yang mabuk scopus bukannya berjuang menghasilkan karya penelitian yang berguna bagi masyarakat dengan temuan-temuan baru mereka, tapi dalam mabuknya mereka kerap berceloteh artikel scopus mereka terus bertambah, bahkan dalam mabuknya mereka kerap lupa bahwa utamanya bukanlah publikasi, tapi karya bermutu!

Bisnis jurnal terindeks scopus, juga diikuti bisnis jurnal bereputasi terindeks Sinta, apalagi jurnal-jurnal terindeks Sinta 1 dan Sinta 2, syarat untuk memiliki jabatan Lektor Kepala dan Guru Besar. Apa jadinya jika publikasi pada  jurnal bereputasi itu tidak menghadirkan artikel hasil penelitian bermutu?

Check Plagiarism yang menjadi alat untuk membantu mendeteksi apakah sebuah artikel itu plagiasi atau tidak, sebaliknya dijadikan alat untuk “mengelabui”bahwa artikel plagiasi itu tidak terdeteksi alat check Plagiarism. Apalagi dengan hadirnya aplikasi-aplikasi yang memudahkan membuat paraphrase sehingga artikel plagiat itu tidak terdeteksi sebagai artikel plagiat. Untuk mereka yang paham tentu saja tetap mampu mendeteksi, apakah sebuah artikel itu plagiasi atau tidak.

Kementerian Pendidikan Indonesia perlu tanggap terhadap banyaknya jurnal-jurnal predator, tetapi juga terhadap gencarnya publikasi artikel tak bermutu pada jurna-jurnal bereputasi seperti jurnal terindeks scopus dan jurnal terindeks Sinta.

Para dosen pendidikan tinggi keagamaan yang tergabung dalam Kementerian Agama Republik indonesia perlu mewaspadai fenomena “mabuk scopus,” apalagi, Jabatan Guru Besar rumpun ilmu agama kini berada di Kementerian Agama.

Kita bersyukur atas meningkatnya publikasi cendekiawan Indonesia pada jurnal-jurnal bereputasi, seperti jurnal terindeks scopus dan terindeks Sinta. Tapi, jika publikasi pada jurnal-jurnal bereputasi itu tidak menghadirkan karya-karya bermutu, dan hanya menghadirkan multiplikasi mereka yang mabuk scopus, apa gunanya untuk kemajuan pendidikan bangsa indonesia?

Pemerintah dan para cendikiawan di negeri ini mesti mewaspadai jatuhnya jabatan-jabatan penting pada mereka yang tidak bermutu. Pemerintah Indonesia perlu waspada pada hadirnya para makelar jabatan, tapi juga joki-joki jurnal terindeks scopus, atau jurnal bereputasi.

Kiranya negeri ini bisa bebas dari penjajahan jurnal terindeks scopus dan juga jurnal bereputasi. Publikasi hanyalah alat, bukan tujuan. 

Dr. Binsar A. Hutabarat

Ketua Umum Asosiasi Program Studi Teologi dan PAK (ASPROTEPAK)




Tuesday, October 25, 2022

Meningkatkan keterampilan menulis

https://www.facebook.com/Binsarhutabaratcenter



CLICK HERE!

HOME SCHOOL KLIK DISINI!

Menulis selalu saja menghadirkan sebuah karya baru, dan jika menulis tidak menghadirkan kebaruan, itu berarti penulis hanya mengutip saja hasil karya orang lain, jika pengutipan itu tanpa mencantumkan sumber, biasa disebut plagiasi. Kemuadian ada banyak cara dilakukan orang untuk menghindari plagiasi, sayangnya yang terjadi kemudian bukanlah karya-karya penelitian yang penting bagi kemajuan masyarakat, tetapi hanya sekadar memperbaharui kalimat, tanpa menghadirkn temuan baru, jika demikian, maka tenaga yang begitu banyak dikeluarkan itu, bisa jadi tak berdampak apapun. 


Menulis merupakan ketrampilan, berarti menulis itu perlu latihan, makin giat kita berlatih menulis, maka tulisan kita akan semakin indah, dan mudah dibaca orang lain, artinya pesan yang ingin kita sampaikan lewat tulisan, dapat diterima dengan baik sesuai dengan maksud si penulis.

Menulis juga memerlukan pengetahuan, antara lain pengetahuan tata bahasa, terkait kata, prasa atau kalimat. Demikian juga pengetahuan tentang paragraf. Alur logis tulisan dapat semakin baik dengan makin bertambahnya pengetahuan tentang logika, dan semua pengetahuan itu menungjang penulis untuk terampil menulis dengan baik.

Penulis juga perlu menghargai sebuah tulisan sebagai sebuah karya yang menghadirkan temuan baru. Itulah sebabnya penulis yang menghargai sebuah karya tulis akan menjauhkan diri dari kegiatan yang menjurus pada plagiasi.


Selamat Menulis!!!


https://www.binsarhutabarat.com/2022/10/meningkatkan-keterampilan-menulis.html


Pelarangan ibadah tak boleh terjadi di Indonesia

http://dlvr.it/T6tpgz