Debat satu arah Patris Allegro melukai umat Protestan
Setelah saya mengamati video-video Patris Allegro dengan sangat mudah dipahami bahwa Patris Allegro mempromosikan debat satu arah, yaitu melihat Protestan masa kini melalui dogma Katolik dengan membaca perpecahan katolik dari satu arah, yaitu dogma katolik.
Parahnya lagi pembacaan sejarah konflik masa lampau itu dibaca satu arah dengan dogma katolik, dan kemudian melabelkan Protestan sesat. Itulah sebabnya saya mengatakan Patris Allgro telah melukai umat Protestan, mungkin secara tidak sengaja atau karena ketidaktahuannya, dan saya mengusulkan Patris Allgro perlu menghentikan debat satu arahnya yang tidak produktif.
Secara sembarangan Patris Allegro mengibaratkan Protestan agama yang palsu, dan Katolik agama yang benar, itulah sebabnya video-video nya menimbul perbantahan.
Meskipun video-video Patril Allegro menimbulkan perbantahan, Allegro tetap saja menolak debat dengan apologet protestan dengan alasan dogma Katolik sudah final.
Beda debat dan dialog yang tidak saling mengalahkan
Debat biasanya kita jumpai dalam pemilihan calon-calon terbaik pimpinan publik, seperti pemilihan Presiden, atau pejabat publik lainnya.
Debat bertujuan memilih calon terbaik yang bisa membuktikan kebijakan yang diusung itu yang terbaik dengan menunjukkan bukti-bukti.
Lawan debat biasanya akan menunjukkan bukti-bukti ketidakkonsisitenan kebijakan lawan dan menunjukan bukti-bukti kekonsistenan kebijakan yang diusung sang calon.
Debat iman yang dipamerkan Patris Allegro jelas menyerang dogma Protestan seperti sola scripura, sola fide, sola Kristus. Dogma Protestan itu dibaca Allegro dengan dogma Katolik, tentu saja tidak ada kesesuaian.
Tujuan Patris Allegro ingin membuktikan dogma Katolik yang diserang aploget Protestan membawanya jatuh pada kesalahan yang sama, misalnya terkait bahasan tentang otoritas Paus, dan Ketidak berdosaan Maria.
Debat satu arah Patris Allegro langsung saja menimbulkan perlawanan balik dari pendukung apologet Protestan.
Meskipun debat itu menolong masyarakat mengetahui perbedaan Katolik dan Protestan, debat itu tidak akan meruntuhkan mereka yang beriman Katolik atau yang beriman Protestan.
Patris Allegro perlu sadar bahwa Debat bisa menimbulkan dampak negative, yaitu menyemaikan bibit intoleransi, apalagi ketika label sesat disematkan pada Katolik atau Protestan.
Debat yang tidak produktif itu telah menghidupkan kembali Konflik masa lampau yang telah selesai, dan sama sekali tidak produktif dalam hubungan antaragama, kepercayaan, aliran dalam negara yang mengakui keberagaman agama dan kepercayaan berdasarkan Pancasila, secara khusus sila Ketuhanan Yang Maha Esa.
Patris Allegro perlu mempertimbangkan untuk mengambil alternative dialog yang saling tidak mengalahkan. Dan Patris Allegro perlu sadar bahwa Protestan memang beda dengan Katolik, tidak perlu mengibaratkan Protestan agama palsu, Katolik agama yang benar dan final. Patris allegro dalam hal ini telah menempatkan diri sebagai hakim.
Dalih bahwa apa yang diungkapkannya adalah sejarah masa lampau tentu saja tidak tepat, sejarah itu bisa dibaca berbeda dari dua sisi berbeda. Dan pembacaan sejarah yang berbeda itu tidak perlu di klaim ada yang benar dan ada yang salah.
Realitas itu terbatas dipahami dengan dibaca dengan teori. Jika bicara iman, tergantung iman apa yang digunakan. Jika perpecahan katolik dan protestan dibaca dengan dogma Katolik, maka Protestan yang bertentangan dengan dogma Katolik dianggap sesat.
Tapi, jika perpecahan Katolik dibaca dengan Dogma Protestan, maka katolik dianggap sesat. Tapi, Protestan dan katolik saat ini adalah identitas yang berbeda, tentu saja tidak bisa lagi dibaca secara pihak.
Katolik bisa saja mendiskusikan masalah lampau itu untuk saling memahami dan membangun hubungan yang lebih baik antara Protestan dan Katolik. Itulah sebabnya saya menawakan dialog damai antara Katolik dan Protestan yang tidak saling mengalahkan.
https://www.binsarinstitute.id/2024/09/debat-satu-arah-patris-allegro.html