Sunday, February 27, 2022

Tes Wawasan Kebangsaan Perlu Di Kaji

 




Tes Wawasan Kebangsaan Perlu Di Kaji 

Wajar saja jika Tes Wawasan Kebangsaan (TWK) jadi perbincangan luas. Isu yang mencuat adalah bahwa tes TWK itu sengaja diberikan untuk menjerat puluhan pegawai Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) agar tak lolos menjadi ASN.

 

Materi Test

Menurut Badan Kepegawaian Negara (BKN) TWK adalah materi yang bertujuan untuk menguji seberapa baik wawasan kebangsaan dan pengetahuan calon ASN tentang Pancasila, UUD 1945, Bhineka Tunggal Ika, NKRI, Nasionlisme, Bahasa Indonesia, dan Wawasan pilar negara.

 

Lebih lanjut dijelaskan bahwa  Uji kemampuan ini dilakukan karena salah satu fungsi aparatur sipil negara (ASN) sebagai perekat NKRI, penjamin kesatuan dan persatuan bangsa. Dijelaskan juga tes wawasan kebangsaan adalah seperti bagaimana seorang mengamalkan sila pertama Pancasila dalam kehidupan beragama di lingkungan tempat tinggalnya.

 

Berdasarkan hal tersebut dapat dipahami, jika test tersebut bertujuan untuk mengukur pemahaman rata-rata calon ASN, dan kemudian KPK berencana meningkatkan pemahaman pegawai KPK tentang wawasan kebangsaan mungkin hal itu dapat diterima.

Persoalannya, tes tersebut jadi alat untuk menilai seseorang itu berwawasan kebangsaan atau tidak. Para pakar tes tentu memahami, siapa yang menentukan bahwa butir tes tersebut bisa jadi indikator bahwa seorang itu berwawasan kebangsaan?


 Pengukuran Mental

Pengukuran mental, sebenarnya tak pernah menjadi alat untuk menghakimi, tetapi jadi alat untuk merencanakan pembinaan. 

Jadi, sangat beralasan jika tes itu dicurigai untuk mendepak pegawai KPK yang tidak disukai, apalagi yang melakukannya adalah pimpinan KPK. Mestinya itu dilakukan oleh badan independen. Dan sekali lagi itu juga bukan alat menghakimi.

 Jawaban Tunggal

 Mengamati butir pertanyaan yang diberikan dalam tes TWK kita tentu terperangah, kenapa test itu memiliki jawaban tunggal, dan orang yang tidak mengisi sesuai jawaban pembuat tes dianggap tidak berwawasan kebangsaan.

 

Pembuat tes juga perlu menyadari bahwa tes model skala Likert itu untuk mengukur sikap, dan tidak boleh tes yang diberikan itu ketika diisi peserta menimbulkan rasa bersalah. Kalau sampai terjadi maka hasil tes tentu tidak valid.

 

Apabila kita perhatikan butir pertanyaan TWK, maka sebenarnya tidak boleh ada jawaban tunggal dari pertanyaan tersebut. Jika ada yang menentukan jawaban tunggal kita akan bertanya, siapa yang memberikan jawaban tunggal?

 

 Kecurigaan bahwa Tes Wawasan Kebangsaan merupakan warisan Orde Baru wajar saja, karena tes itu sebenarnya mirip dengan kerja Orde Baru, dimana pemerintah memiliki hak sebagai penafsir tunggal dari Pancasila.

 

Menurut saya tes ini perlu dikaji ulang, karena bagi pakar-pakar tes dengan memerhatikan butir-butir tes TWK, jelas tes itu perlu dipertanyakan.

 

Apalagi melansir berita media, bahwa keinginan tes lebih banyak dari kehendak Pimpinan KPK melalui peraturan komisi sehingga dapat dipahami siapa yang menjadi penafsir tunggal dari tes yang dianggap dapat mengukur wawasan kebangsaan seseorang.  

 

Berikut daftar pertanyaan tersebut.

1. Saya memiliki masa depan yang suram.

2. Saya hidup untuk menebus dosa-dosa masa lalu.
3. Semua orang China sama saja.

4.Semua orang Jepang kejam.

5. UU ITE mengancam kebebasan berpendapat.

6. Agama adalah hasil pemikiran manusia.

7.  Alam semesta adalah ciptaan Tuhan.

8.Nurdin M Top, Imam Samudra, Amrozi melakukan jihad.

9. Budaya barat merusak moral orang Indonesia.

10.Kulit berwarna tidak pantas menjadi atasan kulit putih.

11.Saya mempercayai hal ghaib dan mengamalkan ajarannya tanpa bertanya-tanya lagi.

12. Saya akan pindah negara jika kondisi negara kritis.

13. Penista agama harus dihukum mati.

14. Saya ingin pindah negara untuk kesejahteraan.

15. Jika boleh memilih, saya ingin lahir di negara lain.

16. Saya bangga menjadi warga negara Indonesia.

17. Demokrasi dan agama harus dipisahkan.

18. Hak kaum homoseks harus tetap dipenuhi.

19. Kaum homoseks harus diberikan hukuman badan.

20. Perlakuan kepada narapidana kurang keras. Harus ditambahkan hukuman badan.

 

Soal esai 1. OPM 2. DI/TII 3. PKI 4. HTI 5. FPI. 6. Rizieq Shihab 7. Narkoba 8. Kebijakan pemerintah 9. LGBT 

Tepat apa yang dikatakan Mantan Wakil Ketua KPK Saut Situmorang  "Kalau tidak lulus tes COVID itu dibuktikan dengan bukti lab dengan metode tes yang diterima secara ilmiah, hasilnya disampaikan ke pasien. Tidak lulus tes masuk ASN juga analoginya sama harus ada tabulasi tiap orang mengapa seseorang tidak lulus di lembaga yang dia sudah bekerja tahunan yang KPI (Key Performance Indicator)-nya sudah terbukti," ucap Saut.

 

Lebih lanjut, Saud menjelaskan seharusnya tujuan dari proses alih status tersebut adalah memilih pegawai yang mampu membangun kinerja, dedikasi, kompetensi, dan integritas dalam pemberantasan korupsi. Pegawai yang telah bekerja dalam upaya pemberantasan korupsi tidak perlu diragukan lagi integritasnya. 

 

Artinya pegawai KPK hanya bisa dikatakan tidak berwawasan kebangsaan, jika memang terdapat kasus-kasus pelanggaran hukum, pelanggaran kode etik, dan tindakan kriminal. Itulah yang bisa jadi alat ukur bahwa seseorang itu tidak berwawasan kebangsaan.

 

Sedangkan tes wawasan kebangsaan itu hanya berguna untuk merencanakan bagaimana meningkatkan wawasan kebangsaan pegawai KPK, dan bukan jadi alat menghakimi.



https://www.binsarhutabarat.com/2021/05/tes-wawasan-kebangsaan-perlu-di-kaji-ulang.html




Saturday, February 26, 2022

Toleransi di Kampung Sawah Jadi Teladan





Toleransi di Kampung Sawah Jadi Teladan 


GPPS Talitakum Kampung Sawah memiliki hubungan dengan lingkungan yang baik.


Gereja Pantekosta Pusat Surabaya (GPPS)  Talitakum Bekasi sejak 1965 merupakan pos dari Gereja Pantekosta Cawang. Karena jemaat yang berdomisili di Bekasi banyak yang sudah berusia tua, mereka tidak kuat lagi pergi ke Cawang untuk ibadah. Akhirnya mereka pun minta ijin majelis gereja untuk melaksanakan ibadah di Bekasi. Pdt. Samuel Lemuhut sendiri baru masuk pada 1965.

Kemudian tahun 1976 dibangunlah gereja yang di depan itu. Itu dibangun atas swadaya jemaat dan juga bantuan dari gereja lain.  GKI ikut membantu, maka berdiri gereja seperti sekarang ini.

Selama itu tidak ada konflik dengan warga sekitar. Pada awal berdirinya gereja, pendetanya sangat dihormati masyarakat, karena dia juga seorang guru. Jadi tidak ada masalah dengan warga. Di tahun 1968 – 1969 misalnya, ketika Samuel Lemuhut baru tiba di kampong itu, suasana kerukunan antarmasyarakat sangat bagus.  Kalau hari Lebaran, warga datang mengantarkan makanan ke rumah Samuel Lemuhut. Sebaliknya kalau Natal, keluarga Samuel membagi-bagikan makanan ke warga.


Tetapi situasi yang sangat bagus itu mulai berhenti saat ada orang diundang  berkhotbah di masjid. Orang itu dalam khotbah mengatakan bahwa makanan dari orang Kristen itu haram. Maka sejak itu warga menolak makanan yang diberikan oleh orang-orang Kristen. Yang saling memberi makanan hanyalah warga berbeda agama yang masih punya hubungan keluarga.

“Ceramah dari pendatang itu membuat semua orang menjadi antipati terhadap masyarakat Kristen,” kata Samuel Lemuhut. Namun untunglah pemuka agama (haji) di sana masih banyak yang berpikiran moderat. Dengan mereka Samuel sering menjalin dialog. Dalam arisan pun Samuel kerap berbincang dengan ustadz-ustadz setempat. Dan tidak ada masalah. Yang dikhawatirkan Samuel justru ustadz-ustadz yang datang dari luar memberikan ceramah.

Gereja sering membagikan sembako bekerja sama dengan lembaga lain, seperti GKI. Tetapi waktu diadakan acara bagi sembako di gereja beberapa waktu lalu, warga yang datang hanya sekitar 60%. Kabarnya ada penduduk yang merasa “ngeri” kalau ke gereja mengambil sembako. Maka panitia berpikir agar suatu saat nanti menyelenggarakan acara bagi sembako jangan di gereja, tetapi di kelurahan atau RW. Sewaktu acara pengobatan gratis, banyak juga warga yang datang.

“Jadi dengan masyarakat sini cukup baik, kondusif. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Hanya kalau ada orang yang melambung kemari, ini yang kita khawatirkan,” kata Samuel Lemuhut. Dan Lurah dan RW pun selalu mengatakan siap menjaga bila ada orang dari luar yang mencoba mengganggu gereja. Tetapi lurah itu kebetulan masih ada hubungan saudara dengan Samuel Lemuhut.

Memang ada keinginan untuk mengurus surat ijin gereja. Namun karena situasi aman-aman saja, pihak gereja pun masih berpikir-pikir juga. “Sebab untuk mengurus surat ijin itu kan perlu uang. Duitnya dari mana? Jadi selama aman-aman, kita berdiam dulu. Tapi saya sudah mulai mengumpulkan KTP, KTP jemaat, kita mau cek berapa orang. Kalau nanti dari pemerintah bertanya sudah sampai mana kegiatannya, saya sudah memulai,” kata Pdt Samuel Lemuhut.


Menurut Samuel, pihaknya belum bergabung dengan FKUB, tetapi sudah bergabung dengan Badan Kerja Sama Antar Gereja se-kecamatan. Ada beberapa gereja yang bergabung di sana. Dan setiap bulan pengurus gereja-gereja itu berkumpul. Dengan pemerintah GPPS pun  dekat. Tahun kemarin (2010), GPPS mengadakan acara buka puasa bersama. Camat dan tokoh-tokoh masyarakat diundang. Direncanakan ini menjadi agenda setiap bulan puasa.

Selain hubungan dengan pemerintah dan masyarakat cukup bagus, soal persyaratan ijin lingkungan, pun kelihatannya tidak akan jadi masalah. Pasalnya di lingkungan itu ada banyak warga Kristen, seperti di Rt 1 dan Rt 3. Jadi untuk mendapatkan sekitar 60 – 90 tanda tangan tidak terlalu masalah. Jadi, Perber bukan merupakan halangan bagi GPPS. Sekalipun demikian, Pdt Samuel Lemuhut berpendapat kalau Perber itu harus direvisi. Perber seolah-olah membatasi orang. Sebab  UUD 1945 menyatakan bahwa setiap orang diberi kebebasan beribadah dan memeluk agama dan beribadah menurut agamanya masing-masing. sementara aturan-aturan dalam Perber banyak yang bertentantan dengan UUD 1945 yang merupakan peraturan pokok.  Samuel juga mempertanyakan kenapa pemerintah daerah ikut-ikutan mengurus agama, sebab itu kan urusan pemerintah pusat. “Menurut saya, kita kembali ke pokok UUD 1945. Kalau itu kan mudah, sudah tidak ada masalah,” katanya.



 Kerukunan pun  tidak perlu diatur-atur. Kerukunan itu kan sudah otomatis. Apalagi dalam ajaran agama Kristen dikatakan: “Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri”. Jadi kita tidak memandang apakah dia Islam apakah dia Kristen. Sesama manusia kita saling mengasihi.

Labih bagus kalau UU Kerukunan diganti menjadi UU Kebebasan Beragama. Masyarakat tahu kalau beribadah itu adalah hak. Agama itu tidak bisa dipaksakan kepada orang lain, karena ini urusan pribadi kita dengan Tuhan. Mendirikan rumah ibadah jangan lebih sulit daripada mendirikan rumah pribadi. Gereja adalah tempat membina jemaat, membina manusia, ikut membangun karakter bangsa.

Tapi di atas semua itu, gereja di mana pun harus membangun hubungan baik dengan masyarakat sekitar.  Kalau hubungan sudah baik dalam masyarakat, bila ada gangguan dari luar, semua masyarakat akan menghadapi bersama-sama.

Wajah Ganda Agama

 



Wajah Ganda Agama

   Wajah Ganda Agama yaitu wajah damai dan wajah garang perlu diwaspadai secara khusus yang muncul pada fanatisme agama.


Wajah Ganda Agama

Agama pada satu sisi dapat menjadi agen pembawa damai, namun pada sisi alin juga menampilkan wajah garang yang tampil dalam koflik agama. Umat beragma di Indonesia, termasuk umat Kristen perlu mewaspadai fanatisme agama yang dekat dengan radikalisme agama yang kerap menampilkan kekerasan agama.

penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, sekitar 2,5 persen masyarakat Indonesia memiliki paham radikalisme. Radikalisme tidak identik dengan terorisme, namun, upaya preventif agar mereka yang memiliki paham radikal itu  tidak terkooptasi menjadi teroris harus dikerjakan secara bersama termasuk dalam hal ini umat Kristen.


Dalam terminologi politik, istilah “radikalisme” mengacu pada individu atau gerakan yang memperjuangkan perubahan sosial atau sistem politik secara menyeluruh. 

Radikalisasi dalam beragama muncul di tengah panggung politik secaraglobal.  Kekerasan atas nama agama seringkali muncul dari perbedaan dalam memahami kitab suci dan agama itu sendiri.


Pelaku tindakan kekerasan atas nama agama merasa paling beriman di muka bumi. Karena menganggap diri sebagai makhluk agung di antara manusia, mereka mengangkat dirinya sebagai orang yang paling dekat dengan Tuhan. Karena itu gemar memaksakan kehendaknya.


Kaum radikalisme agama memandang dirinya berhak memonopoli kebenaran, seakan-akan mereka telah menjadi wakil Tuhan yang sah untuk mengatur dunia ini berdasarkan tafsiran monolitik mereka terhadap teks suci. 


Kelompok Radikalisme agama ini kerap  mengumandangkan  penolakannya untuk memberikan proteksi terhadap  kebebasan beragama yang ditetapkan dalam konstitusi negeri ini.


 “sebagian besar orang memang mengakui keberagaman dan perbedaan, namun dengan sikap curiga dan merasa terancam, sehingga tidak terjadi pergaulan yang saling memperkaya.” 


Meningkatnya intoleransi agama tersebut diteguhkan dengan maraknya cluster-cluster yang membelah masyarakat berdasarkan agama. Cluster-cluster masyarakat berdasarkan agama di negeri ini terus meningkat, dan parahnya usaha integrasi antar kelompok itu sebaliknya makin melemah. 


Dampak Fanatisme Agama 

Hubungan antar agama di negeri ini bisa dikatakan sedang bergerak mundur dari hubungan yang bersifat saling memperkaya, creative proexistence, ke level yang lebih rendah yakni hubungan yang sekadar tidak saling mengganggu (live and let live). Bahkan  pada beberapa tempat di negeri ini hubungan antarumatt beragama itu sedemikian buruk yakni sudah pada taraf menampilkan hegemoni agama yang menjurus pada kekerasan agama (live and let die). 


Pertumbuhan sebuah agama kerap diringi dengan pembelengguan kebebasan beragama pada agama-agama yang berbeda. Lahirnya perda-perda bernuansa agama, baik perda syariah maupun raperda Injil meneguhkan hubungan antar agama yang amat memperihatinkan itu.


Masyarakat Indonesia yang mulanya hidup saling memerhatikan dan saling memercayai  bergerak mundur menjadi hubungan yang penuh kecurigaan, dan perasaan terancam. Kondisi terancam itu membuat agama-agama kehilangan kesadaran interdepedensi satu dengan yang lainnya, yang ada hanyalah usaha bagaimana agama-agama itu mempertahankan eksisitensinya tanpa memedulikan akibatnya pada yang lain, atau dengan sengaja menekan pertumbuhan agama yang lain.


Radikalisme dan fanatisme keagamaan yang semakin subur di negeri ini ternyata berdampak buruk terhadap kerukunan antarumat beragama yang lama bersemayam di negeri ini. Deradikalisasi agama menjadi persoalan penting yang harus dikerjakan dengan serius jika memang kita ingin melihat agama-agama di negeri ini terus menebarkan wajah perdamaian.



Mewaspadai Wajah Ganda Agama

 Di satu sisi, secara unik dan inheren agama hadir dengan berbagai sifat eksklusif, partikularis, dan primordial. Namun di sisi lain, pada waktu yang bersamaan, ia kaya dengan identitas yang berelemen inklusif, universalis, transendental. Kedua sisi ini datang silih berganti  secara simultan. Itu sebabnya mengapa agama berpotensi menampakkan wajah kekerasan dan wajah perdamaian.


Karena itu penggambaran agama yang melulu penuh kekerasan dan tidak toleran merupakan gambaran yang tidak lengkap.   Karena banyak gerakan-gerakan religius mutakhir dengan agenda yang sama untuk mendukung keadilan, toleransi, dan perdamaian.


Untuk Indonesia, konflik agama terbilang relatif kecil pada era orde lama maupun orde baru. Pada era tersebut, konflik lebih disebabkan oleh ketidakpuasan sekelompok masyarakat terhadap pemerintah berupa usaha-usaha untuk memisahkan diri dari negara kesatuan RI. 


Namun, pada masa reformasi panggung konflik di Indonesia beralih ke etnis dan agama. 


Jadi konflik agama yang berujung pada kekerasan sesungguhnya bukanlah warisan sejarah Indonesia. Bahkan, posisi agama yang begitu terhormat di negeri ini awalnya telah mempopulerkan Indonesia  sebagai tempat persemaian yang subur bagi agama-agama. Perjalanan sejarah negeri ini menyaksikan bahwa agama bukan sumber masalah, dan kontribusi positif agama-agama sangat dibutuhkan. 



Betapapun universalnya suatu agama dan  betapapun kekalnya doktrin-doktrin agama itu, kepercayaan-kepercayaan ini tidak bisa menjadi prinsip ideologis formal bagi kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara bagi semua warga negara dan masyarakat Indonesia.  


Negara yang  membiarkan agama tertentu menjadi alat penentu untuk memperlakukan para warga negara secara berbeda, sama saja dengan  mengabaikan prinsip-prinsip inklusifitas dan non-diskriminasi yang terdapat di dalam Pancasila. 


Ketika politik mengizinkan dirinya dikooptasi oleh agama, seketika itu juga ia kehilangan fungsinya yang paling luhur, mengayomi dan memperlakukan warganya secara adil, tanpa diskriminasi.


Lahirnya peraturan-peraturan yang bernuansa agama meski dengan alasan demi merukunkan antarumat beragama justru telah membuat kehidupan antarumat beragama menjadi tidak rukun, dan penuh konflik, karena kehadiran undang-undang bernuansa agama tak terbantahkan sarat dengan politisasi agama. 


 Semangat yang menampilkan kekerasan agama sebagaimana dipertontonkan kaum radikalisme keagamaan adalah buah dari cara-cara beragama yang salah tersebut.


Konteks Kristen


Radikalisme agama ada pada semua agama, termasuk dalam kekristenan. Karena itu umat Kristen Indonesia harus mewaspadai hal itu. Khusunya Fanatisme agama yang dekat dengan radikalisme agama.


Fanatisme agama selalu mengandaikan ke-murni-an atau purifikasi agama yang pada kenyataannya mustahil, karena sejarah dan realitas terus bergerak. Golongan fanatisme agama cenderung menganggap dirinya lebih murni atau suci, saleh dan benar sendiri, tanpa dibarengi nalar kritis.

Pebedaan-perbedaan pemahaman kemudian melahirkan fanatisme-fanatisme sektarian dan semakin melembaga.Fanatisme dan ketiadaan pemahaman tentang esensi beragama dan ber-Tuhan  membuat pemeluk agama melihat agama lain darikacamata kepicikan yang sempit, sehingga cenderung merendahkan agama lain, atautafsiran agama dari kelompok agama yang berbeda dengan mereka.


Kelompok fanatisme agama merupakan segerombolan orang-orang yang berupaya untuk terus memelihara nilai-nilai terdahulu yang mereka anut, menghadirkan monumen masa lalu ke masa sekarang. 

Fanatisme adalah sikap terlampau kuat atau berlebihan menyakini ajaran agama. Akibatnya, sering kali melahirkan tindakan yang anti keberagaman. Fanatisme cenderung melahirkan arogansi, menebar kebencian, anti perbedaan, dan dekat dengan kekerasan. “Fanatisme adalah musuh besar kebebasan.” Artinya, dimana fanatisme tumbuh dengan subur, di situ pastilah terjadi pemasungan kebebasan beragama.


Dr. Binsar A. Hutabarat


https://www.binsarinstitute.id/2021/11/wajah-ganda-agama.html

Tuesday, February 22, 2022

Mengasihi Allah dan Sesama Manusia

 

Mengasihi Allah dan Sesama Manusia

Matius 22: 37 menjelaskan, “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akalbudimu.” Kemudian Ayat 39 mengatakan, “Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.” 

Apa yang dikatakan Yesus itu telah dituliskan dalam Ulangan 6: 4-5, “Dengarlah, hai orang Israel: Tuhan itu Allah kita, Tuhan itu esa! Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu.”


Mulai dari mendengar

Pengakuan iman mulai dari mendengar (shema, to hear). Dan pengakuan iman yang terbesar mulai dari mengasihi Allah dengan segenap hati, segenap jiwa, pikiran, kekuatan. Artinya, mengasihi Allah melibatkan kehendak serta hati. Dimana ada kasih kepada Allah disana ada ketaatan kepada Allah.

Selanjutnya, Kasih kepada Allah tidak dapat dipisahkan dengan kasih kepada sesama manusia. Yesus mengutip Imamat 19:18, “Janganlah engkau menuntut balas, dan janganlah menaruh dendam terhadap orang-orang sebangsamu, melainkan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri; Akulah TUHAN.”

Siapakah Sesamaku Manusia

Mengenai siapakah sesama manusia pernah ditanyakan oleh Ahli Taurat  yang setuju bahwa mengasihi Allah dan sesama merupakan pengakuan iman terbesar, Lukas 10: 27, Jawab orang itu: “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu, dengan segenap jiwamu, dan dengan segenap kekuatanmu dan dengan segenap akal budimu, dan kasihilah sesamamu manusai seperti dirimu sendiri.” Ayat 29. Tetapi untuk membenarkan dirinya orang itu berkata kepada Yesus: “Dan siapakah sesamaku manusia?”

Yesus menjawab pertanyaan Ahli Taurat itu dengan cerita Orang Samaria yang murah hati (Lukas 10:30-37). Cerita itu menjelaskan bahwa kasih kepada sesama manusia adalah kasih kepada semua manusai ciptaan Tuhan yang tidak dibatasi suku, agama, ras dan antar golongan (SARA). Mereka yang memusuhi kita pun adalah sesama manusia yang harus kita kasihi.

Umat Kristen sejatinya mengasihi sesama manusia tidak didorong oleh kebutuhan apapun, tapi oleh karena kasih Allah yang mengalir dalam kehidupan umat Kristen. 

Karena Allah yang maha kasih itu menuntut kita untuk mengasihi sesama manusia, maka umat Kristen yang telah mengalami kasih Allah melakukannya dalam ketaatan kepada Allah karena dorongan kasih kepada allah, tanpa bergantung pada respon yang akan diterimanya.

Dr. Binsar A. Hutabarat

https://www.binsarhutabarat.com/2022/02/mengasihi-allah-dan-sesama-manusia.html

Saturday, February 12, 2022

Isolasi Mandiri hari ke 7

 


Isolasi Mandiri hari ke 7

KAMIS, 10 Februari malam, meriang, nyeri, sedikit berkurang, tapi malam itu saya lewati dengan perasaan kurang nyaman, kesembuhan total tampaknya membutuhkan waktu.

Pagi 11 Februari 2022 aku dapat bangun lebih segar, apalagi aku dapat tidur dengan nyenyak untuk beberapa jam, gangguan batuk yang membuat saya sering terjaga malam hari mulai berkurang, itulah sebabnya ketika bangun pagi Jumat 11 Februari tubuhku terasa lebih baik. Inilah hari ketujuh.

Jumat saya masih memimpin acara rapat minggua via zoom, aktivitas kerja harian mulai bisa aku kerjakan meski masih harus menjaga diri karena tubuh mudah merasa lelah.

Menjelang malam aku mencoba membuat video youtube dan kemudian memuatnya di Channel youtube.

Aku berharap esok akan lebih baik, Tuhan kiranya menolong.

Dr. Binsar A. Hutabarat

https://www.binsarhutabarat.com/2022/02/isolasi-mandiri-hari-ke-7.html

Thursday, February 10, 2022

Isolasi Mandiri Hari ke 6

 


Isolasi Mandiri Hari ke 6

Malam, 9 Februari 2022 suhu tubuhku belum banyak berubah, rasa meriang, keringat dingin, menggigil, masih menyertai tubuhku yang lemah dihantam covid-19.

Seperti malam-malam sebelumnya aku tidak dapat tidur nyenyak, dan hampir setiap jam aku bangun membasahi kerongkongan yang  terganggu radang tenggorokan. Tapi syukurlah kondisi tubuhku pagi ini masih lebih baik dibandingkan tiga hari belakangan ini. Ini adalah hari ke enam isolasi mandiri, 10 Februari 2022.

Aku berusaha makan sekuat mungkin, minum obat-obatan, dan vitamin. Syukurlah semua kebutuhan itu tersedia lewat kebaikan handai tolan.

Hari ini aku masih bisa ikut rapat, persoalannya rapat itu cukup penting, membicarakan penanggulangan positif covid yang menembus STT Kadesi. 

Usaha untuk mncegah penyebaran covid di STT Kadesi dapat dirumuskan bersama, dan diharapkan strategi jitu itu mampu membendung penyebaran covid-19 di markas asrama STT kadesi.

Menjelang senja, kebiasaan menulisku sulit untuk ditahan, ini adalah ulasan hari keenam.


Dr. Binsar A. Hutabarat


https://www.binsarhutabarat.com/2022/02/isolasi-mandiri-hari-ke-6.html

Wednesday, February 9, 2022

Isolasi Mandiri Hari ke 5




 
Isolasi Mandiri Hari ke 5

Malam 9 Februari 2022 suhu tubuh masih saja hangat, meriang, ada perasaan menggigil, nyeri, tubuh terasa lemah. 

Seperti juga hari-hari sebelumnya sejak tiga hari yang lalu, kondisi tubuhku belum berubah banyak. Saat bangun pagi, 10 Februari 2022, tubuhku masih terasaa lemah, aku paksa untuk makan, minum obata-obatan, vitamin untuk mendongkrak imun tubuh. Ini adalah hari ke lima aku melakukan isolasi mandiri.

Pada awal isolasi mandiri, dua hari pertama aku tidak merasakan penurunan kondisi tubuh yang signifikan, tapi memasuki malam ketiga, hingga malam kelima Isolasi mandiri kondisi tubuhku dalam kondisi lemah, meriang, rasa nyeri, tidak enak badan. 

Harapan hari kelima akan terjadi perubahan yang signifikan ternyata tidak terjadi dengan aku. Harapan pada Allah yang berdaulat tetap menjadi sandaranku meski secara kasat mata aku tidak melihat perubahan berarti, tapi aku percaya Allah yang maha kasih senantiasa menyertai kami pada saat isolasi mandiri.

Hari ini, tak banyak yang aku lakukan, kecuali mandi, makan, minum obat-obatan, dan berjemur sejenak di matahari, apalagi Matahari hari ini tidak bersinar terik, hanya sesaat aku bisa menikmati hangatnya sinar matahari.

Sampai menjelang senja barulah aku buka Laptop menuliskan kejadian hari kelima, sambil berharap kondisi tubuhku malam ini bisa lebih baik. Dan kemudian besok bisa melakukan aktivitas lebih banyak.

Melewati masa sulit Bersama dengan Tuhan adalah jalan terbaik, menerima apa saja yang Tuhan ijinkan terjadi merupakan kunci kemenangan ditengah ketidak pastina.


Dr. Binsar A. Hutabarat

Tuesday, February 8, 2022

Isolasi Mandiri Hari ke 4

 


Isolasi Mandiri Hari ke 4

Memiliki pengharapan kepada Tuhan pada masa sulit covid-19 merupakan kunci untuk tetap kuat melewati hari-hari yang tidak mudah, apalagi untuk mereka yang terpapar covid-19.

Malam, 8 Februri 2020 suhu tubuhku Kembali naik, pada umumnya kami semua mengalami pengalaman yang sama, hanya saja aku baru mengalaminya beberap hari kemudian. Suhu tubuh yang naik, disertai meriang, nyeri dan radang tenggorokan yang belum juga berhenti membuat aku tak dapat tidur lelap. Apalagi hampir setiap jam aku perlu bangun dari tidur karema terganggu batuk, dan kemudian minum untuk melegakan tenggorokkan.

Keringat dingin lebih banyak keluar pada pagi ini 9 Februari 2022, tubuhku terasa lemah, dan alhasil taka da kegiatan yang dapat alu lakukan, selain tidur berbaring, tentunya setelah mandi, makan minum obat dan berbagai macam vitamin.

Menjelang sore kebosanan menguasai aku, maka aku keluar dari tempat tidur, duduk-duduk, dan kemudian tanganku Kembali menuliskan laporan isolasi mandiri. Ini adalah hari ke empat.

Dukungan doa teman-teman melakui hp senpat say abaca, dan saya balas secukupnya, sesuai dengan kondisi tubuh yang masih enggan melakukan aktivitas fisik.

Hari ini berbagai jenis makanan berdatangan ke tempat kami, berbagai jenis bua-buahan dan juga obata-obatan serta vitamin tersedia dengan cukup, yang masalah adalah bagaimana menghabisinya, Bersyukur dalam kesulitan isolasi mandiri kami tidak mengalami kesulitan untu memenuhi kebutuhan makanan, minuman, obat-obatan dan vitamin.

Kiranya anugerah Tuhan menolong kami untuk tetap sabar menerima keterbatasan gerak pada masa isolasi mandiri, apalagi kondisi tubuh juga mengharuskan demikian. Aku berharap mala mini lebih baik. Tuhan dumuliakan.

Dr, Binsar A. Hutabarat

https://www.binsarhutabarat.com/2022/02/isolasi-mandiri-hari-ke-4.html

Monday, February 7, 2022

Isolasi Mandiri Hari ke 3

 



Isolasi Mandiri Hari ke 3

Minggu malam badanku terasa hangat, sakit kepala yang menyertai datangnya demam, membuat kondisi tubuhku lebih kurang baik dari hari-hari sebelumnya, apalagi disertai rasa nyeri dan menggigil,  Itulah yang terjadi pada malam hari ketiga kami melakukan isolasi mandiri.

Senin 7  Februari, saat bangun pagi tubuh teras lemah, keringat dingin membuat tubuhku tak nyaman. Hampir sepnjang malam aku tak dapat tidur lelap. Badanku meriang, menggigil, nyeri dan lemas, kejadian yang tak pernah aku sangka sebelumnya. Aku piker setelah kondisi kami semakin baik, maka semua kami akan menjadi lebih baik. Kondisi tubuhku justru menurun dibandingkan hari-hari sebelumnya.

Pagi hari dalam kondisi lemas saya memaksakan diri untuk membuka link zoom rapat, tapi host saya serahkan kepada teman, kuatir saya tidak bisa mengikuti seluruh rangkaian acara rapat. Makan pagi, minum obat, vitamin rutin aku lakukan, bahkan dosis pertama obat-obatan telah habis ku telan untuk memeroleh kesembuhan. Siang ini dosis obat baru datang dari Puskesmas. Aku pun siap menelannya untuk menguatkan imun tubuh.

Kebutuhan makanan minuman dan buah-buahan mengalir dari berbagai pihak, memang ada beberapa jenis makanan yang kami tambahkan via gofood untuk mendongkrak nafsu makan kami. Tapi, setidaknya itu tercukupi, meski kelemahan tubuh masih terasa. Hari ini saya mandi pagi dan sore dengan air hangat.

Menantikan kesembuhan memang butuh kesabaran, sukacita Tuhan menjadi andalan. Tuhan yang berdaulat tentu akan memberikan yang terbaik.  Kiranya kesembuhan dari Tuhan menjadi bagian dari kami, begitu juga mereka yang positif covid-19.


Dr. Binsar A. Hutabarat 

Sunday, February 6, 2022

Mengalahkan covid-19 dalam anugerah Tuhan

 



Minggu 6 Februari 2022 merupakan hari kedua kami melakukan isolasi mandiri setelah mendapatkan hasil Test PCR. Sejak tanggal 3 Februari pada prinsipnya kami sudah membatasi diri, dalam arti mengenakan masker dalam rumah setelah anak pertama kami terindikasi positif covid. Keputusan isolasi mandiri di rumah baru kami putuskan setelah semua kami mendapatkan hasil PCR positif.

Pada hari pertama menerima hasil test PCR saya telah menjelaskan kronologis bagaimana kami mengetahui dan berusaha waspada memerhatikan gejala dan melakukan test PCR. Pada hari itu saya masih harus memimpin rapat yang tidak bisa ditunda karena beberap hal tertentu.

https://www.binsarhutabarat.com/2022/02/covid-19-masih-ada-tetap-jaga-protokol.html

Pada hari kedua umumnya kami mengalami kemajuan, mungkin karena kami telah melewati waktu tiga hari sejak test PCR, dan istri saya telah melewati seminggu lamanya sejak munculnya gejala, yang awalnya diduga sebagai keracunan makanan karena diare dan panas tinggi yang dialami. Kami menduga sejak hari itu tanggal 31 januari 2022, istri saya sudah mengalami gejalan covid-19, dan baru terdeteksi setelah test PCR.

Minggu jam 7 Pagi, 6 Februari saya masih memimpin ibadah online, dalam arti membuka ibadah dengan Votum dan salam, serta memberikan doa berkat untuk jemaat. Dukungan doa dari jemaat menguatkan saya dan keluarga untuk tetap bersandar pada Tuhan agar dalam kondisi sakit Tuhan tetap dimuliakan.

Syukurlah kondisi Kesehatan kami pada hari ini lebih baik dari hari sebelumnya, meski kami tetap perlu menjaga diri untuk istirahat yang cukup, makan-makanan yang bergizi, dan tentunya tetap bersyukur kepada Tuhan untuk segala sesuatu yang Tuhan ijinkan.

Dari segi obat-obatan, herbal, vitamin, bahkan saran minum susu beruang semua kami ikuti, apalagi semua itu tersedia atas inisitif dari berbagai pihak, keluarga, teman dan handai tolan. Istri saya mengungkapkan, sedikit bergurau, ketika ada keluarga yang menawarkan obat-obatan lagi, “Saya bingung mau minum yang mana, vitamin dan obat-obatan berbagai jenis dikirimkan ke kami!” Artinya istri saya menyarankan jangan mengirimkan obat-obatan lagi, karena obat-obat, vitamin, herbal, juga susu beruang sudah tersedia dengan cukup.

Menjelang jam 12 tiba-tiba ada teriakan kecil di luar gerbang pagar rumah kami, bahwa ada seseorang yang menaruh makanan dengan menggantungkan makanan tersebut di pagar gerbang rumah kami. Istri saya mengambilnya dan Ketika kami membukanya, ada semur daging yang aromanya menimbulkan nafsu makan, urap sayur, dan bihun goreng. Rupanya kiriman dari RT dari Perumahan Duta Indah (RT 009/RW 015). Kami pun menyantapnya dengan lahap, dan tidak perlu lagi memesan makanan via online pada siang ini.

Anak saya yang kecil berceloteh, enak juga dikirimi makanan, bisa minta usul jenis makanan tidak Pa? Anak saya ini memang cepat merespon, dan saya katakan, “Bayangkan saja betapa repotnya jika semua yang isolasi mandiri meminta jenis makanan yang berbeda-beda, bisa repot mereka membantu kita” Bersyukurlah ada hubungan baik dengan sesama warga, hargailah semua orang, dan berperanlah dalam pembangunan masyarakat, bangsa dan negara, aku mengambil kesempatan untuk menamkan nilai-nilai persatuan dan keragama, serta semangat gotong royong.

Ada banyak telepon yang menawarkan bantuan, secara khusus dalam mencukupi kebutuhan pangan pada saat isolasi mandiri. Pemeliharaan Tuhan terus berlangsung dalam hidup keluarga kami. Kami terus berusaha untuk mengalahkan covid-19 dalam anugerah Tuhan, dan berdoa untuk mereka yang mengalami hal yang sama dengan kami tetap kuat dan bergantung dengan Tuhan.

 

 https://www.binsarhutabarat.com/2022/02/mengalahkan-covid-19-dalam-anugerah.html

Saturday, February 5, 2022

Covid 19 Masih Ada, Tetap Jaga Protokol Kesehatan

 

Covid 19 Masih Ada, Tetap Jaga Protokol Kesehatan


Dua tahun sejak ditemukannya pasien positif covid-19 hampir saja berlalu, turun naik jumlah mereka yang terpapar covid-19 terjadi berkali-kali. Kesabaran masyarakat, termasuk kami tampaknya menghadapi ujian yang tidak mudah. Pada 5 Februari 2022, saat di Mansinam Papua Merayakan Masuknya Injil Ke tanah Papua, kami mendapatkan kabar bahwa hasil test PCR seluruh keluarga positif covid-19.

Tak ada seorangpun yang ingin terpapar covid19, itulah sebabnya selain menjaga protocol Kesehatan, kami sekeluarga telah menerima Vaksin sebanyak dua kali. Baru saja beberapa hari pemberitahuan undangan Vaksin Boster diberikan, dan sedang mencari tempat untuk vaksin Boster, vaksin ketiga, istri saya jatuh sakit.

Pemeriksaan awal dari dokter tidak ada tanda-tanda bahwa istri saya terpapar covid, meski menurut istri sayam pada pemeriksaan dokter pertama dia tidap puas karena hanya ditanya, dan tensi yang dilakukan tidak tepat. Apalagi sepulangnya dari dokter demam tinggi yang diderita tidak hilang, demikian juga diare. Kesesokan harinya, menjelang malam kami pergi ke dokter lain, tidak menggunakan BPJS, karena obat untuk pasien BPJS yang kami terima biasanya seadanyam dan syukur juga jika dokter merekomendasikan obat untuk dibeli pada apotik lain, tapi karena obat yang diberikan dokter sebagai pasien BPJS tidak mengurangi rasa sakit , bahkan rasa sakit semakin berat, pilihannya adalah pergi kedokter dengan berbayar.

Pada pemeriksaan dokter berbayar, istri saya dideteksi keracunan makanan, dan diberikan banyak obat, kami percaya saja, apalagi tensi yang dilakukan hasilnya berbeda dengan dokter sebelumnya. Sayangnya, sakit istri saya tidak juga sembuh, secara khusus demam, dan sakit kepala, serta persaan sakitm nyeri pada tubuhnya.

Anak saya yang pertama diam-dia memerhatikan kondisi Ibunya, dan juga merasakan adanya gejala yang sama, maka dia mengambil inisiatif untuk melakukan Test PCR. Satu hari kemudian pemberitahuan hasil PCR menyatakan dia Positif Covid.

Berdasarkan halsi test itu maka kami pun merasa perlu untuk melakukan test PCR. Sewaktu saya datang ke tempat test PCR kuota sudah terpenuhi, dan kami diminta dating esok hari. Namun setelah membaca test PCR Drive thru, maka saya pun bersiap berangkat ke Bumame Farmasi di Grand Galaksi Park.

Waktu tunggu drive thru ternyata luar biasa ramai, karena terburu-buru dan tidak menyangka waktu antri befitu lama, lebih dari tiga jam, dan tidak ada tempat membeli minuman, disekitar antrian mobil maka kami terpaksa membeli minuman di tempat yang cukup jauh.

Hasil test diperkirakan akan kami terima selama 24 jam, tapi pada tanggal 4 Februari menjelang malam hari, kami mendapatkan informasi pemberitahuan hasil test terlambat dari waktu yang telah ditentukan. Karena baru satu orang yang terdeteksi positif, maka kami semua menggunakan masker di rumah. Kami juga tidak lupa melaporkan kepada RT bahwa ada anggota keluarga kami yang terpapar covid, dan tiga orang lain sedang menunggu hasil test PCR.

Hari ini , 5 Februari kami mendapatkan informasi hasil pemeriksaan PCR bahwa kami bertiga positif, dan kami sekeluarga melakukan isolasi mandiri. Perjuangan menjaga protokol Kesehatan kami ternyata tidak sukses tapi kami akan berusaha untuk disiplin isolasi mandiri agar tidak menularkan pada yang lain. Kiranya Tuhan menyembuhkan, dan Tuhan dimuliakan. 


Dr, Binsar A. Hutabarat


Pelarangan ibadah tak boleh terjadi di Indonesia

http://dlvr.it/T6tpgz