Tuesday, January 31, 2023

Membangun Hidup Harmoni

Air Terjun Bonan Dolok Samosir, Sumut.doc.pribadi



Umat Kristen percaya kepada Juru selamat yang sama, dan memiliki tujuan yang sama yaitu untuk memuliakan Yesus yang sama, juga  merindukan surga yang sama. Umat Kristen memiliki Bapa yang sama, mengusahakan pekerjaan pelayanan yang sama, yakni misi Allah. 

Selain itu orang Kristen memiliki teladan yang sama untuk hidup dalam kekudusan yakni Yesus Kristus. Meski kita mengerjakan perbedaan yang berbeda dalam organisasi gereja yang berbeda, gereja beragam denominasi itu memiliki banyak kesamaan. Karena itu sejatinya umat Kristen harus hidup mengasihi satu sama lain untuk mempromosikan hidup bersama dalam harmoni.

Sebelum kembali kepada Bapa, Yesus mengatakan, “Aku telah mempermuliakan Engkau di bumi dengan jalan menyelesaikan pekerjaan yang Engkau berikan kepada-Ku untuk melakukannya (Yohanes 17:4). Kehadiran Yesus di dunia, lahir, mati disalibkan, bangkit dari kematian dan naik ke surga adalah dalam rangka menjalankan Misi Allah Bapa yakni mengerjakan transformasi manusia berdosa dengan cara menebus manusia dari budak dosa menjadi budak kebenaran. Penebusan dosa manusia itu dikerjakan Yesus pada kayu salib. Yesus yang tidak berdosa dijadikan dosa untuk menanggung dosa manusia.

Pekerjaan Kristus dalam menjalankan Misi Bapa sudah selesai. Selanjutnya Murid-murid diperintahkan oleh Yesus untuk memberitakan kabar sukacita tentang penebusan dosa kepada dunia, inilah misi gereja.

Dunia saat ini tidak dapat  melihat Yesus, tetapi dunia dapat melihat orang yang percaya kepada Yesus. Dunia akan melihat Yesus yang adalah juruselamat umat Kristen apabila umat Kristen itu hidup bersama dalam harmoni.

Yesus memahami, kehidupan harmoni sesama umat Kristen sebagai saksi kematian dan kebangkitan Yesus merupakan hal penting agar dunia dapat mengenal Yesus, karena itu Yesus berdoa agar murid-muridnya untuk hidup dalam kesatuan. 

Yesus juga mendoakan hal yang sama untuk mereka yang percaya kepada pemberitaan murid-murid Yesus, “Dan bukan untuk mereka ini saja Aku berdoa, tetapi juga untuk orang-orang, yang percaya kepada-Ku oleh pemberitaan mereka; supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Kita, supaya dunia percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku” (Yohanes 17: 20-21).

Murid-murid Yesus dalam hidup bersama kerap tidak menunjukkan persatuan, mereka egois, selalu ingin menonjol dari murid yang lain. Tindakan muirid-murid itu tentu melukai hati Yesus sebagai guru mereka, dan Yesus berdoa, meminta kepada Bapa, supaya murid-murid hidup bersama dalam harmoni. Yesus juga berdoa untuk mereka yang percaya kepada pemberitaan murid-murid-Nya agar mereka hidup bersama dalam harmoni.

Doa Tuhan Yesus masih relevan bagi gereja masa kini, juga bagi gereja di Indonesia yang belum mampu menghargai banyak kesamaan umat Kristen, tetapi lebih menonjolkan perbedaan denominasi gereja.

Hidup bersama dalam harmoni menjadi pergumalan umat Kristen pada masa lalu, dan juga pada masa kini. Perselisihan, perpecahan menjadi biasa dalam kehidupan gereja masa lalu, juga gereja masa kini. Kemudian, apakah doa Tuhan Yesus tidak perlu lagi kita perhatikan dalam hidup bersama umat Kristen?

Bila kita melihat gereja masa kini, setidaknya sebagaimana misi gereja yaitu Koinonia, Diakonia, dan Marturia, gereja terpecah karena menekankan misi tertentu dalam keunikan denominasi, dan kemudian mengabaikan kesamaan yang jauh lebih besar. Ironisnya, dalam setiap denominasi gereja itu kemudian lebih menonjolkan perbedaan dan mengabaikan persamaan yang jauh lebih kaya.

Gereja yang menekankan koinonia atau persekutuan orang percaya kemudian mereduksi makna persekutuan orang percaya menjadi persekutuan gereja dengan doktrin yang sama, padahal doktrin itu sendiri relatif. Akibatnya, gereja dengan doktrin berbeda tidak mungkin memiliki persekutuan. 

Usaha keesaan gereja menjadi semakin sulit karena persekutuan orang percaya tidak lagi didasarkan kepada Yesus yang adalah kepala gereja, tetapi dari doktrin gereja. Gereja saling menyesatkan satu dengan yang lainnya, dan enggan menjalin persekutuan yang indah antarumat Kristen.

Lagu tentang “ku tak tahu kau dari gereja mana asalkan beralas Kristus” tidak lagi didengungkan semua gereja, karena gereja yang merasa berada dalam jalan yang benar, memiliki doktrin yang benar enggan menjalin persekutuan dengan mereka yang memiliki doktrin yang berbeda. 

Gereja bukan hanya saling menyesatkan, tapi gereja juga saling mempertobatkan, istilah yang tersohor adalah, memperebutkan anggota jemaat, atau “merebut domba” gereja lain, untuk membesarkan gereja tertentu. Perpindahan anggota gereja tentu tidak ada salahnya, karena perpindahan anggota gereja ke gereja lain adalah hak asasi manusia. Tapi, gereja tidak perlu saling menghambat perkembangan gereja lain.

Demikian juga gereja yang menekankan pada penginjilan kemudian akan menyerang mereka yang tidak secara aktif melakukan penginjilan. Misi selanjutnya direduksi hanya menjadi pekabaran Injil. Padahal, pekabaran Injil adalah bagian dari misi gereja.

Setiap gereja ingin menampilkan diri sebagai gereja yang paling menaati perintah Yesus dalam menjalankan amanat agung. Herannya, gereja yang merasa menjalankan agung dengan aktif memberitakan injil mengejek gereja yang menekankan kehadiran sebagai kesaksian Kristen. Padahal Misi Kristen amat luas, kehadiran gereja dalam pemerintahan Indonesia untuk membangun pemerintahan yang bersih itu juga misi gereja, mengapa misi gereja harus direduksi?

Demikian juga gereja yang menekankan Diakonia sebagai aktivitas gereja yang paling relevan pada jaman ini mengejek gereja yang menekankan kepada penginjilan sebagai gereja yang tidak menginjakkan kaki di bumi.Gereja yang tidak peduli dengan penderitaan sesama manusia.

Gereja yang beragam memiliki pelayanan yang berbeda, tapi tujuannya sama, yakni menjalankan Misi Bapa untuk membawa dunia memuliakan Allah dan hidup dalam kasih, keadilan, dan kebenaran. 

Gereja yang beragam dengan denominasi yang beragam sepatutnya melihat kesamaan yang begitu besar dalam kehidupan umat Kristen, bukannya membesar-besarkan perbedaan, dan kemudian saling menghancurkan satu sama lain.

Perselisihan, perpecahan gereja harus diakui menunjukkan kegagalan  gereja. Gereja-gereja tidak perlu mencari pembenaran untuk membenarkan yang salah yakni perselisihan dan perpecahan antar orang percaya. Tapi, persoalannya sekarang, masih relevankah doa Tuhan Yesus dalam Injil Yohanes, Supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku didalam Engkau”. Sebuah kesatuan yang amat erat, tanpa menegasikan perbedaan. Keragaman gereja adalah kekayaan, dan kekayaan dari keragaman gereja itu hanya bisa kita nikmati dalam hidup bersama yang harmoni.


https://www.binsarhutabarat.com/2023/01/membangun-hidup-harmoni.html

Monday, January 30, 2023

Indahnya pemandangan di Danau Toba


http://dlvr.it/ShgDjH

Berita Injil di Tesalonika




Kota Tesalonika saat ini disebut Thessaloniki atau Salonika. Sebuah kota terbesar kedua setelah Atena di Yunani. Pantaslah jika saat ini perhatian internasional tertuju pada kota Tesalonika yang telah berdiri berabad-abad lamanya. Kota yang menyimpan budaya Makedonia yang sangat kuno di Yunani Utara.

Pada perjalanan Misi yang kedua Paulus mengunjungi Tesalonika . Lukas mencatat dalam Kisar Rasul 17: 1-15. Paulus pergi ke Makedonia berdasarkan respon terhadap panggilan Tuhan. Dalam Kisah rasul 16: 9, “Pada Malam harinya tampaklah oleh Paulus suatu penglihatan: ada seorang Makedonia berdiri disitu dan berseru kepadanya, katanya, Memyeberanglah ke mari dan tolonglah kami!”  

Paulus memberitakan Injil di kota Tesalonika yang umumnya adalah orang Yunani. Selama tiga minggu Paulus memberitakan Injil di Tesalonika. Dan setelah itu datanglah tantangan dari orang Yahudi yang tidak senang dengan kehadiran Paulus di Tesalonika.

Paulus memulai pelayanannya di sinagoge yang ada di kota Tesalonika, dan melalui membaca Perjanjian Lama Paulus menjelaskan tentang karya Kristus yang menjadi pemberitaan Paulus. Itulah sebabnya Paulus mendapatkan tantangan dari orang Yahudi yang menolak pemberitaan Paulus. Mereka yang tidak menerima pemberitaan Injil itu kemudian menghasut masyarakat di Tesalonika untuk menolak kehadiran Paulus, dan juga jemaat Kristen di Tesalonika.

Selama tiga minggu Paulus memberitakan Firman Tuhan di Tesalonika. Karena ancaman kelompok Yahudi yang tidak senang dengan pemberitaan Paulus, serta orang-orang yang berhasil dihasut kelompok itu paulus terpaksa meninggalkan jemaat yang baru bertumbuh itu. Dengan ditolong oleh Jemaat Tesalonika yang percaya kepada pemberitaan Injil,  Paulus melarikan diri dari kota Tesalonika.

Pertanyaannya kemudian, Apakah gereja di Tesalonika merasa kecil hati dengan kepergian Paulus dari kota Tesalonika? Apalagi dengan ejekan orang-orang yang tidak senang dengan Paulus dan merasa sukses mengusir Paulus dari kota Tesalonika.

Beban Paulus Terhadap jemamat Tesalonika

Pelayanan Paulus di Kota Tesalonika terbilang tidak lama, hanya tiga minggu. Tetapi, meskipun Paulus harus meninggalkan kota Tesalonika, Paulus tetap menjalin hubungan dengan jemaat di Tesalonika dengan meminta Timotius dan Silas teman-teman pelayanannya untuk tetap tinggal di kota itu, untuk menolong jemaat Tesalonika bertumbuh dewasa dalam Kristus..  

Timotius dan Silas dengan sungguh-sungguh melanjutkan pelayanannya di Tesalonika, dengan kasih Allah dan perhatian yang besar mereka melanjutkan pelayanan Paulus di kota itu. Karena beban pelayanan sebagai bapak rohani jemaat di Tesalonika Paulus terus menjalin hubungan dengan jemaat yang ditinggalkannya itu, dan berdoa agar Tuhan memelihara jemaat yang baru didirikan.

Paulus juga tidak ingin jemaat di Tesalonika berbalik kepada kepercayaan-kepercayaan yang tidak sesuai dengan injil yang diberitakannya. Waktu tiga minggu di Tesalonika sangat singkat, dan jemaat di Tesalonika perlu bertumbuh dalam pengetahuan akan Allah. Karena itu peran Timotius dan Silas sangat besar bagi jemaat di Tesalonika.

Karena pemeliharaan Tuhan, jemaat di Tesalonika dapat terus bertumbuh dalam Tuhan. Meskipun menghadapi tantangan dan penderitaan, jemaat di Tesalonika terus bertumbuh di dalam Tuhan, bahkan kehidupan Kristen Jemaat Tesalonika menjadi kesaksian yang memuliakan Kristus, serta menjadi teladan di seluruh Makedonia.

Surat Satu Tesalonika dan Dua Tesalonika adalah surat yang dituliskan oleh Paulus, Timotius dan Silas untuk mendukung jemaat di Tesalonika tetap bertumbuh dalam Tuhan. Demikian juga dalam merespon kabar-kabar terkait kedatangan Kristus yang kedua kali.

Sejarah berdirinya jemaat Tesalonika mengajarkan pada kita masa kini mengenai pentingnya pemberitaan injil, bijaksana dalam pemberitaan Injil, serta kerjasama antarsesama pelayan Kristus dalam pemberitaan Injil. Segala Kemuliaan Hanya Bagi Tuhan.


Dr. Binsar Antoni Hutabarat

https://draft.blogger.com/blog/post/edit/4658234558399047647/8880012652398034289#:~:text=https%3A//www.binsarhutabarat.com/2023/01/berita%2Dinjil%2Ddi%2Dtesalonika.html

Sunday, January 29, 2023

Manusia Baru

 Salib Kristus adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan. Dalam salib Kristus, dosa manusia berdosa ditanggung oleh Yesus. Manusia berdosa menjadi manusia baru. Bagaimanakah itu  mungkin terjadi?




Keterbatasan manusia yang tidak memahami karya keselamatan Allah dijelaskan Alkitab kepada umat Kristen, “Sebab pemberitaan tentang salib memang adalah kebodohan bagi merekayang akan binasa, tetapi bagi kita mereka yang diselamatkan pemberitaan salib adalah kekuatan Allah.”(I Korintus 1:18)

Yesus adalah Allah yang menjadi manusia, Yesus ada bersama dengan Allah, Yesus adalah Allah. Yesus menciptakan segala sesuatu. Yesus yang sama juga bisa hadir bersama manusia dengan cara membatasi diriNya, meski tidak kehilangan keterbatasannya.

Yesus sumber kehidupan

Yesus adalah firman Allah. Yesus atau firman itu menciptakan dunia. Firman pertama-tama menciptakan terang, dalam terang itu semua yang hidup diciptakan. Yesus atau firman adalah sumber kehidupan dari segala sesuatu yang diciptakan. Itulah sebabnya Yesus menyebut diriNya roti hidup, air kehidupan, roh yang mmberi kehidupan, terang hidupm seluruh mahkluk perlu bergantung pada Yesus untuk tetap menikmati kehidupan.

Pemberontakan manusia

Manusia yang diciptakan Allah begitu mulia itu ditempatkan di taman Eden, sebuah taman yang indah dan menyediakan segala sesuatu untuk kehidupan Adam dan Hawa, bahkan keturunannya. Keinginan untuk menjadi sama dengan Allah membelokkan Adam dan Hawa dari ketaatan pada firman Allah. Manusia memakan buah pohon pengetahuan baik dan jahat yang dilarang firman Allah.. Manusia memilih untuk mentaati iblis, kegelapan, maut yang menghancurkan iblis dan manusia yang mentaati iblis. Karena kasih Allah manusia dikeluarkan dari taman Eden agar tidak memakan buah pohon kehidupan dan hidup dalam dosa, kegelapan yang berujung pada hukuman kekal

Berita penebusan

Tuhan setia dan mengasihi manusia. Tuhan Allah menjanjikan penebusan dosa manusia. Penggenapan janji Allah itu digenapi pada kematian Yesus di salib. Firman menjadi manusia, dan di dalam salib itu firman yang menjadi manusia menanggung semua dosa manusia. Apakah penebusan Allah itu terbatas untuk orang pilihan?

Penebusan yang dilakukan Yesus yang tak terbatas itu tentu saja tak terbatas. Allah yang tak terbatas mampu menebus dosa seisi dunia. Sebagai manusia terbatas tentu kita tidak memahami dengan sempurna seperti Allah. Manusia hanya memahami sebatas pada apa yang Allah katakana. Manusia yangmengakui keterbatasannya, kebodohannya menjadi mungkin mempercayai kekuatan Allah yang menyelamatkan manusia berdosa.

Manusia baru

Mereka yang percaya kepada penebusan Kristus di salib menerima pembaharuan  hidup. Di bebaskan dari belenggu dosa. Mereka menerima terang hidup, terang Yesus, terang kebenaran.

Mereka yang percaya kepada pengorbanan Yesus diangkat menjadi anak-anak Allah. Yesus menjadi kepala, dan mereka yang percaya menjadi anggota tubuh Kristus. Karena Kristus adalah kepala gereja, maka umat Kristen, anak-anak Allah diseluruh dunia perlu hidup dalam kesatuan.

Yohanes 17:21, menuliskan doa Yesus, firman hidup, “Supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam Kita, supaya dunia percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku.”

Anak-anak Allah perlu hidup dalam petsatuan. Hidup seia sekata. Hidup bersatu, sehati sepikir.Jika anak-anak Allah hidup dalam persatuan semua kekayaan Kristus akan tampak dalam hidup umat Allah. Dan mereka yang belum percaya pada Yesus akan menjadi percaya. Karena Yesus adalah kepala gereja, maka umat Kristen hanya memiliki satu pemimpin agung, yaitu Kristus. Semua pemimpin Kristen harus tunduk kepada pemimpin agung, juga semua anak- anak Allah.

Apabila anak-anak Allah bertumbuh secara rohani didalam firman Allah, di dalam pimpinan Roh kudus, maka akan terjadi pertumbuhan kedewasaan rohani. Mereka yang mengalami sukacita dalam Kristus, makan makanan rohani yaitu firman Allah, akan mengetahui mana yang baik, yang kudus dan yang berkenan pada Allah.

Kekuatan Allah yang menyelamatkan yang diterima anak-anak Allah akan terus menerus memperbaharui hidup orang percaya. Dan anak anak Allah akan hidup dalam kasih satu dengan yang lain, serta semakin kuat hidup dalam persatuan dalam Kristus. Kekuatan Allah yang menyelamatkan melalui kuasa dan pimpinan Roh Kudus akan memampukan anak-anak Allah hidup dalam persatuan dalam hidup baru yang diterangi oleh terang hidup, yaitu Yesus Kristus.

Saturday, January 28, 2023

Pengembangan doktrin gereja




 Menurut saya sudah tidak waktunya lagi antar denominasi gereja itu saling bertempur, apalagi hanya demi mempromosikan “produk kebijakan” gereja yang belum tentu sesuai dengan rencana misi Allah untuk denominasi itu, dan juga untuk denominasi gereja lain. 

Gereja di Indonesia perlu menyadari keterbatasannya, dan perlu saling belajar. Apalagi dalam alam demokrasi saat ini. Apabila gereja-gereja dengan bantuan teolog-teolog yang bermarkas pada pendidikan tinggi teologi mampu bekerjasama, maka gereja akan tetap dapat memahami rencana misi Allah untuk gereja saat ini.  

Saya setuju dengan usaha “mainstreaming”pendidikan tinggi teologi. Karena pendidikan tinggi teologi di Indonesia, secara khusus Injili, kehilangan percaya diri. Luaran perguruan tinggi teologi sekadar untuk memenuhi kebutuhan pengerja gereja, dan luaran pendidikan tinggi perlu taat total pada doktrin gereja. Lebih parah lagi mereka hanya menjadi barisan pengaman doktrin gereja.

Pendidikan tinggi teologi bukan hanya perlu mengembangkan studi multi disiplin dan interdisiplin, mencari integrasi antar disiplin yang berbeda untuk menjawab persoalan yang ada, seperti ketika akan membuat panduan pelayanan ditengah covid-19. Pendidikan tinggi teologi juga perlu mengembangkan pendekatan “transdisiplin”untuk menghasilkan temuan-temuan baru. 

STT jangan menjadi benteng pelestari doktrin tokoh tertentu, tapi berusaha maju untuk menemukan penerapan-penerapan baru, jika mungkin pengembangan doktrin gereja, dalam mewujudkan panggilan gereja.   


Soli Deo Gloria


Dr. Binsar Antoni Hutabarat

STT Trinity Menuju Pendidikan Tinggi Teologi Unggul


http://dlvr.it/ShYkzt

Pelarangan ibadah tak boleh terjadi di Indonesia

http://dlvr.it/T6tpgz