Tuesday, April 27, 2021

Teladan Pengorbanan Yesus

 





 

Teladan pengorbanan Yesus perlu menjadi dasar dalam tindakan pengorbanan yang kita lakukan terhadap sesama. Pengorbanan yang semata-mata memberikan kebaikan bagi mereka yang menerimanya. 

 

Makna pengorbanan.

Bagaimana kita memaknai pengorbanan akan sangat berdampak pada pengorbanan yang kita lakukan. Kita tentu setuju, bahwa pengorbanan yang benar mesti berdampak positif pada sasaran yang menerima pengorbanan.

 

Pada realitasnya, pengorbanan seseorang juga bisa berdampak negatif bagi mereka yang menerimanya, itu biasanya dimaknai sebagai penyerangan. 

Tapi, karena pengorbanan adalah persoalan relasi, pengorbanan bisa dimaknai secara beragam, bergantung pada relasi yang terjalin. Pada kondisi inilah terjadi keragaman makna.

 

Pengorbanan dan Teror

Bom bunuh diri dalam teror yang kini berulang dengan sasaran baru yaitu Gereja Katedral Makasar dimaknai oleh Majelis Ulama Indonesia sebagai terror yang tidak berperikemanusiaan, dan dianggap bertentangan dengan ajaran agama apapun. 

Tapi, pada realitasnya pelaku bom bunuh diri selalu saja mengatakan bahwa sebelum melakukan tindakan itu, umumnya mereka mengakui, tindakan yang dilakukannya adalah sebuah pengorbanan yang didasarkan pada keyakinan pelaku.

 

Pengorbanan dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia juga dimaknai berbeda oleh para penjajah Indonesia, yaitu sebagai pemberontakan atau penyerangan, karena itu memiliki sisi negatif bagi penjajah Belanda.

Bagi masyarakat Indonesia, pengorbanan para pahlawan pejuang kemerdekaan itu dimaknai positif, itulah sebabnya para pahlawan bangsa itu ditempatkan di taman makam pahlawan.  Pengorbanan para pahlawan bangsa itu telah berhasil mengusir penjajah dari bumi Indonesia.

 

Pertanyaanya kemudian, jika memang pengorbanan memiliki makna ganda, mengapa kata “Pengorbanan” menjadi nilai penting dalam kehidupan umat beragama, bermasyarakat dan berbangsa?

 

Nilai sebuah pengorbanan.

Pengorbanan baru bisa dikatakan bernilai jika itu menghasilkan dampak positif, atau semata-mata berdampak positif bagi yang menerimanya.

 Persoalannya adalah, terkedang penerima pengorbanan itu tidak selalu melihat dampak positif itu secara langsung pada saat pengorbanan itu diberikan, bahkan tidak jarang dianggap sebagai penyerangan.  Apalagi pada realitasnya kata pengorbanan bisa jadi “instrumen”untuk menyerang pihak lain.

 

Menurut saya pengorbanan sebagai nilai tidak boleh membahayakan pihak yang menerima pengorbanan, meski pada sementara waktu, atau untuk mereka yang belum dewasa bisa memaknai pengorbanan secara salah sebagai penyerangan pada waktu tertentu.

 

Salah satu contoh sederhana tampak pada pendidikan dalam keluarga, orang tua yang mendidik anak, memberikan disiplin terhadap anak, dan mereka memngakui telah  melakukannya dengan pengorbanan perasaan, pengorbanan waktu, dll. Berbeda dengan kekerasan terhadap anak yang merupakan penyerangan terhadap proteksi perlindungan anak.

 

Itulah sebabnya dalam etika Kristen, bukan hanya cara-cara atau tindakan disiplin yang harus benar, motivasi dalam memberikan disiplin terhadap anak juga harus benar. Namun, jika pengorbanan yang kita lakukan telah dilakukan dengan motivasi dan cara-cara yang benar, maka dampak positif dari pengorbanan itu cepat atau lambat akan terlihat.


 Teladan pengorbanan Yesus

Kematian Kristus di kayu salib adalah salah satu contoh pengorbanan yang berdampak positif. Allah yang penuh kasih tak memiliki niat jahat terhadap manusia. 

Yesus mati dikayu salib untuk membebaskan manusia dari hukuman dosa sesuai dengan rencana Allah Bapa.

 

Pengorbanan yang benar bukan hanya memuliakan yang menerima pengorbanan, tetapi juga mereka yang melakukan pengorbanan yang benar itu akan dinaungi dengan kemuliaan Tuhan. 

Itulah sebabnya, Yesus, manusia yang tidak berdosa, dan telah menanggung dosa manusia, tidak pernah kehilangan kemuliaannya. Bagi umat Kristen Yesus adalah manusia termulia yang pernah ada.

 

Pengorbanan Kristus di kayu salib adalah contoh pengorbanan yang benar, tindakan pengorbanan Yesus tidak berbahaya bagi mereka yang menerima pengorbanan itu. 

Mereka yang tidak menerima pengorbanan Yesus, tidak diserang oleh pengorbanan Yesus, tetapi menjadi sasaran penyerangan Iblis. Karena Yesus mati untuk menghidupkan mereka yang harus mati karena dosa.

 

Kiranya teladan pengorbanan Yesus di kayu salib bisa menjadi dasar bagi pengorbanan kita terhadap keluarga, masyarakat, bangsa dan negara.

 Pengorbanan yang semata-mata hanya menghadirkan kebaikan yang didasarkan  pada motivasi yang benar dan cara-cara yang benar.    

 

Binsar Antoni Hutabarat.


https://www.binsarhutabarat.com/2021/04/teladan-pengorbanan-yesus.html

Sunday, April 18, 2021

Injil Yang lain (Matius 28:11-20)




 TEMPAT MENULIS KARYA ILMIAH, JURNAL AKADEMIK, KLIK DISINI!



Injil Yang lain (Matius 28:11-20)

 

Injil adalah berita tentang penggenapan rencana Allah untuk menyelamatkan manusia berdosa yang dikerjakan oleh Yesus melalui kematian-Nya di Salib. Kematian Yesus di salib bukanlah kekalahan, tetapi kemenangan atas dosa, dan hal itu diproklamasikan dalam kebangkitan Yesus. Jadi berita Injil terkait dengan peristiwa kematian dan kebangkitan Yesus.

 

Proklamasi ketaatan Kristus dalam menggenapi rencana Allah melalui kematian di salib untuk menebus dosa manusia secara bersamaan adalah proklamasi kemenangan Kristus atas dosa dan kegelapan yang dinyatakan dalam kebangkitan. Yesus telah mengalahkan maut yang dinyatakan melalui kebangkitan Yesus.

 

Injil yang lain

Berita Injil yang berpusat pada peristiwa kematian dan kebangkitan Kristus sejak awal mendapatkan serangan dari mereka yang menantang Injil, mereka memberitakan Injil yang lain.

 

Injil yang lain itu pertama-tama muncul dalam persekongkolan Imam-imam kepala, tua-tua,dan serdadu-serdadu yang menjaga kubur Yesus, berita Injil yang lain itu adalah Yesus tidak dibangkitakan, Yesus tidak sukses mengalahkan maut.

 

Menariknya, pada saat Yesus bangkit dari kematian, dan menampakkan diri kepada murid-murid-Nya , dan kemudian naik ke-Surga, Yesus tidak pernah peduli dengan berita bohong, atau Injil yang lain, sebaliknya Yesus memerintahkan agar murid-murid-Nya pergi untuk menjadikan semua bangsa murid Yesus.

 

Secara sederhana dapat dikatakan, Injil yang lain tidak lagi menjadi ancaman atau memengaruhi mereka yang menjadi murid Kristus, karena murid Kristus bukanlah mereka yang sekadar mendengar cerita tentang kematian dan kebangkitan Kristus dan menerimanya, tetapi mereka yang mengalami kehadiran Kristus dalam hidupnya setiap saat, “Ketahuilah Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada kesudahan zaman.

 

Mejadi Murid Kristus

 

Umat Kristen tidak perlu cemas dengan berita-berita tentang Injil yang lain. Jika orang bertanya pada hari ini kepada kita, dimanakah kuasa kebangkitan Kristus, mengapa pada saat umat Kristen merayakan kematian dan kebangkitan Kristus,banyak orang-orang Kristen mati diterjang banjir, badai yang menerjang daerah timur Indonesia?

 

Pertanyaan itu dapat kita jawab jika kita menjadi murid Kritus, dalam Alkitab juga dijelaskan bagaimana berita Injil itu tersebar keseluruh penjuru dunia dalam stuasi dan kondisi yang sulit. Jadi pada situasi dan kondisi apapun Allah tetap berkuasa.

 

Mengalami Kehadiran Allah

 

Sebagai murid Kristus kita dapat terus mengalami kehadiran Allah dalam hidup dan pemberitaan injil yang kita kerjakan, jika kita percaya:

 

1.  Otoritas atas segala sesuatu berada pada Yesus. “ KepadaKu telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi”(Matius 28:18) Tidak ada ruang sekecil apapun dibumi ini yang bukan milik Allah.

 

Seantero dunia ini adalah milik Allah, dan sorga adalah tempat Allah bertakhta. Itulah sebabnya Yesus memerintahkan murid-murid untuk pergi keseluruh dunia, karena memang dunia itu milik Allah. Mereka yang melarang, menghalangi pemberitaan Injil akan berhadapan dengan Allah.

 

2. Otoritas Allah diberikan kepada Murid-murid.

Semua orang yang percaya kepada Yesus melalui pemberitaan murid-murid Yesus harus bertumbuh menjadi dewasa, menjadi murid Yesus untuk selama-lamanya. Menjadi murid Yesus bukan pada saat tertentu, tetapi seumur hidup. Seorang murid tidak pernah berhenti elajar dari gurunya, Guru agung kita adalah Yesus.

 

3. Seorang Murid adalah seorang yang hidup bersama gurunya. Kehadiran Yesus yang tertulis dalam Matius 28:20, bukan janji yang masih menunggu penggenapan. Tapi, itu adalah janji yang sudaah digenapi.

 

Yesus berjanji bahwa Roh Kudus akan tinggal bersama-sama dengan orang percaya. Jadi kehadiran Yesus melalui kehadiran Roh Kudus adalah fakta, bukan lagi janji.

 

Orang percaya bisa membedakan mana Injil yang benar dan mana Injil yang lain melalui ketekunan dalam belajar firman Tuhan dan senantiasa hidup dikuasai Roh Kudus. Jangan jadikan Alktab sebagai alat pembenaran hidup kita, tetapi taatilah firman Tuhan yang dapat memperbaharui hidup kita untuk menjadi seperti Yesus, hidup dalam kebenaran.

 

Dr. Binsar Antoni Hutabarat

TOKO ONLINE KU, KLIK DISINI!

https://www.binsarhutabarat.com/2021/04/injil-yang-lain-matius-2811-20.html

Saturday, April 17, 2021

Belajar Dari Paul Maxwell

 TEMPAT MENULIS KARYA ILMIAH, JURNAL AKADEMIK, KLIK DISINI!


Belajar Dari Paul Maxwell


Perpalingan Paul Maxwell dari kekristenan langsung saja memutarbalikkan sejarah hidupnya. Paul Maxwell yang menjadi idola banyak orang Kristen, berbalik menjadi orang yang disepelekan bahkan dihujat banyak orang Kristen.

 



Paul Maxwell adalah seorang doktor filsafat jebolan sekolah kelas dunia, Trinity Evangelical Divinity School, beliau juga seorang Professor filsafat pada Moody Bible Institute. Paul Maxwell adalah kontributor program “Desiring God” asuhan John Piper, salah satu  kebanggaan teolog-teolog Reformed dunia, juga di Indonesia.

 

Perpalingan Paul Maxwell bukan hanya menjadi berita pada negara dimana dia melayani, tapi juga di Indonesia, bahkan seantero dunia, karena pelayanan Maxwell yang mendunia dan juga perpalingannya dari kekristenan itu dimuat pada media-media kondang seperti Christianity Today.

 

Pertanyaan kemudian, apa yang bisa kita pelajari ketika mendengarkan pengumuman perpalingan Paul Maxwell itu?

 

 Menurut saya kita tidak perlu menuduhnya memiliki kepentingan lain dibalik perpalingannya dari kekristenan, apalagi itu merupakan pilihan bebasnya. Sebaliknya, kita perlu belajar mendengarkan Maxwell setidaknya mereka yang membaca Alkitab dalam perspektif filsafat mesti hati-hati, dan bukan mustahil mengikuti jalan Paul Maxwell.

 

Filsafat dan Teologi

 

Filsafat memiliki domainnya sendiri, demikian juga Teologi memiliki domainnya sendiri, persoalannya adalah ketika  kita mengintegrasikan keduanya, kita berada dalam bahaya menaklukkan yang lain, entah filsafat menaklukkan teologi, atau sebaliknya teologi menaklukkan filsafat.

 

Ada yang mengatakan, filsafat itu budaknya teologi, jadi kita bisa berteologi dengan menggunakan filsafat untuk menggali isi Alkitab lebih mendalam, dan kemudian mensistimatisasikannya. Pertanyaannya kemudian, apa indikatornya bahwa filsafat itu bisa lestari menjadi budak teologi?

 

Mereka yang meneliti Alkitab dengan menggunakan sudut pandang filsafat,menurut penelitian saya gemar mempropagandakan bahwa doktrinnya itu paling rasional, paling benar, bahkan dengan arogan mengatakan, tafsirannya paling mendekati Alkitab, karena paling rasional, di dukung landasan filosofis.

 

Lihat saja para apologet Kristen itu, mereka dengan sombongnya mengatakan pendiriannya paling benar. Jadi doktrin dibangun di atas otonomi manusia, bukan pada otonomi Allah. Pada zaman modern seperti sekarang ini kita jengah mendengarkan para apologet yang merasa paling memahami Alkitab.

 

Teologi Ilmiah

Apa yang saya maksudkan dengan teologi ilmiah? Tentu saja yang saya maksudkan dengan teologi ilmiah adalah segala usaha berteologi dengan menggunakan metode ilmiah. Tapi, teologi ilmiah itu saya tidak masukkan dalam ranah sain semata, karena teologi ilmiah yang saya maksudkan ini adalah bersumber pada Alkitab.

 

Pada waktu kita membaca Alkitab, kita menemukan fakta-fakta(data), Konsep( hubungan antar fakta/data), dan prosedural, misalnya bagaimana tahapan atau prosedur seorang bisa percaya kepada Allah.

 

Pada saat seseorang mengerjakan teologi ilmiah, maka pencarian kebenarannya perlu didasarkan pada data-data dalam Alkitab. Persoalannya kemudian adalah pada waktu kita membangun konsep tentang hubungan fakta-fakta dalam Alkitab itu kita tidak bisa bergantung pada data-data hasil riset Alkitab kita yang terbatas, sehingga untuk merumuskan sebuah konsep Alkitab berdasarkan data-data Alkitab itu kita perlu membandingkannya dengan pengakuan-pengakuan iman sepanjang sejarah, dan juga pada pandangan pakar-pakar Alkitab sepanjang zaman.

 

Berdasarkan apa yang saya jelaskan di atas dapat dipahami, dipahami bahwa doktrin, atau konsep yang kita bangun dari data-data Alkitab itu tidak absolut. Jika kita mengatakan teologi yang sedang kita kerjakan adalah teologi ilmiah, maka kita tidak boleh mengatakan hasil penggalian Alkitab itu absolut, tapi kita mesti sedia membandingkannya dengan pandangan orang lain, dan juga bersedia untuk temuan-temuan itu di uji oleh siapapun.

 

Mereka yang membaca Alkitab dari sudut pandang disiplin Filsafat mesti hati-hati, karena filsafat itu sendiri merupakan metafisika, itulah sebabnya perdebatan filsafat hanya bergenit-genit pada teori. Jika kita membuat penelitian filsafat, pertanyaan penelitiannya itu bersifat metafisika, jadi tidak bisa diuji dengan data-data. Itulah sebabnya menurut saya, mereka yang belajar fiisafat juga perlu belajar penelitian empiris.

 

Kembali kepersoalan teologi ilmiah, apabila seseorang membangun teologi berdasarkan pada sudut pandang filsafat yang metafisik itu, maka bisa jatuh pada otonomi manusia, bukan otonomi Allah. Itulah sebabnya para apologet Kristen yang berlandaskan pada filsafat kerap merasa pandangannya paling rasional, yang lain dianggap tidak rasional, menurut mereka, karena tidak rasional itu pasti salah.

 

Jika kita belajar tentang logika sederhana, kita perlu menyadari bahwa semua premis mayor yang dirumuskan itu reduksi, karena generalisasi adalah reduksi. Karena itu semua turunan dari premis mayor, yaitu premis minor dan silogisme, itu relatif.

 

Menurut saya sudah waktunya kita perlu belajar dari yang lain, perlu menghargai domain ilmu yang berbeda. Usaha interdisiplin, transdisiplin, tidak boleh meminggirkan ilmu yang lain.

 

Belajar dari Maxwell


Sebagai seorang filsuf, dan membangun teologi dari sudut pandang filsafat, tentu saja Paul Maxwell paham, bahwa doktrin yang selama ini dia hasilkan tidak ada yang absolut, dan kalaupun kemudian dia berpaling dari bangunan doktrin itu, menurut saya itu pilihan bebasnya, karena merasa pilihannya yang baru lebih baik.

 

Jika kita berbicara pengalaman iman, tentu saja yang bisa menjelaskan hanya Paul Maxwell, dan dia sudah mengumumkannyatentang alasannya berpaling dari kekristenan, maka kita semua mesti menghargainya, meski tidak berarti kita setuju, karena pengalaman baru Paul Maxwell itu juga tidak absolut.

 

Jika kita mau belajar dari Maxwell, maka berarti mereka yang merasa bisa mengendalikan filsafat dalam berteologi mesti hati-hati. Hal yang lain lagi, mereka yang membangun teologi dengan landasan filsafat mesti meyadari bahwa konsep atau doktrin yang dihasilkannya belum teruji, jadi jangan cepat-cepat mengatakan konsep atau doktrin yang kita hasilkan itu yang paling mendekati kebenaran.

 

Pertanyaannya kemudian, bagaimana dengan doktrin kepastian keselamatan?

 

Keselamatan berada pada tangan Tuhan, kepastian keselamatan hanya mungkin karena karya Allah melalui Roh Kudusnya, dan kepastian keselamatan itu tidak pernah pindah pada tangan manusia. Belajarlah terus mentaati Tuhan, dan bergantung pada Tuhan. Belajar dari Maxwell berarti juga belajar dari yang lain, dan dalam semuanya itu kedaulatan ada pada Allah. Soli Deo Gloria!

 

Dr. Binsar Antoni Hutabarat

TOKO ONLINE KU, KLIK DISINI!

https://www.binsarhutabarat.com/2021/04/belajar-dari-paul-maxwell.html

Sunday, April 4, 2021

Selamat Jalan Adikku Martinus Hutabarat

Selamat Jalan Adikku Tinggalah dengan tenang dalam damai dan kasih Allah di surga kekal.

 








Selamat Jalan Adikku Martinus Hutabarat, tenanglah hidupmu dalam damai surgawi, dalam kasih dan anugerah pengorbanan Kristus yang telah mati bagimu.

 


Pada hari pemakamanmu, kami merayakan kebangkitan Kristus, dengan iman pada kebangkitan Kristus itu juga kami percaya kebangkitan akan terjadi dalam hidupmu, dalam Yerusalem baru.

 

Sampai berjumpa kembali di rumah Bapa yang kekal!

 


 

Covid tanpa perasaan menyasarmu adikku, Martinus Hutabarat, namun aku percaya, kematian dan kebangkitan Kristus mengantarkanmu pada rumah Bapa yang kekal.

 



Kesunyian acara pemakamanmu yang hanya dihadiri oleh dua anak laki-laki kebanggaanmu, empat orang saudara kandungmu, beserta istri abang dan adikmu, serta beberapa teman gereja anak-anakmu tidak mengurangi penghormatan kami atas kepergianmu ke rumah bapak yang kekal. 

Abangmu, Pdt. Dr. Binsar Antoni Hutabarat menghormatimu, dan memimpin pemakamanmu sesuai protokol kesehatan dengan penuh hormat.

 


Selamat jalan adikku, tenanglah di rumah Bapak yang kekal!

 

Ketika kami percaya bahwa Yesus telah mati dan bangkit untuk menebus dosa-dosa manusia untuk memberikannya hidup kekal, bebas dari kutuk dosa dan maut, kami percaya tidak penting hiruk pikuk acara penghormatan menghantarkan kau pergi pulang ke rumah bapak.

 

Kami percaya, ketika sebelum covid kita masih berkumpul setiap tahun merayakan pergantian tahun dan berdoa bersama, Yesus yang kau imani itu, demikian juga yang kita imani bersama, senantiasa sabar menjagamu. Itulah yang terpenting untukmu adikku.

 

Kami memang terkejut, karena kami tahu engkau tak mengidap penyakit bawaan, dan kami tak pernah mendengar keluhan berarti tentang penyakit pada tubuhmu, tapi justru engkaulah yang terlebih dulu dipanggi Tuhan. Tugasmu sudah selesai!

 

Kami menangisi kepergianmu karena kami mengasihimu, kepergianmu begitu cepat, kami masih ingin melihat kebahagian-kebahagian baru kau alami. Tapi, kebahagiaan yang Tuhan berikan pasti lebih indah dari yang pernah kami bayangkan.

 

Kami bersyukur adikku, ketika melihat cinta anak-anakmu yang mengantarkanmu ke rumah sakit. Dalam kesibukkan kerja mereka, aku melihat kesetian mereka menjaga, mengantarkanmu ke pemakaman, dan mengurus segala hal terkait acara penghormatan pemakamanmu sesuai protokol kesehatan.

 

Pekerjaanmu sudah selesai adikku. Anak-anakmu membanggakan abangmu ini!

 

Ketika anak-anakmu menceritakan engkau dirawat di rumah sakit, kami telah berdoa untukmu. Tapi, betapa mengagetkan, hanya dalam waktu dua hari dirumah sakit, kondisimu cepat merosot, dan pada 4 April ketika kami sedang bersiap-merayakan kebangkitan Kristus, pada saat itu kami mendengar kabar dari  anakmu pukul  00.37, bahwa engkau telah dipanggil yang maha kuasa, Allah yang kekal. Selamat jalan adikku!

 

Meski engkau mengalami derita, napasmu tersengal-sengal karena saturasi oksigenmu sempat stuck antara 60-70 %, begitu laporan dokter yang merawatmu, dan akan dipindahkan kerumah sakit khusus covid, kami bersyukur ada banyak orang berdoa untukmu, kami percaya Tuhan setia mendampingimu. Tapi, rencana Tuhan bukan rencana kami, tanggal 4 April 2021, pukul 00-37 engkau kembali kepangkuan Bapak yang kekal.

 

Kami tahu engkau tidak akan bersedih apabila tahu tidak ada hirup pikuk yang mengiringi kepulanganmu kerumah Bapak. Engkau pasti sangat paham dengan kondisi anak-anakmu dan juga saudara-saudaramu.

 

Tapi, ketahuilah kami tetap menghantar kepergianmu dalam doa, baik pada saat akan berangkat kepemakaman, maupun pada waktu pemakaman. Itu kami lakukan dengan protokol kesehatan sebagaimana ditetapkan.

 

Surga kekal itu tentu indah Adikku, tenanglah kamu bersama Bapak kekal. Anak-anakmu yang membanggakan itu telah merawatmu dengan baik, dan memberikan penghormatan yang setinggi-tingginya untukmu. Aku adalah saksi!

 

Mereka mengharumkan namamu Adikku. Engkau adalah adikku yang sukses membimbing anak-anakmu, dan mereka berada di jalan Tuhan.  Sampai jumpa di Yerusalem baru Adikku, pada kebangkitan dalam kekekalan!

 

Dr. Binsar Antoni Hutabarat


https://www.binsarhutabarat.com/2021/04/selamat-jalan-adikku-martinus-hutabarat.html

Saturday, April 3, 2021

Merayakan Kebangkitan Kristus Pada Masa Sulit

 TEMPAT MENULIS KARYA ILMIAH, JURNAL AKADEMIK, KLIK DISINI!



Pada tanggal 3 April 2021, Gereja Presbyterian indonesia, Stulos Ministri yang dinakhodaiPdt. Dr. Togardo Siburian, dan Binsar Hutabara Institute menggelar seminar bersama dengan Thema, Merayakan Kebangkitan Kristus pada saat covid-19.

 


Seminar yang diselenggarakan via zoom ini dihadiri sekitar 43 orang yang terdiri Pendeta, Dosen, pimpinan lembaga Kristen, Majelis Gereja, jemaat, dan beberapa orang pemuda. Peserta berasal dari berbagai daerah di Indonesia, baik dari Wilayah Barat Indonesia, dan Juga Wilayah Timur Indonesia.

 

Acara dibuka dengan doa yang disampaikan oleh Bapak Obed Umbu, S.Th. Majelis gereja Kristen Providensia Jemaat Agustinus. Seminar yang direncanakan berlangsung selama satu setengah jam ini, karena antusias peserta baru dapat diselesaikan sekita menjelang pukul dua belas siang WIB.

 

Seminar, dengan moderator Pdt. Dr. Binsar A. Hutabarat, yang sekaligus juga sebagai narasumber disamping dua narasumber lainnya, yaitu , Ketua Sinode Gereja Presbyterian indonesia, William Suhanda, Ph.D., dan Dr. Togardo Siburian ini terbilang unik, karena para peserta yang hadir dari berbagai lembaga gereja, dan pimpinan lembaga Kristen dilibatkan untuk memberikan masukan atau pandangan terkait bahasan narasumber.

 

Narasumber pertama, Ketua sinode Gereja Presbyeterian indonesia, Wiiliam Suhanda menjelaskan tantangan yang dihadapi umat Kristen pada masa covid. Kesulitan ternyata juga memengaruhi mereka yang secara lahirian aktif beribadah, seorang anggota jemaat yang baik, tapi pada masa sulit, melakukan tindakan-tindakan yang tak terpuji.

 

Prosentase mereka yang mengaku Kristen di Amerika Serikat mengalami kemerosotan tajam. Fenomen ini terjadi dibanyak tempat. Tapi, menariknya secara bersamaan beliau juga menjelaskan ada banyak orang yang kian serius melayani pada masa sulit, karena pada masa sulit itu mereka melihat ada banyak tugas yang harus dikerjakan untuk menolong sesamanya.

 

Willian Suhanda juga menjelaskan, harusnya tranformasi kehidupan Kristen melalui penggenapan rencana keselamatan Allah yang dikrjakan oleh Yesus pada kayu salib, yang kemenangannya atas maut diproklamasikan pada peristiwa kebangkitan Kristus menjadi perayaan yang tiap-tiap hari dilakukan umat Kristen.

 

Transformasi kehidupan Kristen yang dikerjakan oleh Yesus di kayu salib melalui karya Roh Kudus harus menjadi perayaan kehidupan Kristen.

Memperingati kebangkitan Kristus, Jumat Agung, merupakan perayaan  besar dalam sejarah, yakni Allah yang mulia rela mati di kayu salib untuk kemerdekaan manusia dari dosa.

 

Pembicara kedua, Dr. Togardo Siburian memaparkan pandangan teologisnya yang menjelaskan bahwa Injil tentang kematian dan kebangkitan Kristus yang menyelamatkan manusia berdosa bukanlah sesuatu yang memalukan, itu adalah kabar baik. 

Tidak ada kejahatan dalam perayaan kebangkitan Kristus. Umat Kristen tidak perlu malu merayakan kebangkitan kristus ditengah masa sulit seperti pandemi covid-19 saat ini.

 

Selanjutnya Dr. Binsar Antoni Hutabarat mengingatkan yang hadir, bahwa perayaan kebangkitan Kristus mestinya sekaligus menguatkan persatuan orang percaya, yang menurutnya menjadi dasar persatuan umat manusia yang sangat dibutuhkan untuk memutus rantai covid-19.

 

Seminar itu ditutup dengan doa oleh seorang peserta dari Sumba, mahasiswi bernama Anastasia, yang aktif bertanya dalam acara seminar merayakan kebangkitan Kristus saat covid-19 sekaligus sebagai sebuah harapan panitia seminar, agar generasi-generasi muda gereja tetap bertahan dan meningkatkan kontribusinya dalam pelayanan gereja dan pelayanan terhadap sesama manusia pada masa-masa sulit seperti covid-19.

 

Binsar Antoni Hutabarat

https://amzn.to/3v50VlM

https://www.binsarhutabarat.com/2021/04/merayakan-kebangkitan-kristus-pada-masa-sulit.html

Pelarangan ibadah tak boleh terjadi di Indonesia

http://dlvr.it/T6tpgz