Podcast Rukun Beragama

Video

Friday, November 25, 2022

Hari Guru Nasional Tahun 2022

 Hari Guru Nasional Tahun 2022

Pada peringatan Hari Guru Nasional, 25 November Tahun 2022, ada beberapa catatan penting yang perlu menjadi perhatian pemerintah,  organisasi-organisasi guru nasional, serta semua elemen bangsa untuk meningkatkan kualitas Pendidikan di Indonesia.

Catatan terkait kebijakan Profesionalisme Guru

Catatan penting pada Hari Guru Nasional Tahun 2022 saya rumuskan dari hasil Penelitian terkait  Proresionalisme Guru di Indonesia dalam perspektif kebijakan pemerintah yang menetapkan guru sebagai jabatan professional.

1.Profesionalisme guru masih menjadi isu kritis di negeri ini. Peningkatan kualitas guru di Indonesia tidak sebanding dengan makin kompleksnya tantangan yang harus dihadapi guru, akibatnya pendidikan di Indonesia terus mengalami kemerosotan.

Peningkatan kualitas guru di Indonesia belum bisa bebas dari “slogan guru tanpa tanda jasa” guru mendapatkan penghormatan yang tinggi, tapi belum mendapatkan penghargaan yang pantas sebagaimana di lantunkan dalam  lagu “Umar Bakrie” . Guru mendapatkan penghormatan, namun kurang dihargai. Profesi guru menjadi pilihan terakhir setelah pilihan-pilihan lain tidak tercapai.

2.Kebijakan Profesionalisme Guru

Penetapkan guru sebagai jabatan profesional menurut beberapa pengamat pendidikan memang sebuah revolusi penting yang perlu mendapat dukungan semua elemen bangsa, namun untuk menghadirkan guru-guru professional sebagaimana ditetapkan oleh undang-undang perlu usaha keras.

Pemerintah perlu menggelontorkan kebijakan-kebijakan yang mendukung hadirnya guru-guru professional di Indonesia.Profesionalisme guru itu bergantung pada sarana dan parasana Pendidikan guru, peningkatan gaji guru. Jangan biarkan guru memenuhi kebutuhan dasar hidupnya dengan mencari pekerjaan tambahan.

3.Pendidikan Sekolah Guru 

Menurut saya pendidikan sekolah guru berkualitas menjadi amat strategis dalam meningkatkan kualitas guru, pemerintah perlu memberikan alokasi dana khusus untuk peningkatan kualitas pendidikan guru pada Pendidikan tinggi negeri maupun swasta.

Seiring dengan meningkatnya penghargaan terhadap guru, itu akan  meningkatkan komitmen masyarakat untuk menjadi guru, karena itu pendidikan guru harus melakukan seleksi yang ketat untuk menyaring calon-calon guru.  Input calon guru tentu saja berbanding lurus dengan luaran guru yang berkualitas.

4. Peningkatan Kualitas Guru dan Kompetensi Nasional

Peningkatan kualitas guru akan berdampak langsung pada peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia, dan peningkatan kualitas Pendidikan akan berbanding lurus dengan meningkatnya kompetensi manusia Indonesia.

Kompetensi yang tinggi dari manusia-manusia Indonesia, khususnya usia produktif akan memampukan Indonesia memanfaatkan jendela peluang, untuk kemudian meningkatkan derajat manusia Indonesia, dan mendudukkan Indonesia sejajar dengan negara-negara maju di dunia.

Thursday, November 24, 2022

Sebab Umat Kristen Menerima Pancasila

 Sebab Umat Kristen Menerima Pancasila





Umat Kristen menerima Pancasila bukan karena Pancasila itu hanya  menguntungkan bagi umat Kristen, atau karena Pancasila adalah sesuatu yang sudah diformalkan, sehingga dengan terpaksa umat Kristen menerimannya.

Pancasila Menaungi Semua agama dan Budaya

 Bagi umat Kristen Pancasila bukan wahyu Allah, Pancasila terbatas, karena itu walaupun umat Kristen menerima Pancasila sikap kritis terhadap tafsir Pancasila yang dilakukan oleh siapapun tidak boleh dihilangkan. 

Sakralisasi Pancasila yangmengharamkan sikap kritis bukanlah sesuatu yang tepat, justru itu hanya akan menjadikan Pancasila sebagi sesuatu yang kaku dan beku dan tidak memiliki fungsi operasional. 

Umat Kristen menerima Pancasila karena Pancasila mampu menaungi semua, karena itu berarti Pancasila memiliki nilai-nilai yang berkeadilan untuk semua. Semua agama dan budaya di Indonesia mendapat perlindungan dari Pancasila. Bisa dikatakan bahwa Pancasila ibarat paying yang lebar yang menaungi semua.

Perjuangan umat Kristen bukanlah perjuangan yang eksklusif bagi umat Kristen saja, sebaliknya perjuangan umat Kristen adalah perjuangan untuk keadilan yang bersifat inklusif, perjuangan untuk semua. 

Umat kristiani mengakui bahwa semua manusia adalah gambar Allah dan semua manusia sederajat, maka perjuangan umat Kristen adalah perjuangan bagi kemanusiaan. Karena Pancasila menerima semua kemajemukan yang ada, dan Pancasila memberikan keadilan bagi semua, maka karena itu umat Kristen menerimanya. 

Pancasila Melindungi Nilai-nilai Eksklusive

Iman Kristen memiliki nilai-nilai yang eksklusive dan inklusive. Pancasila bagi umat Kristen memberikan perlindungan bagi nilai-nilai eksklusive yang ada dalam setiap agama. Pancasila menaungi semua agama termasuk kekristenan. 

Pancasila yang berisi nilai-nilai yang bersifat universal dan dapat diterima oleh semua, berisi nilai-nilai yang inklusive dari kekristenan, sehingga pada waktu umat Kristen menerima Pancasila, umat Kristen tidak perlu mengorbankan identitasnya.

Bagi umat Kristen Pancasila merupakan pilihan yang terbaik untuk bangsa Indonesia. Karena semua keberagamana yang ada termasuk kekristenan terlindungi di dalam Pancasila.

Pancasila Pilihan Terbaik

Pancasila memang memiliki kelemahan, namun  ia tetap merupakan pilihan yang terbaik. Karena itu Pancasila perlu dijaga agar tidak diisi oleh hal-hal yang bukan merupakan hakekat Pancasila. Secara khusus dalam menyikapi heterogenitas tafsir terhadap Pancasila. 

Heterogenitas tafsir terhadap Pancasila itu sendiri merupakan suatu realitas dari keberagaman yang ada di Indonesia. Namun heterogenitas Pancasila tidaklah menjadi alasan bagi timbulnya konflik antarpandangan yang berbeda. 

Heterogenitas tafsir terhadap Pancasila merupakan bukti bahwa semua orang yang berada dalam payung Pancasila diterima keberadaannya sebagaimana adanya. Heterogenitas Pancasila seharusnya dilihat sebagai suatu kesempatan untuk belajar mengenal identitas yang berbeda dari setiap kelompok yang ada di Indonesia, baik suku maupun agama-agama. 

Kekristenan percaya bahwa manusia yang beragam pada hakekatnya sederajat yaitu sesama umat manusia yang adalah ciptaan Tuhan. Keberagaman merupakan sesuatu yang diberikan oleh Allah. Karena itu keberagamana tidak boleh diseragamkan. Usaha untuk mendapatkan manfaat dari keberagaman dapat dicapai dengan adanya persatuan. Tetapi untuk menguatkan persatuanitu tidak perlu menghilangkan identitas keberagaman. 

Usaha memeilihara persatuan tanpa menghapus keberagaman berarti meliputi usaha untuk mencari titik temu dari nilai-nilai yang universal yang ada dalam setiap individu atau kelompok. Konsensus bersama itu sejatinya perlu mangakui dan menghargai nilai-nilai eksklusive dari individu atau kelompok yang ada. 

Nilai-nilai yang universal dalam setiap individu atau kelompok inilah yang kemudian terkristalisasi dalam Pancasila. Untuk itu maka setiap individu harus terus berusaha bersama-sama mengisi Pancasila dengan nilai-nilai dari identitas-identitas yang ada di Indonesia yang bersifat universal.

 Apabila setiap kelompok yang ada di Indonesia mendasari tafsir terhadap Pancasila dengan semangat kebhinekatunggalikaan maka dalam Heterogenitas tersebut pasti ada nilai-nilai yang universal. Yaitu nilai-nilai yang inklusif dan nondiskriminatif. 

Nilai-nilai bersama yang inklusive dan nondiskriminatif itu dapat dijadikan titik perjumpaan bagi setiap kelompok yang berbeda dalam hidup bersama, sebagaimana Pancasila telah menjadi suatu kompromi bersama yang menerima semua kelompok yang ada di Indonesia tanpa menghapus identitas-identitas yang beragam itu.

Wednesday, November 23, 2022

Religius Toleran

 

Religius Toleran




Menurut saya kedalaman dan keluasan seseorang dalam memahami agamanya sesungguhnya berelasi erat dengan bagaimana orang itu berinteraksi dengan sekitarnya, termasuk juga dengan mereka yang berbeda agama. Karena agama bukan hanya mengajarkan hubungan manusia dengan penciptanya, tapi juga dengan sesamanya manusia. 


Ketika seorang beragama berelasi dengan orang lain, baik yang seagama maupun yang tidak seagama, ia bukan hanya dituntut untuk bisa memberikan kontribusi positif terhadap sesamanya, tetapi pada saat yang bersamaan ia juga dituntut untuk belajar dari sesamanya. 

Kejujuran dalam berelasi dengan sesama akan membuka mata setiap orang bahwa kebenaran bukan hanya milik eksklusive dirinya dan agamanya, tetapi juga ada pada orang lain. 

Arogansi yang memposisikan diri sebagai pemilik seluruh kebenaran bertentangan dengan kerendahan hati seorang yang religius.


Dengan demikian jelaslah bahwa eksklusivisme agama sesungguhnya merupakan pendangkalan agama, karena eksklusivisme agama menutup rapat-rapat pengetahuan yang berasal dari luar.

 Cara beragama seperti inilah yang perlu diwaspadai karena bisa melahirkan polarisasi agama, yang kemudian bisa menutup dialog agama. 

Suatu kondisi kehidupan agama-agama yang menyimpan potensi konflik yang amat besar.


Tidak sulit untuk memahami, bahwa kualitas pemahaman seseorang terkait erat dengan kuantitas pemahaman yang dimilikinya, demikian juga kemampuan mengintegrasikan kuantitas pemahan yang ada itu akan sangat mempengaruhi kualitas pengetahuan seseorang, baik tentang agamanya sendiri, maupun pengetahuannya tentang agama-agama lain. 

Seorang yang semakin religius mustahil menjadi makin eksklusive, dengan kata lain, seorang yang makin religius pastilah seorang yang toleran, karena ia telah terbiasa menerima perbedaan, dan mampu melihat perbedaan sebagai suatu berkat, bukannya malapetaka.


Kesediaan mendengar orang lain, dan menerima perbedaan-perbedaan awalnya memang menyakitkan. Namun, ketika kesabaran menerima perbedaan itu kemudian membuat wawasan seseorang semakin luas, dan makin meningkatkan kualitas pengetahuannya baik tentang sesama maupun tentang agama-agama lain, dan juga agama yang dianutnya,  kesakitan itu tidak lagi dirasakan, karena kebaikan yang dia terima melampaui kesakitan yang dialami. 

Pengetahuan kebenaran yang didapat melalui orang lain merupakan sesuatu yang amat berguna, karena itu, pengorbanan yang sedikit dalam kesabaran menerima perbedaan menjadi tidak berarti dibandingkan hal-hal positif yang diterima.


Dengan demikian jelaslah, tesis yang mengatakan bahwa kehidupan yang makin religius berbanding lurus dengan potensi konflik agama adalah tidak tepat. 

Seorang yang makin religius seharusnya adalah seorang toleran, bahkan kemampuan untuk hidup toleran dengan orang beragama lain sangat ditentukan pada sejauh mana seseorang itu memahami imannya, atau seberapa religiusnya orang itu. 

Semakin religius seseorang, maka ia akan menjadi semakin toleran.


Karena itu, gairah yang makin tinggi dari masyarakat dalam menekuni agama atau kepercayaan harus disyukuri, bahkan perlu di dorong oleh pemerintah dengan memberikan fasilitas –fasilitas yang dibutuhkan untuk meningkatkan ketaqwaan, seperti tersedianya gedung ibadah, fasilitas pendidikan agama dll.

 Hanya saja, pada konteks ini agama-agama mesti mewaspadai kemungkinan terjadinya polarisasi agama yang bisa timbul karena agama-agama hanya fokus pada pengembangan agamanya masing-masing, tanpa peduli dengan eksistensi agama-agama lain.


Agama-agama tidak boleh membentuk kelompok hanya dengan pemilik kepercayaan yang sama, yang kemudian bermuara pada pembagian kelompok-kelompok berdasarkan agama, yang membuat komunikasi antar agama tidak berjalan dengan baik. Itu akan menyebabkan timbulnya kesalahpahaman akibat kurangnya pemahaman akan kepercayaan yang beragam tersebut, kesalahpahaman tersebut bisa menimbulkan konflik agama. 


Seorang yang religius toleran paham betul bahwa sejarah melaporkan, keragaman agama tak pernah bisa diseragamkan, bumi tak pernah berada dalam keseragaman agama-agama, sebaliknya, agama-agama di bumi ini makin hari makin beragam, meski pada perbedaan tersebut terdapat juga kesamaan-kesamaan. 

Kesamaan yang ada dalam agama –agama itulah yang harus terus digali untuk dapat menjadi perekat bagi kehidupan bersama agama-agama. 


Menjadi religius mestinya juga memahami interdepedensinya terhadap agama-agama lain, serta mau  membuka diri dalam dialog dengan agama-agama lain yang didasarkan pada pengakuan terhadap pluralisme agama. Itu akan membawa agama-agama memiliki pengetahuan yang benar terhadap agama-agama lain, dan secara bersamaan menghapus kecurigaan terhadap agama-agama lain. 


Agama-agama yang berbeda itu sesungguhnya memiliki nilai-nilai yang universal yang berguna untuk semua orang. Karena itu mengabaikan keberadaan agama-agama yang berbeda dalam membangun suatu kehidupan bersama adalah suatu kerugian yang teramat besar. Semuanya itu bisa diatasi jika kita menjadi orang yang religius toleran.


https://www.binsarhutabarat.com/2021/11/religius-toleran.html

Bersyukurlah Kepada Tuhan

Bersyukurlah Kepada Tuhan  I Tes 5: 18, 2 Tes 1:3-7 Mengapa kita mengucap syukur kepada Allah dalam penderitaan? 1.  Penderitaan membuat kit...