Podcast Rukun Beragama

Video

Monday, February 6, 2023

STT Trinity Menuju Akreditasi Unggul

 Pada pelatihan pengembangan kurikulum pendidikan tinggi di Sekolah Tinggi Teologi Trinity Parapat, Dr. Binsar A. Hutabarat menjelaskan, bahwa beliau hanya memberikan rekomendasi terkait pengembangan mutu STT Trinity yang berkelanjutan. 



Lebih lanjut Dr. Binsar.A. Hutabarat menjelaskan, motivasi yang terkandung dalam pendirian STT Trinity yang diungkapkan dalam pernyataan Visi, Misi institusi sudah benar. STT Trinity perlu percaya diri , bekerja keras untuk tampil menjadi STT Terakreditasi unggul. 

Sekolah Tinggi Trinity Parapat salah satu karya besar Alm. Pdt. Dr. Mangapul Sagala yang terletak tak jauh dari Danau Toba tampak megah berdiri dengan salib yang bertengger di puncak bangunan kampus dengan Toa (Pengeras Suara) yang menyuarakan kepada masyarakat aktivitas kampus itu melalui penyampaian renungan setiap pagi, simbol kerukunan yang terus dijaga.

Pdt.Dr. Mangapul Sagala memang telah tiada, tapi generasi penerus yang menjaga, memelihara, serta mengembangkan Sekolah Tinggi Trinity memberikan harapan bahwa dosen-dosen muda yang cerdas dan berkarakter itu mampu mengambil tongkat estafet melanjutkan karya besar itu. 

Mimpi mereka yang mengambil tongkat estafet kepemimpinan STT Trinity Parapat untuk menerangi Samosir, Pangunguran, Bonan Dolok tempat kelahiran tokoh Perkantas (Persekutuan Antar Kampus) itu , bahkan Indonesia serta keseluruh dunia yang menjadi Visi, Misi pendirian STT Trinity itu masih terjaga rapi, bahkan kian menggelora, meski mereka mengakui kehilangan sosok Panutan, dan memiliki persaan gentar mengambil tongkat estafet itu secara tiba-tiba.

Pada 17 Januari 2023, Dr.Binsar Antoni Hutabarat, ketua asosiasi program studi teologi dan pendidikan agama Kristen, yang kini juga menjabat  Asesor Lembaga Akreditasi Mandiri (LAMDIK), Selama Lima tahun menjabat Ketua Bidang Penelitian Perkumpulan Dosen dan Perguruan Tinggi Keagamaan Kristen mengunjungi Kampus STT Trinity Parapat untuk mengadakan pelatihan pengembangan dosen dengan tema, STT Trinity Menuju Akreditasi Unggul.

Thursday, February 2, 2023

Soal Kualitas Penelitian PAK

 

Danau Toba, dok,pribadi.

Sebagai seorang tamatan doktor Penelitian dan Evaluasi Pendidikan, yang juga menyandang dua gelar magister bidang teologi, saya heran melihat perkembangan Penelitian pada Pendidikan Tinggi Keagamaan Kristen, secara khusus Program studi Pendidikan agama Kristen.

Salah satu contoh judul Tesis yang diajukan seorang dosen pembimbing setelah pembimbingan seperti berikut: " Konsep silih asih, silih asah, silih asuh dalam palsafah Sunda Markus 12:31 sebagai perwujudan toleransi beragama di Indonesia."

Penelitian adalah pengembangan teori atau pengujian teori.  Pengembangan teori atau pembangunan teori adalah ranah Penelitian kualitatif.  Sebaliknya pengujian teori adalah ranah Penelitian kuantitatif. Penelitian R & D bisa menggunakan mix methode, tapi yang dimaksud bukan penggabungan paradigma kualitatif dan kuantitatif. Mix methode atau Penelitian campuran adalah penggunaan metode kualitatif untuk mengembangkan teori, sebagaimana tujuan Kajian teori, kemudian metode kuantitatif untuk menguji teori.

Lucunya, dalam beberapa Penelitian di Program studi PAK untuk memberikan pencirian PAK, atau landasan teologi mereka umumnya menggunakan eksegese. Malangnya banyak karya Penelitian itu tidak mampu membedakan survei kondisi dengan Penelitian survey. Sehingga eksegese digunakan untuk membangun definisi konseptual sebuah variabel Penelitian, itulah yang terjadi pada Tesis yang menggunakan metode Penelitian Kuantitatif.

Lebih memprihatinkan lagi, eksegese disamakan dengan Penelitian kualitatif, itulah sebabnya hasil eksegese dianggap sebagai hasil bangunan teori, bisa dibayangkan bagaimana hasil eksegese seorang lulusan PAK yang minim ilmu Biblikanya, tida-tiba menghasilkan temuan baru dari hanya hasil eksegese satu dua ayat Alkitab.

Rupanya banyak dosen di Pendidikan Teologi Agama Kristen tidak bisa membedakan paradigma Penelitian kualitatif, dan data kualitatif. Paradigma kualitatif adalah induktif, sedang data kualitatif adalah kata-kata. Itulah sebabnya “ konsep silih asih,silih asah,silih asuh dalam falsafah Sunda di baca lewat eksegese Markus 12:31. Kita bisa membayangkan kedalaman dan keluasan eksegese seperti itu. Baca saja hasilnya, kualifikasinya untuk level Sarjana mungkin juga tidak sampai.

Bagaimana memberikan landasan teori dari sebuah eksegese? Mestinya yang menjadi landasannya adalah bidang kajian, misalnya Biblika atau Bidang etika kebudayaan.

Kementerian Agama perlu mengkaji ulang sosialisasi Penelitian pada Pendidikan tinggi teologi. Karena ada yang mengakui bahwa metode itu diusulkan Dirjen Bimas Kristen, Kementerian Agama RI.

Lebih lucu lagi, mahasiswa yang tak pernah belajar statistik ramai-ramai belajar SPSS, karena mereka pikir Penelitian adalah bisa menggunakan aplikasi SPSS, itulah sebabnya banyak Penelitian kuantitatif pada Pendidikan Tinggi Keagamaan Kristen tidak memenuhi standar Penelitian yang baik.

Mau tahu buktinya? Silahkan telusuri Tesis atau Disertasi Program Studi Pendidikan Agama Kristen pada Pendidikan Tinggi Keagamaan Kristen.


https://www.binsarhutabarat.com/2023/02/blog-post.html

Iman dan Ilmu Pengetahuan

    Masyarat Indonesia tidak boleh terpecah dengan maraknya perbedaan pendapat, demikian juga tokoh agama tak perlu mempertentangkan sa...