Pilkada Jakarta: Nasionalis Vs Islam Politik
Pernyataan Suswono, Janda kaya tolong nikahi pemuda yang nganggur, dan lebih lanjut dikatakan, ia terinspirasi oleh kisah Siti Khadijah, istri Nabi Muhammad SAW. Wajar saja menimbulkan kritik bukan hanya dari Intenal Islam, tapi tentunya juga dari pendukung pasangan calon lainnya. Mengapa?
1. Jika melihat dari perspektif Islam politik yang meninginkan nilai-nilai Islam menjadi dasar Indonesia dengan menafsirkan Pancasila dari Perspektif Islam semata, maka timbul pertanyaan, Apakah pernyataan Suswono itu ingin menegaskan bahwa Islam adalah agama tunggal orang Jakarta? Berarti Suswono ingin menggunakan agama untuk memenangkan kontestasi pilkada Jakarta. Dan jika Ini yang dilakukan, Jakarta, Indonesia perlu waspada bahwa usaha penetrasi nilai-nilai yang tidak sesuai dengan Pancasila, secara khusus semangat bhineka tunggal ika masih terus berlanjut, dan kembali digunakan dalam kontestasi pilkada Jakarta.
2. Pertanyaan selanjutnya, mengapa Suswono perlu meminta maaf, padahal yang dipromosikannya adalah Islam sebagai agama orang Jakarta. Kritik yang ditujukan kepada Suswono tentu bukan hanya blunder, penggunaan kata-kata yang salah, tetapi juga mereka yang menkritik, dalam hal ini kaum nasionalis telah mencium adanya usaha politisasi agama yang digunakan Suswono. Maka Suswono perlu minta maaf, karena selain mendapatkan kritik dari internal nya sendiri, dia juga mendapatkan serangan dari lawan politiknya, yang kembali bisa menggunakan kata –kata Suswono itu sebagai serangan balik.
Masih pekanya hubungan antarumat beragama maupun hubungan internal agama tampaknya masih menyangkut warisan masa lalu. Para politisi kerap menggunakan agama sebagai instrument konflik untuk mencapai tujuan politik, bukan untuk memuliakan Agama.
Masyarkat Indonesia perlu menyadari bahwa terkait agama, kebijakan terkait agama bisa menjadi pasal karet yang menjerat siapapun. Pemahaman agama, dan komitmen untuk hidup benar sesuai agama dan kepercayaan merupakan kunci untuk menghadirkan kehidupan beragama yang rukun, baik hubungan agama-agama dengan pemerintah, hubungan antar umat beragama, maupun hubungan internal agama.
https://www.binsarinstitute.id/2024/10/pilkada-jakarta-nasionalis-vs-islam.html