Podcast Rukun Beragama

Video

Friday, November 18, 2022

Mengukur Kompetensi Bangsa Indonesia




 

Mengukur Kompetensi Bangsa Indonesia

Kompetensi suatu bangsa dapat diukur dari tingkat produktivitasnya. Meningkatnya kompetensi nasional Indonesia otomatis akan mengangkat produktivitas nasional. 

Apabila usia produktif yang amat besar di Indonesia itu memiliki tingkat kompetensi yang tinggi, maka hal itu akan meningkatkan produktivitas nasional. 

Tapi, sebaliknya, apabila Indonesia  memiliki usia produktif yang tinggi tapi tanpa kompetensi yang tinggi, maka produktivitas nasional takkan berubah secara signifikan. 


Meningkatkan Kompetensi

Karena itu, meningkatkan kompetensi manusia Indonesia adalah kunci penting untuk meraih momentum bonus demografi tersebut. 

Sektor penting untuk meningkatkan kompetensi nasional adalah pendidikan. Dengan mengembangkan pendidikan yang berkualitas, setiap orang dapat meningkatkan produktivitas dalam dirinya, baik pada saat ia bekerja di pabrik, maupun saat tenaga manusia diganti dengan tenaga mesin, seiring dengan arus globalisasi yang melanda dunia. 


Dr. Binsar Antoni Hutabarat

https://www.binsarhutabarat.com/2022/11/mengukur-kompetensi-bangsa-indonesia.html



Soal Hubungan Agama dan Negara

 




Soal Hubungan Agama dan Negara


Hubungan agama dan negara perlu tidak saling menaklukkan, negar tidak boleh menegasikan agama pada ruang publik, seperti doktrin sekuler. Demikian juga agama tidak boleh menjadi agama negara, negara agama yang mendeskriminasikan agama-aagama lain.


 Otonomi Agama

Negara perlu mengakui adanya otonomi agama, jadi negara tidak perlu mengurusi persoalan agama, karena itu domainnya tokoh-tokoh agama.

Tapi, agama perlu juga mengakui otonomi negara, dan agama tidak perlu menguasai negara dengan memaksakan doktrin-doktrin eksklusif agama untuk dipaksakan kepada semua warganegara.

Negara dan agama perlu bekoordinasi dan menjaga domain mereka masing-masing , dialog untuk merumuskan nilai-nilai publik tidak boleh dikuasai agama tertentu, tapi sebaliknya agam yang hadir dalam ruang publik iti di doronguntuk berkontribusi memberikan nilai-nilai inklusifnya untuk menjadi pijakan bersama semua warga negara yang ditetapkan dalam kebijakan publik suatu negara.

Hubungan agama dan negara

 Aga dan negara, keduanya terdapat keterkaitan fungsional. Negara tidak perlu mencampuri secara langsung urusan-urusan internal keagamaan, meski negara mempunyai tanggung jawab keagamaan yaitu melindungi dan membantu agar semua agama hidup dan berkembang, dan menjamin baik kebebasan beragama maupun kerukunan hidup beragama. 

Di pihak lain, tanpa mencampuri secara langsung urusan-urusan kenegaraan (termasuk di sini pemaksaan kehendak dengan melalui kekuatan massa), agama mempunyai tanggung jawab kenegaraan. Tanggung jawab itu adalah meletakkan kerangka landasan moral, etik dan spiritual bagi, pembangunan nasional sebagai pengamalan Pancasila. 

Tanggung jawab agama dan negara itu  harus dilaksanakan secara terus menerus dan bersama-sama, artinya, kerangka landasan moral etik dan spiritual itu tidak hanya kontribusi satu agama saja.

Hubungan antara negara dan agama juga akan terus menjadi persoalan jika sistem pemerintahan sebuah negara bukan merupakan konsensus bersama agama-agama.

Salah satu konsensus bersama agama-agama  adalah sistem pemerintahan demokrasi, karena itu sistem ini tidak boleh diklaim milik agama tertentu. Apalagi pada awalnya demokrasi sekuler adalah perlawanan terhadap negara absolutis yang didasarkan agama tertentu. 



Dr. Binsar A. Hutabarat


Hubungan Agama dan Negara

Thursday, November 17, 2022

Sakit Bukan Karena Dosa


Sakit Bukan Karena Dosa, Namun untuk Kemuliaan Tuhan


Waktu Yesus sedang lewat, Ia melihat seorang yang buta sejak lahirnya. Murid-murid-Nya bertanya kepada-Nya: “Rabi, Siapakah yang berbuat dosa, orang ini sendiri atau orang tuanya, sehingga ia dilahirkan buta?”Jawab Yesus: “Bukan, dia dan bukan juga orang tuanya, tetapi pekerjaan-pekerjaan Allah harus dinyatakan di dalam dia. (Yohanes 9:1-3)

 

Sakit bukan karena dosa

Bukan hanya pada masa murid-murid Yesus, tetapi juga pada masa kini masih banyk orang yang berpikir bahwa sakit atau lahir dengan tubuh cacat kerap dikaitkan dengan dosa, baik dosa orang yang cacat itu, atau dosa orang tua yang melahirkannya.

Menariknya, Tuhan Yesus tidak mengatakan orang yang buta sejak lahir dalam kitab Injil Yohanes itu diakibatkan oleh dosa orang itu sendiri atau orang tuanya. Tapi, Yesus mengatakan bahwa itu terjadi agar kemuliaan Tuhan dinyatakan.

Ada banyak orang buta pada masa Yesus, tapi tidak semua orang buta disembuhkan Yesus. Dan Yesus menyembuhkan orang dengan berbagai cara untuk memuliakan diri-Nya. 

Pada peristiwa orang buta yang sejak lahir itu, Tuhan Yesus menggunakan media berupa tanah, dan mengoleskannya kepada orang buta itu, dan kemudian memerintahkan orang buta itu membasuh diri di kolam Siloam. Dan kemudian, Orang buta itu mengalami kesembuhan.

Peristiwa mujizat yang dilakukan Yesus menunjuk kepada Kemahakusaan Yesus. Yesus adalah Allah sejati dan manusia sejati. Tapi, mujizat yang terbesar adalah perubahan hati manusia, dari hati yang mencintai dosa karena menjadi budak dosa, menjadi hati yang tertuju kepada Allah melalui penebusan Kristus di salib, yang memindahkan manusia menjadi budak Allah.

Manusia yang terlahir dalam kondisi apapun sejatinya patut memuliakan Allah, karena Kristus sudah mati di kayu salib untuk menebus dosa manusia dan segala kesakitan manusia.


Bagaimana orang yang sakit tak tersembuhkan?

Beberapa hari ini saya berdoa untuk saudara, dan juga teman-teman yang mengalami kesakitan karena menderita sakit yang menurut dokter tidak tersembuhkan.

Sekitar sebulan lalu saya juga menghadiri acara penghiburan seorang pembina rohani yang meninggal karena penyakit yang lama tidak tersembuhkan. Mengapa itu terjadi?

Jujur saja, setiap kali saya harus berdoa untuk mereka, saya kerap berkata, Tuhan aku tak tahu bagaimana perasaan mereka ketika menanggung sakit itu. Bahkan, aku sering kali tak paham ketika aku menyaksikan secara langsung jeritan mereka ketika menahan sakit.

Ada keinginanan yang dalam untuk mereka semua mengalami kesembuhan. Untuk itu tidak jarang setelah pulang mendoakan mereka, saya berdoa secara pribadi agar Tuhan menyembuhkan mereka.

Secara akal budi aku tak paham dan tak mampu menjawab mengapa itu terjadi. Tapi, aku juga tak mau menuduh mereka yang sakit itu karena dosa yang mereka lakukan, ataupun dosa orang tua mereka. Apalagi menyalahkan nenek moyang mereka.

Alkitab jelas mengatakan anak tidak menanggung dosa orang tua. Tapi, akibat dosa yang dilakukan Adam semua manusia menjadi budak dosa, dan kehilangan kemuliaan Allah.


Sakit Yang Memuliakan Allah

Saya percaya apa yang dikatakan Tuhan Yesus dalam kitab Yohanes itu bukan hanya untuk orang yang lahir cacat sejak lahir, tetapi juga untuk semua orang yang menderita sakit, secara khusus sakit yang tak tersembuhkan, bahkan yang terasa sakit itu, juga mereka yang terpapar virus corona, dan mungkin harus mengahdap Tuhan dengan cara itu.

Kalau orang cacat sejak lahir itu terjadi agar kemuliaan Allah dinyatakan, maka mereka yang sakit tak kunjung sembuh pun untuk kemuliaan Allah. Demikian juga mereka yang terpapar corona tanpa disadari.

Mereka yang sakit, dan melalui rasa sakit itu dengan bergantung dengan Allah itu telah menyaksikan bahwa Allah berdaulat untuk melakukan apapun menurut kehendak-Nya. Dan yang Allah lakukan dengan mengijinkan penyakit tetap ada, seperti pada peristiwa Ayub itu bertujuan agar Tuhan dimuliakan.

Saya memang tidak paham bagaimana Allah bisa melakukan keajaiban yang luar biasa, dimana seorang yang sakit itu masih bisa menjerit kepada Tuhan memohon pertolongan. Seperti Ayub yang tak pernah memaki Tuhan, meski menderita sakit. Karena itu adalah kemahakuasaan Allah.

Kebenaran Allah itu membuat saya terhibur dan mendorong mereka yang sakit untuk tetap bergantung dengan Tuhan. Saya kerap berdoa, Tuhan biarlah damai sejahtera-Mu yang melampaui segala akal itu turun pada mereka yang sakit tak tersembuhkan. 

Tuhan, kuasa-Mu menguasai mereka melampaui rasa sakit mereka. Dan kalau boleh, biarlah Tuhan menyembuhkannya untuk kemuliaan Tuhan. 

Untuk teman-teman, saudara-sudaraku yang sedang sakit. Lihatlah Tuhan yang maha Kasih itu berteriak keras, 

“ Aku telah menebusmu dari kutuk dosa dan hukuman maut.” 

Jadilah saksi-saksi Iman. Tuhan dimuliakan.


Dr. Binsar Antoni Hutabarat  


Sakit Bukan Karena Dosa

Bersyukurlah Kepada Tuhan

Bersyukurlah Kepada Tuhan  I Tes 5: 18, 2 Tes 1:3-7 Mengapa kita mengucap syukur kepada Allah dalam penderitaan? 1.  Penderitaan membuat kit...