Podcast Rukun Beragama

Monday, July 28, 2025

Teologi Ilmiah Versus Teologi “Membeo”

              



 Teologi Ilmiah Versus Teologi “Membeo”  

Teologi ilmiah itu berjarak dari Alkitab. Jaraknya sejauh apa, tentu saja kita selalu berusaha untuk mendekatinya. 


Tapi, kita tak pernah berhenti untuk terus maju memahami Alkitab sebagaimana Alkitab mengatakannya. Tidak seorangpun dapat mengklaim posisi teologinya paling mendekati Alkitab.

 

Pertama kali mendengar klaim individu dan kelompok yang mengatakan teologi denominasi mereka adalah yang paling mendekati Alkitab tentu saja saya sempat terperangah. 


Namun, karena yang mengatakan itu bukanlah seorang teolog yang mumpuni membangun teologi berdasarkan metode teologi ilmiah. Klaim itu mungkin hanya sebagai produk promosi gereja tertentu untuk menarik anggota jemaat baru, saya segera melupakannya.

 

Lebih terkejut lagi, pada tahun 1999 saat mengikuti kuliah dosen cukup kondang, Richard Fratt, saya sempat mendengar pernyataannya bahwa teologi yang dianutnya adalah teologi yang paling mendekati Alkitab. Memang pernyataan itu hanya dinyatakan sekilas, seperti sambil lalu, karena memang tidak mudah mencari alat ukur sebuah teologi itu paling mendekati Alkitab.

 

Sejak mendengar klaim itu saya berusaha menelusurinya, dan kini sudah dua puluhan tahun lebih saya mempelajari dan mengamatinya, dan inilah hasil penelitian saya.

 

Metode Teologi Ilmiah


Sebagai seorang peneliti yang juga mempelajari penelitian teologi ilmiah sebenarnya saya paham, bahwa yang dimaksud “klaim teologi yang mendekati Alkitab”itu adalah metode berteologi, bukan rumusan teologi. Karena rumusan teologi dari mereka yang mengklaim paling mendekati Alkitab itu juga beragam.

 

Metode teologi ilmiah selain memiliki prosedur yang dianggap benar, juga memiliki faktor-faktor yang harus dilibatkan secara menyeluruh untuk menghasilkan rumusan pemikiran teologi Alkitab yang bertanggung jawab.


Persoalannya adalah, bagaimana mungkin dalam dunia global seperti ini masih ada individu atau kelompok yang mengklaim teologinya paling mendekati Alkitab?

 

Sumber teologi apapun bisa didapat dengan mudah pada saat ini, dan pelibatan komponen-komponen penting dalam berteologi yang menentukan baik buruknya bangunan teologi yang dihasilkan sudah bukan merupakan rahasia umum.

 

Jika kita memahami kerja eksegese, kita akan paham bahwa menggali isi Alkitab itu bisa sangat sederhana, dan bisa sangat susah sekali. Jadi ada tingkat kesulitan yang berbeda dalam menggali isi Alkitab. Apalagi untuk bagian Alkitab yang sumber-sumber luarnya sulit di dapat.

 

Untuk bacaan sehari-hari jemaat bisa membaca Alkitab dengan memperhartikan konteks dekat dan konteks jauh. Tapi, tetap saja pemahaman hal detail itu sangat bergantung pemahaman global tentang isi Alkitab.

 

Pemahaman global ini jemaat dapatkan melalui khotbah-khotbah minggu dan pelajaran-pelajaran Alkitab. Bila jemaat menerapkan itu, ada harapan pembacaan Alkitab anggota jemaat tidak melahirkan penafsiran di luar konteks ayat-ayat Alkitab itu.

 

Tapi, sebuah eksegese itu bisa tidak selesai dikerjakan sampai program doktor sekalipun. Untuk skripsi sarjana, eksegese tentu saja terbatas menggunakan referensi pilihan yang sesuai dengan keyakinan denominasi gereja, atau dosen yang mengajar.

 

Biasanya eksegese pada tingkat sarjana hanya untuk memahami makna yang sesuai dengan konteks dekat dan jauh dari ayat itu, dan juga memperdalam pemahaman penulis tentang bagian-bagian ayat tersebut dalam bingkai doktrin gereja tertentu atau doktrin dari sang dosen yang mengajar dengan literatur terbatas.

 

Berbeda dengan mereka yang berada pada tingkat magister. Pada level ini eksegese mesti diperdalam sampai pada evaluasi terhadap pengertian kata-kata yang berbeda. Pada konteks ini seorang tamatan magister perlu membandingkan atau mengkritik pengertian kata-kata yang diteliti berdasarkan minimal dua sumber yang berbeda, dan kemudian memilih mana pengertian yang paling benar.

 

Untuk tingkat doktoral, berarti penulis mesti bisa memilih pengertian kata-kata yang lebih tepat dibandingkan dokumen-dokumen penelitian yang telah dilakukan. Karena level seorang tamatan doktoral mestinya menghasilkan penerapan baru, atau temuan baru. Itulah sebabnya seorang calon doktor harus mampu me-review karya-karya penelitian yang telah dilakukan untuk mengembangkan hasil-hasil penelitian teologi yang telah dilakukan.

 

Karya-karya doktoral ini yang biasa disebut teologi akademis mestinya bisa menolong pengembangan doktrin gereja atau penerapan-penerapan baru dalam pelayanan gereja.

 

Teologi “Membeo”

 

Repotnya mereka yang tidak memahami bagaimana mengerjakan teologi ilmiah, dan mungkin perlu meyakinkan dirinya ketika berhadapan dengan pandangan yang berbeda menggunakan peryataan klaim doktrin gerejanya yang paling mendekati Alkitab.

 

Klaim itu dijadikan sebagai senjata ampuh untuk membungkan lawan bicaranya, meski dia tidak mampu membuktikan bahwa keyakinannya teologi yang dipegangnya sebagai teologi yang mendekati Alkitab. Apalagi jika ditanya apa alat ukurnya, maka mereka yang “membeo”klaim teologinya paling mendekati Alkitab itu tak mampu menjawabnya.

 

Jika tersudut, tidak jarang di media sosial mereka mengucapkan sumpah serapah yang tidak perlu. Ungkapan-ungkapan yang menyerang itu sebenarnya hanya membuktikan bahwa mereka yang mengklaim teologinya paling mendekati Alkitab itu dilakukan dengan cara “membeo”

 

Menurut saya, mereka yang mengklaim teologinya paling mendekati Alkitab sebenarnya tidak bergantung pada Alkitab, tapi lebih bergantung pada pernyataan teolog denominasi gerejanya yang saya katakan “membeo”.

 

Dr. Binsar Antoni Hutabarat

https://www.binsarinstitute.id/2020/08/teologi-ilmiah-versus-teologi-membeo.html

 

Ini Rahasia Terbebas Dari Hukuman Kekal

  


 

Ini Rahasia Terbebas Dari Hukuman Kekal

 

Lihatlah hidup pemberita kabar baik itu, perkataan dan perbuatanya saling mengokohkan. Ini rahasia kebesarannya!
 

 

Sebab aku mempunyai keyakinan yang kokoh dalam Injil, karena Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang percaya, pertama-tama orang Yahudi, tetapi juga orang Yunani. Sebab di dalamnya nyata kebenaran Allah, yang bertolak dari iman, seperti ada tertulis, “Orang benar akan hidup oleh iman.” (Roma 1:16-17)

 

Apakah yang membuat Paulus tidak malu memberitakan kematian seorang anak tukang kayu, yang mati dengan cara hina, mati di salib?

 

Hal yang luar biasa lainnya lagi adalah, mengapa Paulus yang berasal dari bangsa kecil, tidak malu dan berani datang dan ingin menyaksikan Injil di kota yang penuh kemegahan, kebesaran seperti Roma pada waktu itu?

 

Pada forum pakar, siapakah yang berani bicara tanpa menguasai teori-teori pakar mutakhir? Meski Roma bukan gudangnya para filsuf, tapi kejayaan militer Roma yang menguasai dunia pada waktu itu pastilah akan menyepelekan bangsa-bangsa jajahannya, juga kehadiran orang seperti Paulus yang berasal dari bangsa jajahan Roma.

 

Injil Kekuatan Allah

 

Berita Injil berpusat pada Kristus. Yesus mati di salib untuk menggenapi rencanaAllah Bapa. Kematian Yesus di salib sekaligus merupakan berita kemenangan.

 

Yesus mati disalib untuk mengalahkan maut, membebaskan manusia berdosa dari hukuman kekal. Mereka yang percaya pada kematian dan kebangkitan Yesus tidak lagi berada dalam hukuman.

 

Berita Injil adalah berita dari Allah. Mereka yang percaya pada kematian dan kebangkitan Yesus untuk menebus dosa manusia mendapatkan tugas misi Allah untuk memberitakan kabar sukacita tentang penebusan manusia dari dosa, membebaskan manusia berdosa dari hukuman kekal.

 

Menjalankan misi Allah, menjadi duta-duta Kristus adalah tugas mulia, tugas besar dari Yesus yang memiliki kuasa di sorga dan di bumi.

 

Pantaslah jika Paulus tidak malu menghadapi kesombongan Roma,meskipun pada waktu itu pada umumnya orang-orang Kristen adalah penduduk biasa, bahkan banyak dari mereka yang menjadi Kristen itu adalah budak-budak yang diremehkan Penduduk Roma.

 

 

Injil yang menyelamatkan

 

Paulus tidak malu menyampaikan berita Injil, karena berita injil adalah kebutuhan semua manusia untuk terbebas dari hukuman kekal.

 

Semua orang dari segala lapisan masyarakat, termasuk penduduk Roma yang penuh kebanggaan sebagai rakyat negara besar, tetap saja membutuhkan berita Injil. Tanpa menerima korban Kristus di kayu salib tidak ada orang yang dapat dibenarkan, dan diselamatkan.

 

Paulus tidak malu membawa berita Injil karena luaran mereka yang menerima berita Injil itu jelas, yaitu mendapatkan keselamatan yang juga mewujud dalam pembaruan hidup.

 

Tanpa hidup di dalam Allah, di damaikan dengan Allah melalui korban Kristus di salib, tidak ada orang yang dapat dibenarkan dan hidup benar.

 

Luaran mereka yang menerima injil itu berlaku pada setiap orang yang menerima Injil. Karya Roh Kudus kemudian menerapkan karya keselamatan yang dikerjakan Kristus di Salib menjadi pengalaman hidup.

 

Mereka yang menerima Injil mengalami pertobatan dan menyerahkan hidup kepada Allah. Hidup dalam iman kepada Allah, hidup bergantung pada Allah, hidup dalam Allah.

 

 

Hidup pemberita Injil

 

Paulus sangat yakin terhadap Injil, dan tidak malu memberitakan injil kepada pembesar-pembesar di Roma sekalipun karena Injil yang dibawanya adalah dari Allah, Sang penguasa di bumi dan di sorga.

 

Paulus bukan hanya mendengar kabar tentang kuasa Injil, tetapi mengalami secara pribadi bagaiman kuasa Injil itu telah merubah hidupnya. Luaran mereka yang menerima Injil itu jelas. Dan semua orang membutuhkan injil.

 

Itulah sebabnya dalam Roma 12 dan pasal-pasal selanjutnya Paulus menjelaskan pentingnya hidup dalam iman. Bukan hanya percaya dalam arti memiliki pengetahuan kognitif, tetapi Paulus juga mendedikasikan hidupnya untuk kemuliaan Injil.

 

Kemuliaan Injil perlu diwujudlan dalam komitmen hidup dalam ketaatan pada firman Allah. Komitmen hidup dalam keluarga, ketaatan pada pemerintah untuk mewujudkan kehidupan publik yang damai dan sejahtera.

 

Hidup harmoni dengan sesama orang percaya. Menghadirkan damai Allah dalam seantero kehidupan adalah hidup sang pemberita Injil.

Tuhan dimuliakan.

 

Dr. Binsar Antoni Hutabarat  

 www.binsarinstitute.id/2021/05/ini-rahasia-terbebas-dari-hukuman-kekal.html

 

Desain Penelitian

 

 Desain penelitian ini pernah saya pelajari saat kuliah, mata kuliah ini menjadi mata kuliah wajib di Magister penelitian dan evauasi pendidikan, dan bagi mereka yang mengambik doktor penelitian dan evaluas pendidikan mata kuliah ini adalah mata kuliah matrikulasi bagi mereka yang magisternya bukan dari prodi penelitian evaluasi pendidikan.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

https://www.binsarinstitute.id/2025/07/desain-penelitian.html 

Demonstrasi Damai

 Demonstrasi damai merupakan solusi merajut Indonesia yang terkoyak. Jangan biarkan bumi Pertiwi ini bersimbah darah mereka yang adalah saud...