Ketuhanan yang maha esa
Satu Tuhan banyak agama untuk Indonesia memiliki
landasannya pada Pancasila, baik pada sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa,
maupun juga sila-sila lain yang tidak dapat dipisahkan dari sila pertama
Pancasila.
Sila-sila dalam Pancasila itu saling kait mengait dan tidak
dapat ditafsirkan secara terpisah. Kata bersama masyarakat Indonesia itu
tertuang dalam kelima sila Pancasila.
Pancasila negeri ini mengakui Indonesia bukan negara
agama, dalam arti hanya mengakui satu agama, tetapi juga bukan negara sekuler
yang menolak kehadiran agama pada ruang publik.
Posisi agama-agama yang terhormat di negeri ini
terlihat pada perumusan kebijakan public yang umumnya melibatkan semua elemen
bangsa, termasuk di dalamnya adalah tokoh-tokoh agama.
Sosialisasi
nilai-nilai Pancasila
Meskipun negeri ini telah 79 tahun merdeka, pemahaman
terhadap Pancasila masih perlu terus digali bersama dan juga disosialisasikan.
Sosialisasi penggalian nilai-nilai dari Pancasila itu penting, karena sila-sila
dari Pancasila adalah nilai-nilai yang hidup dalam sanubarinya masyarakat
Indonesia yang perlu diwariskan dari generasi ke generasi.
Apabila penggalian dari nilai-nilai Pancasila itu
terus dilakukan secara bersaama, tentu saja dengan semangat kesatuan, maka
nilai-nilai bersama yang dituangkan dalam sila-sila Pancasila itu akan terus
bersemayam dalam hati masyarakat Indonesia.
Sayangnya nilai-nilai Pancasila yang digali bersama
itu tidak tersemaikan secara baik dari generasi ke generasi, apalagi ketika penggalian
bersama nilai-nilai Pancasila itu dibekukan dengan menjadikan Pancasila sebagai
ideologi tunggal, bahkan jadi alat untuk memenjarakan mereka yang tidak sesuai
dengan tafsir penguasa terhadap Pancasila.
Nilai-nilai
dari Pancasila saat ini banyak digugat, usaha bersama menggali nilai Pacasila
kerap menimbulkan kontroversi, bahkan menimbulkan pembelahan, karena Pancasila
kerap ditafsirkan secara eksklusif menurut agama tertentu, apalagi ketika
nilai-nilai eksklusif itu kemudian dipaksakan kepada yang lain, seperti
misalnya penolakan mengucapkan selamat hari raya agama tertentu dari mereka
yang berbeda agama.
Satu Tuhan
satu agama
Pancasila mengakui bahwa rakyat Indonesia adalah
rakyat yang beragama, baik mereka yang beragama kebudayaan atau agama suku,
agama-agama yang masuk ke Indonesia, atau agama-agama yang merupakan
pencampuran agama-agama suku dengan agama-agama yang masuk ke Indonesia.
Pengakuan bahwa manusia Indonesia adalah manusia yang
beragama secara bersamaan juga menyatakan bahwa manusia Indonesia adalah
manusia yang ber-ketuhanan.
Memang sila Ketuhanan Yang Maha Esa itu bukan menunjuk
pada “Tuhan” pada agama tertentu, tapi keyakinan adanya yang disebut “Tuhan”
ada pada semua agama dan kepercayaan yang di anut masyarakat Indonesia.
Meskipun keyakinan akan Tuhan agama-agama itu
eksklusif, namun terdapat persamaan, yakni adanya pengakuan terhadap pencipta
langit dan bumi, yang disebut agama-agama dan kepercayaan sebagai Tuhan dengan
berbagai nama.
Berdasarkan sila Ketuhanan Yang Maha Esa itulah bangsa
Indonesia mengakui adanya Tuhan dan adanya banyak agama. Jika kita setuju bahwa
Pencipta langit dan bumi itu Tuhan yang satu, dan agama-agama yang berbeda itu
menunjuk kepada Tuhan yang satu, maka dapat disimpulkan bahwa bangsa Indonesia
mengakui adanya Satu Tuhan Banyak Agama.
Pengakuan Satu Tuhan Banyak Agama itu seharusnya
memberikann kesadaran untuk semua umat beragama di Indonesia bergaul dengan
semangat persaudaraan sebagai satu bangsa yang memiliki ikrar bersama untuk
membangun Indonesia yang kuat, untuk kesejahteraan bersama seluruh rakyat
Indonesia.
Pengakuan Satu Tuhan Banyak Agama sejatinya memberikan
kesadaran pada umat beragama di Indonesia tidak saling menyesatkan, atau
memberikan label sesat pada agama tertentu, demikian juga denominasi atau
komunitas yang mengajarkan ajaran yang berbeda dengan denominasi ata komunitas
lain dalam satu agama.
Apabila agama-agama itu dibiarkan sang pencipta dunia
hadir, maka taka da seorangpun yang boleh membelenggu kebebasan beragama,
bukankah ketika negeri ini menetapan konstitusi dan undang-undang dibawahnya
semua elemen bangsa terlibat. Dan kebijakan itu dapat menjadi acuan sebagai
kata bersama yang menjadi dasar hidup bersama masyarakat Indonesia yang
beragam.
https://www.binsarinstitute.id/2024/09/ketuhanan-yang-maha-esa.html
Marilah kita behenti memberikan label sesat pada yang
berbeda, dan kemudian berdialog untuk lebih memahami satu dengan yang lain, dan
juga memahami iman dan kepercayaan masing-masing secara lebih mendalam.
https://www.binsarinstitute.id/2024/09/label-sesat-pada-yang-berbeda.html