Showing posts with label Satu Tuhan banyak agama. Show all posts
Showing posts with label Satu Tuhan banyak agama. Show all posts

Saturday, September 28, 2024

Protestan vs Katolik

 

 



Debat Protestan Versus Katolik

Debat Protestan versus Katolik tidak perlu saling mengalahkan

Patris Allegro, MYM, Deky Ngadas

 

Debat yang diterbitkan channel youtube antara mereka yang menyebut diri Apologet Reformed seperti MYM, Deky Ngadas, serta Budi Asali, yang mengatasnamakan pribadi bukan sinode gereja, dengan apologet  Katolik baik Patris Allegro, Romo Alfons, dan Romo Katolik lain menunjukkan bahwa debat dengan klaim sebagai individu atau kelompok yang paling benar hanya akan menghasilkan perbantahan yang tak produktif. Apalagi ketika label sesat dilabelkan pada individu atau komunitas yang berbeda.

Tak ada individu, komunitas, aliran atau agama apapun yang dapat menjadi hakim atas yang lain. Meyakini sebuah agama itu benar adalah hak setiap individu, dan komunitas agama, tapi itu bukan pengesahan bahwa individu atau komunitas individidu yangterbatas itu layak menjadi hakim atas sesamanya.

Menjelaskan dan menyaksikan pengalaman iman, atau rumusan dogma komunitas agama, itu juga hak individu dan komunitas agama. Tapi, Keyakinan individu terhadap iman, agama yang diyakininya benar dan eksklusif itu tak perlu dipaksakan pada yang lain. Apalagi dengan melemparkan tuduhan bahwa yang berbeda itu sesat.

Menurut saya Pancasila dengan semangat bhineka tunggal ika nya, telah menempatkan dialog agama secara tepat, yaitu mengakui agama-agama yang beragam dan berbeda di Indonesia itu memiliki kesamaan dihadapan hukum.

Artinya, dialog agama tidak boleh meminggirkan yang lain, dialog agama, atau pun klaim sebagai agama yang benar tak perlu melabelkan yang lain sesat.

Apalagi kita semua tentu setuju, semua agama-agama itu masih sedang dalam perjalanan mengenal Tuhan, dan tidak ada yang memiliki pengetahuan yang sempurna tentang Tuhan, seperti Tuhan mengenal dirinya. Itu juga berarti agama-agama tidak memiliki hak menjadi hakim atas sesamanya.

Istilah 100% Katolik 100% Indonesia menurut saya tepat, artinya umat katolik tidak perlu membawa-bawa konflik masa lampau antara Protestan dan katolik, kedua agama itu diakui keberadaannya di Indonesia, dan tidak perlu melabelkan sesat pada yang lain. Ungkapkan Paus Fransisikus yang tersohor, Perdamaian adalah Maha karya keadilan perlu terus hidup dalam hati umat Katolik dan semua agama-agama di Indonesia.

Identitas Katolik dengan sejarah perkembangannya yang mebedakan dengan Protestan diterima Pancasila, tapi konflik masa lampau antara Katolik dan Protestan tentu perlu disudahi, karena kedua agama itu adalah agama-agama yang dipeluk masyarakat Indonesia, selain agama dan kepercayaan lain. Katolik, Protestan, dan agama-agama lain adalah saudara dalam satu keluarga, yaitu Indonesia sebagai ibu kita bersama.

Saya setuju, Sekalipun agama-agama di dunia ini memiliki perbedaan besar dalam hal ajaran dogma, demikian juga antara Katolik, Protestan, Pentakosta, Kharismatik dll, namun mereka mempunyai banyak kesamaan dalam hal etika dan perilaku hidup. Semua agama memiliki perumusan aturan emas yang mampu memberi dasar bagi kamanusiaan manusia, atau menjadi dasar bersama.

Perbedaan dan persamaan agama-agama itu dalam Pancasila mendapatkan tempatnya dalam semangat bhineka tunggal ika. Meskipun agama-agama itu berbeda, agama-agama itu sama-sama mengakui bersumber dari Tuhan atau sesuatu yang ilahi, Ketuhanan Yang Maha Esa.

Debat Individu yang menyebut diri apologet Protestan dengan katolik perlu digantikan dengan Dialog agama yang didasari semangat bhineka tunggal ika. Yaitu semangat yang  tidak saling mengalahkan.

 Saya setuju Pancasila ibarat nyawa bangsa Indonesia. Tanpa Pancasila dengan semangat bhineka tunggal ikanya, perbedan suku, agama dan kepercayaan negeri ini tidak akan pernah sepi dengan konflik, apalagi ketika konflik masa lalu yang telah selesai itu terus saja dikobarkan.

Mengingat konflik masa lalu boleh saja, karena itu peristiwa sejarah yang tak mungkin dilupakan. Namun mengingat konflik masa lalu mestinya membangun kesadaran bahwa perlunya mawas diri terhadap kemungkinan berulangnya konflik itu pada masa kini dan masa mendatang.

 

https://www.binsarinstitute.id/2024/09/protestan-vs-katolik.html 

Friday, September 27, 2024

Aliran sesat

 

 


Aliran Sesat?

Tuduhan sebuah aliran gereja adalah sesat, secara khusus untuk agama dan kepercayaan yang dipeluk masyarakat Indonesia dan di lindungi undang-undang adalah tidak tepat.

Indonesia menempatkan agama pada tempat terhormat. Agama yang berbeda dan beragam itu memiliki kedudukan sama dihadapan hukum. Semua gereja, agama, kepercayaan diakui keberadaannya di Indonesia, dan perlu bergaul dengan semangat persaudaraan.

Tuduhan sesat terhadap gereja Katolik yang disampaikan apologet yang mengaku dari aliran Protestan tentu saja membuat masyarakat Indonesia terlukai.

Katolik adalah agama yang diakui di Indonesia, dan Katolik memiliki Dirjen Bimas Katolik, artinya Katolik keberadaannya di Indonesia dilindungi undang-undang.

Wajar saja jika tuduhan sesat pada Katolik yang dikumandangkan seorang oknum yang menyebut diri apologet Protestan menuai perlawanan, dan memberikan tuduhan balik dengan memberikan label sesat pada aliran Protestan sebagai bidat katolik.

Konflik masa lampau antara Protestan dan Katolik sebenarnya tak perlu diwaris generasi saat ini, apalagi di Indonesia yang menempatkan Katolik dan Protestan sama dihadapan hukum, secara khusus dalam pengakuan sila pertama dari Pancasila, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa.

Kedatangan Paus Fransiskus yang membawa berita perdamaian yang amat memesona dengan kesederhanannya menuai pujian secara luas dari berbagai agama mestinya perlu diteladani,.

Umat Katolik perlu terus mengumandangkan warta damai itu untuk tetap lestari di Indonesia. Demikian juga para apologet yang menyebut diri apologet Protestan perlu belajar dan tidak arogan serat merasa diri paling benar, apalagi merasa memiliki kebenaran dan memiliki kunci pintu keselamatan.

Debat dengan melabelkan yang berbeda sebagai aliran  sesat akan membangkitkan intoleransi agama yang berujung pada konflik antarmereka yang saling menyestkan.

Indonesia tersohor dengan toleransinya, diskusi agama dan perjumpaan agama-agama di Indonesia tidak saling mengalahkan, sebaliknya saling belajar untuk saling memperkaya agama-agama yang berbeda.

 

https://www.binsarinstitute.id/2024/09/aliran-sesat.html 

Thursday, September 26, 2024

Ketuhanan yang maha esa

 

 


Ketuhanan yang maha esa

 

Satu Tuhan banyak agama untuk Indonesia memiliki landasannya pada Pancasila, baik pada sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa, maupun juga sila-sila lain yang tidak dapat dipisahkan dari sila pertama Pancasila.

Sila-sila dalam Pancasila itu saling kait mengait dan tidak dapat ditafsirkan secara terpisah. Kata bersama masyarakat Indonesia itu tertuang dalam kelima sila Pancasila.

Pancasila negeri ini mengakui Indonesia bukan negara agama, dalam arti hanya mengakui satu agama, tetapi juga bukan negara sekuler yang menolak kehadiran agama pada ruang publik.

Posisi agama-agama yang terhormat di negeri ini terlihat pada perumusan kebijakan public yang umumnya melibatkan semua elemen bangsa, termasuk di dalamnya adalah tokoh-tokoh agama.

Sosialisasi nilai-nilai Pancasila

Meskipun negeri ini telah 79 tahun merdeka, pemahaman terhadap Pancasila masih perlu terus digali bersama dan juga disosialisasikan. Sosialisasi penggalian nilai-nilai dari Pancasila itu penting, karena sila-sila dari Pancasila adalah nilai-nilai yang hidup dalam sanubarinya masyarakat Indonesia yang perlu diwariskan dari generasi ke generasi.

Apabila penggalian dari nilai-nilai Pancasila itu terus dilakukan secara bersaama, tentu saja dengan semangat kesatuan, maka nilai-nilai bersama yang dituangkan dalam sila-sila Pancasila itu akan terus bersemayam dalam hati masyarakat Indonesia.

Sayangnya nilai-nilai Pancasila yang digali bersama itu tidak tersemaikan secara baik dari generasi ke generasi, apalagi ketika penggalian bersama nilai-nilai Pancasila itu dibekukan dengan menjadikan Pancasila sebagai ideologi tunggal, bahkan jadi alat untuk memenjarakan mereka yang tidak sesuai dengan tafsir penguasa terhadap Pancasila.

 Nilai-nilai dari Pancasila saat ini banyak digugat, usaha bersama menggali nilai Pacasila kerap menimbulkan kontroversi, bahkan menimbulkan pembelahan, karena Pancasila kerap ditafsirkan secara eksklusif menurut agama tertentu, apalagi ketika nilai-nilai eksklusif itu kemudian dipaksakan kepada yang lain, seperti misalnya penolakan mengucapkan selamat hari raya agama tertentu dari mereka yang berbeda agama.

Satu Tuhan satu agama

Pancasila mengakui bahwa rakyat Indonesia adalah rakyat yang beragama, baik mereka yang beragama kebudayaan atau agama suku, agama-agama yang masuk ke Indonesia, atau agama-agama yang merupakan pencampuran agama-agama suku dengan agama-agama yang masuk ke Indonesia.

Pengakuan bahwa manusia Indonesia adalah manusia yang beragama secara bersamaan juga menyatakan bahwa manusia Indonesia adalah manusia yang ber-ketuhanan.

Memang sila Ketuhanan Yang Maha Esa itu bukan menunjuk pada “Tuhan” pada agama tertentu, tapi keyakinan adanya yang disebut “Tuhan” ada pada semua agama dan kepercayaan yang di anut masyarakat Indonesia.

Meskipun keyakinan akan Tuhan agama-agama itu eksklusif, namun terdapat persamaan, yakni adanya pengakuan terhadap pencipta langit dan bumi, yang disebut agama-agama dan kepercayaan sebagai Tuhan dengan berbagai nama.

Berdasarkan sila Ketuhanan Yang Maha Esa itulah bangsa Indonesia mengakui adanya Tuhan dan adanya banyak agama. Jika kita setuju bahwa Pencipta langit dan bumi itu Tuhan yang satu, dan agama-agama yang berbeda itu menunjuk kepada Tuhan yang satu, maka dapat disimpulkan bahwa bangsa Indonesia mengakui adanya Satu Tuhan Banyak Agama.

Pengakuan Satu Tuhan Banyak Agama itu seharusnya memberikann kesadaran untuk semua umat beragama di Indonesia bergaul dengan semangat persaudaraan sebagai satu bangsa yang memiliki ikrar bersama untuk membangun Indonesia yang kuat, untuk kesejahteraan bersama seluruh rakyat Indonesia.

Pengakuan Satu Tuhan Banyak Agama sejatinya memberikan kesadaran pada umat beragama di Indonesia tidak saling menyesatkan, atau memberikan label sesat pada agama tertentu, demikian juga denominasi atau komunitas yang mengajarkan ajaran yang berbeda dengan denominasi ata komunitas lain dalam satu agama.

Apabila agama-agama itu dibiarkan sang pencipta dunia hadir, maka taka da seorangpun yang boleh membelenggu kebebasan beragama, bukankah ketika negeri ini menetapan konstitusi dan undang-undang dibawahnya semua elemen bangsa terlibat. Dan kebijakan itu dapat menjadi acuan sebagai kata bersama yang menjadi dasar hidup bersama masyarakat Indonesia yang beragam. 

https://www.binsarinstitute.id/2024/09/ketuhanan-yang-maha-esa.html 

Marilah kita behenti memberikan label sesat pada yang berbeda, dan kemudian berdialog untuk lebih memahami satu dengan yang lain, dan juga memahami iman dan kepercayaan masing-masing secara lebih mendalam.

https://www.binsarinstitute.id/2024/09/label-sesat-pada-yang-berbeda.html 

Agama Global

  Agama Global Katolik VS Protestan: Indiferentisme dan Non-Indiferentisme agama Agama global menurut saya bisa muncul dengan pemaksaan,...