Hadirnya
pemimpin-pemimpin politik yang berkarakter dan
berkualitas adalah mutlak. Mereka yang telah berjuang memperkembangkan
karakter-karakter mulia mestinya juga berambisi untuk menduduki jabatan politik
demi menghadirkan Indonesia yang adil dan makmur.
Jabatan politik harus
diperjuangkan jatuh ketangan orang yang tepat, jujur, berkarakter, dan
berkualitas. Karena politi itu kudus dan
sejatinya diisi oleh orang-orang berkarakter untuk menjaga kekudusan politik.
Dalam
konteks ini gereja dan agama-agama harus
berperan penting, yakni mendorong umatnya yang memang terpanggil dalam dunia
politik untuk hadir menguduskan politik.
Karena politik itu kudus, dan harus
diisi oleh orang-orang yang berdedikasi tinggi terhadap Tuhan dan sesamanya.
“Terang,”dalam
hal ini orang-orang terbaik negeri ini, tidak boleh tidak peduli dengan dunia
politik yang amat penting itu,
dan harus memberikan terangya di dunia politik.
Apabila “Terang”itu tidak lagi
memberi terangnya, betapa gelapnya dunia politik di negeri ini.
Negeri
ini akan terus mengalami restorasi apabila kesadaran politik rakyat semakin
meningkat. Kesadaran politik rakyat itu akan menjadi benteng yang kuat untuk
membendung hadirnya politisi-politisi busuk yang menyengsarakan rakyat, dan ini
akan menjadi jalan tol bagi hadirnya pemimpin-pemimpin berkarakter, berkualitas
yang akan memakmurkan Indonesia.
Jagad
politik Indonesia akhir-akhir ini mengalami dinamika dengan hadirnya
politisi-politisi yang mendapat dukungan rakyat. Pembangunan masyarakat
Indonesia yang adil dan makmur harus melalui jalan yang berliku-liku karena
absennya putra-putra terbaik bangsa Indonesia yang berkarakter jujur dan
berkualitas.
Dalam
perspektif Kristen negara adalah lembaga yang didirikan Allah untuk menegakkan
keadilan Allah. karena itu, Kekeristenan bertanggung jawab untuk mendorong
pemerintah yang berkuasa agar bertindak secara bertanggung jawab yakni
menyatakan keadilan Allah demi terciptanya tatanan pemerintahan yang adil dan
damai.
Kekristenan
dalam hal ini harus memiliki peran penting dalam pemerintahan untuk menciptakan
pemerintahan yang adil, hadirnya pemimpin-pemimpin Kristen dalam pemerintahan
adalah implementasi dari ketaatan tersebut.
kekristenan pada sisi yang lain juga harus menjadi warga Negara yang
bertanggung jawab, dalam hal ini mentaati pemerintah yang adil, ruang publik sejatinya menjadi arena
kesaksian kekristenan. Mereka yang memiliki kapasitas sebagai pemimpin harus
didorong hadir dalam kontestasi politik di negeri ini.
Dalam
pandangan Kristen Kedaulatan Allah merupakan determinasi Allah yang ditentukan
(predestined) untuk mengusung komunitas manusia
menuju keadaan yang didalamnya kesetaraan, kebebasan dan keadilan
tumbuh. Jadi, kedaulatan Allah tidak boleh mereduksi manusia menjadi boneka
serta membenarkan tirani politik dan sosial .
Tidak
sedikit komunitas Kristen yang pasrah berada dibawah pemerintahan absolutis.
Kedaulatan Allah mestinya mende-absolutisasi dan merelativisasi semuan klaim
atas kekuasaan absolut.
Konsep Kedaulatan Allah dalam kekristenan lebih sering
sebagai senjata melawan tirani daripada mendukungnya. Tugas kritis gereja adalah
untuk melakukan desakralisasi, relativisasi, dan demokratisasi.
Dalam
perspektif kekristenan suara rakyat bukanlah suara Tuhan. Rakyat bukanlah Allah, rakyat
tidak memiliki penalaran dan kebaikan sempurna tanpa cacat, kehendak rakyat
atau roh rakyat bukanlah memutuskan apa
yang adil dan tidak adil . Rakyat harus tunduk pada hukum moral yang melampaui
dirinya.
Nasionalisme
memiliki baik kapasitas untuk memperbesar
kebebasan maupun potensi untuk
menghancurkan kebebasan. Nasionalisme kesukuan di negeri ini akan mengikis
kemajemukan dan toleransi.
Nasionalisme
Indonesia harus berada dalam taman sarinya internasionalisme. Nasionalisme
Indonesia harus menjaga kemajemukan dan toleransi di indonesia.
Kehadiran
pemimpin-pemimpin Kristen yangmemiliki komitmen moral dalam hal ini amat
penting untuk hadirnya Indonesia yang lebih baik.
Seruan revolusi mental yang
didengungkan Presiden RI Jokowidodo mestinya menjadi tantangan bagi kekristenan
untuk bersama mewujudkan Indonesia yang bersih dan bermoral.
Karena memang
harus diakui bahwa di negeri ini telah
terjadi dehumanisasi yang amat memperihatinkan.
Revolusi mental dalam hal hanya
dapat terjadi dengan terjadinya transformasi budaya yang berkelanjutan.
Itulah sebabnya pendidikan di negeri ini sejatinya
perlu menitikberatkan pada pengembangan budaya nasional sebagaimana pernah
dinyatakan oleh Ki hajar Dewantara.
Pendidikan harus berperan
dalam pengembangan kebudayaan nasional.
Kementerian pendidikan dan kebudayaan
merupakan nama yang tepat bagi kementerian pendidikan yang menjadi ujung tombak
pemajuan kebudayaan Indonesia.
Kebudayaan
adalah kemuliaan manusia yang tertinggi. Karena hanya manusia yang memiliki akal budi, dan
mampu mengembangkan kebudayaan.
Pendidikan yang berhasil
mengembangkan kebudayaan bangsa akan memuliakan bangsa tersebut. Keberhasilan kebudayaan adalah kemuliaan seluruh
umat manusia.
Sumbangsih dan keberhasilan kebudayaan seharusnya dimiliki
seluruh umat manusia.Itulag sebabnya pendidikan adalah untuk semua.
Pendidikan adalah hak
asasi manusia. Hanya melalui pendidikan manusia dapat menjadi manusia
seutuhnya.
Pada sisi
lain, kejatuhan manusia dalam dosa merupakan fakta, bahwa dalam perkembangan kebudayaan manusia tersebut
tersembunyi fakta kejatuhan.
Itulah sebabnya perkembangan kebudayaan “tidak
baik-baik saja”. Ada kejahatan, korupsi, pelanggaran hak-hak asasi manusia,
pelanggaran kebebasan beragama, bahkan peperangan, yang tidak jarang
menampilkan wajah bengis manusia.
Umat manusia dalam hal ini harus mewaspadai involusi
budaya yang menghinakan martabat manusia, dan kemudian berjuang bersama-sama
untuk mencapai taraf kebajikan tertinggi.
Apalagi jika kita setuju bahwa kebudayaan adalah jiwa masyarakat, the soul
of society.
Memahami bahwa masyarakat adalah komunitas
“interdependen” maka sudah sepatutnya seluruh rakyat di negeri ini menyadari tanggung jawabnya untuk membangun
kehidupan masyarakat Indonesia, menuju pada kehidupan masyarakat yang adil,
sejahtera dan hidup saling menghargai. Karena itu.
Berlangsungnya transformasi budaya yang
berpusat pada kemuliaan Tuhan, dan bagi kemanusiaan harus menjadi tujuan semua
orang di negeri ini. Tepatlah perkataan yang mengatakan, “Jika masyarakat manusia mencapai tingkat kebudayaan
yang cukup tinggi, maka masyarakat itu membangun kota.
Perkembangan
budaya dari manusia yang telah jatuh dalam dosa harus diakui juga tercemari
keberdosaan manusia. Jadi perkembangan peradaban tidaklah baik-baik saja.
Transformasi budaya dalam hal ini tidak menolak budaya, namun juga tidak
menerimanya begitu saja. Selama hasil akhir kebudayaan itu memuliakan Tuhan,
dan memanusiakan manusia, itu dapat diterima, namun “kebudayaan” yang melawan Tuhan dan menghinakan martabat
manusia harus dikuduskan.
Regenerasi Korupsi, kolusi dan nepotisme yang sukses
di negeri ini adalah bukti telah terjadinya involusi budaya, belum lagi geliat
para makelar kasus yang meminggirkan keadilan, dan menjadikan hukum hanya tajam
kebawah, pada mereka yang miskin serta tidak memiliki akses terhadap kekuasaan,
dan tumpul ke atas, pada mereka yang memiliki uang dan kekuasaan.
Singkatnya, bukannya nilai-nilai yang agung yang
ditinggikan oleh banyak elit di negeri ini, sebaliknya semangat mau menang
sendiri, menghalalkan segala cara, dan semangat untuk menghancurkan sesamanya
telah mendominasi kehidupan elit, setidaknya itulah yang dipertontonkan lewat
media, yang otomatis berdampak buruk bagi kehidupan masyarakat.
Kondisi negeri ini ternyata
masih diperparah lagi dengan meredupnya kecintaan pada Pancasila yang kini
terlihat pada pembilahan masyarakat berdasarkan suku, budaya dan agama.
Ini bukan hanya mengakibatkan terjadinya degradasi identitas
nasional, tetapi lebih parah lagi bisa mengarah pada kematian identitas bangsa
Indonesia yang fenomenanya terlihat pada disintegrasi yang meledak dalam
konflik antar suku, agama dan kelompok di negeri ini.
Padahal, para
pendiri bangsa ini telah sepakat, negara, bangsa dan masyarakat Indonesia yang
akan dibangun adalah negara bangsa dan masyarakat Pancasila.
Karena itu mereka
menetapkan nilai-nilai Pancasila harus menjiwai batang tubuh dari UUD 45 yang
menjadi dasar bagi kehidupan bernegara, berbangsa dan bermasyarakat.
Kita
tentu paham bahwa Pancasila bukan sesuatu yang “given,” terberi, tetapi itu adalah sebuah pencapaian.
Pancasila memang bukanlah ide baru, tapi digali dari bumi Indonesia dan
merupakan kristalisasi dari nilai-nilai yang berkembang dalam kehidupan rakyat
Indonesia yang beraneka ragam. Hingga saat ini, Pancasila merupakan dasar
filosofis yang masih perlu terus digali seiring dengan perkembangan terbaru
saat ini untuk menghadapi permasalahan-permasalahan relevan saat ini.
Karena itu, penerimaan terhadap Pancasila harus
dimaknai sebagai penerimaan terhadap perjumpaan komitmen-komitmen perbedaan
agama, suku dan budaya untuk kemudian membangun hubungan sinergis antar
komunitas yang beragam itu.
Agama, suku dan budaya yang beragama dan berbeda itu
mesti berusaha mencari sintesa dari keragaman yang ada tersebut. Semangat
“Bhinneka Tunggal Ika” yang anti diskriminasi menempatkan perbedaan sebagai
sebuah kekayaan dan bukan ancaman.
Upaya
menggali nilai-nilai Pancasila ini menjadi tanggung jawab semua rakyat
Indonesia. Transformasi Pancasila mesti membawa pada kehidupan bersama rakyat
Indonesia yang lebih baik untuk mencapai cita-cita kemerdekaan Indonesia, yaitu
masyarakat adil dan makmur.
Partisipasi Rakyat Untuk Demokrasi yang
bersih dan
Bermartabat
Dalam
permainan bersama dalam suatu masyarakat, semua individu yang diciptakan
sederajat itu harus ikut bermain, dan tidak ada satupun yang boleh dijadikan
obyek permainan. Semua individu adalah pemain, karena setiap individu memiliki
sumbangsih yang berbeda-beda, dan memiliki peran penting dalam permainan
tersebut. Suatu permainan yang akan membahagiakan semua. Hadirnya demokrasi
yang bersih dan bermartabat hanya mungkin jika semua elemen masyarakat terlibat
aktip dalam pelaksanaan pemilihan kepala daerah yang akan berlangsung serentak
pada Desember tahun ini.
Keterlibatan
rakyat dalam hal ini sangat penting dalam memilih calon kepala daerah yang
memiliki kapasitas untuk jabatan tersebut, itu bukan hanya ditentukan oleh
tingkat pendidikan calon, ataupun penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi
(iptek) tapi juga karakter dan moralitas calon tersebut. Untuk memilih calon
berkarakter tentu saja tidak mudah, ini membutuhkan relasi yang baik dengan
sang calon. Media dalam hal ini sangat berperang penting dalam publikasi calon
secara seimbang, khusunya rekam jejak calon kepala daerah. Rakyat harus melihat rekam jejak calon
tersebut secara baik, dan dengan dasar itulah kemudian menentukan pilihannya.
Tanpa
moralitas penguasaan iptek bisa menjadi alat menghancurkan budaya Indonesia,
dan juga menghancurkan manusia Indonesia. Sebagaimana kita paham bahwa Politik
bisa menjadi alat untuk menghinakan martabat kemanusiaan ditangan mereka yang
jahat dan tak bermoral. Sebaliknya,
jabatan politik ditangan orang-orang berkarakter dan bermoral juga bisa menjadi alat untuk menyejahterakan manusia, untuk menegakkan
keadilan dan kesejahteraan. Demikian juga memilih calon kepala daerah yang
menguasai Iptek tinggi tanpa moralitas akan sangat berbahaya bagi kelangsungan
negeri ini.
Indonesia
memerlukan pemimpin yang tidak hanya pandai, memiliki kemampuan manajerial yang
tersohor, tetapi juga memiliki sifat kepahlawanan. Pemimpin yang memiliki sifat
kepahlawanan adalah pemimpin yang berani
membela dan menyuarakan kebenaran, yang menguntungkan semua orang tanpa
perbedaan, dan yang mendatangkan kebaikan bagi semua masyarakat. Hadirnya
pemimpin-pemimpin yang baik akan memperkuat persatuan bangsa, dan kesatuan
bangsa, dan ini juga menjadi kebutuhan amat penting masyarakat di negeri yang tersohor dengan keragamannya.
Wabah corona yang menghantam Indonesia dan juga dunia, yang kemudian melahirkan gaya
hidup baru yang terkenal dengan istilah
“normal baru”.Hidup bersahabat dengan
corona, artinya tetap menjalani hidup meskipun corona belum mampu kita
tuntaskan, dan menjalani hidup dengan bersahabat dengan corona artinya hidup normal yang baru, yang sebelumnya tidak pernah
kita alami, demikian juga banyak negara di dunia.
Meskipun
corona belum mampu kita punahkan, dan corona masih menjadi ancaman, kita tetap bisa
menjalani hidup normal dengan tetap
waspada untuk tidak tertular dan menularkan virus corona.
Dunai saat ini membutuhkan pemimpin-pemimpin berkarakter
yang selalu ingin maju, terus berubah, dan berani melawan perubahan hidup.
Bagaimanpun beratnya kehidupan, manusia harus menjalaninya, dan menjalani hidup
bersama dengan bersatu saling tolong menolong adalah jalan terbaik.
Pada konteks itu kepemimpinan yang handal dan
berkarakter menjadi sebuah keharusan. Kiranya kehidupan normal baru
yang sedang kita jalani ini, membuat
kita juga berjuang untuk berdamai dengan sesama untuk kemudian memunahkan
corona bersama.
Dr. Binsar Hutabarat
https://www.binsarhutabarat.com/2020/12/indonesia-perlu-pemimpin-politik.html