Podcast Rukun Beragama

Video

Sunday, November 13, 2022

Hikmat Allah Vs Hikmat Manusia


Hikmat Allah Vs Hikmat Manusia

 


Hikmat Allah berasal dari Allah, ketika diterapkan menghasilkan kebaikan, damai sejahtera. Sedang hikmat manusia, hikmat dari bawah, berpusat pada keinginan yang melawan Allah, diterapkan dengan berpusat pada keinginan daging, nafsu manusia berdosa, dan oleh bujukan kegelapan serta menghasilkan kekacauan.

 

Hikmat danPengetahuan

Hikmat adalah kemampuan menggunakan pengetahuan, tanpa hikmat pengetahuan tidak menghasilkan kebaikan bersama, sebaliknya menghasilkan kerusakan. Itulah sebabnya ada orang yang cerdas, memiliki banyak pengetahuan, tetapi penerapan pengetahuan tidak menghasilkan kebaikan, dan kemuliaan bukan bagi nama Tuhan.

PerbedaanHimat Allah dan Hikmat manusia:

1. Hikmat Allah berasal dari Allah. Hikmat Allah hanya bisa didapatkan oleh anugerah Allah. Manusia yang bergantung kepada Allah mendapatkan hikmat Allah di dalam Allah. Sedangkan hikmat manusia berasal dari bawah, dari keinginan dunia yang bertentangan dengan kebenaran Allah, hawa nafsu daging, serta bujuk rayu iblis.

2. Hikmat Allah ketika diterapkan menghasilan kebaikan, karena penerapan pengetahuan dalam hikmat Allah adalah penerapan pengetahun dengan tujuan memuliakan Tuhan serta memberikan kebaikan bagi sesama. Sebliknya hikmat manusia menerapkan pengetahuan dengan berpusat pada diri sendiri yang dipengaruhi oleh keinginan dunia yang melawan Allah, hawa napsu daging, serta tipu daya roh-roh jahat, dan iblis.

3. Hikmat Alah menghasilkan kebaikan bersama, damai sejahtera,serta memuliakan Alla. Penerapan himat Allah membuat manusia saling mengasihi dan bersama-sama hidup memuliakan Tuhan. Sedang penerapan hikmat manusia menghasilkan kekacauan, persengketaan, nafsu untuk saling menghancurkan yang berpusat pada hawa nafsu manusia berdosa yang berakibat menghancurkan manusia itu sendiri.

Mintalah hikmat Allah kepada Allah, dan gunakan pengetahuan yang kita punya untuk kemuliaan Tuhan dan kebaikan sesama, sehingga semangat mengabdikan pengetahuan bukan berpusat pada kepentingan diri yang dikuasai hawa nafsu duniawi, tetapi mintalah hikmat Allah untuk menerapkan pengetahuan dengan semangat dedikasi kepada Allah.

Hasil dari hikmat yang diberikan Allah itu akan menghadirkan kebaikan bagi sesama dan kemuliaan bagi Tuhan. Kiranya damai sejahtera Allah menguasai kita pada minggu ini dan selamanya.

 

Dr. Binsar Antoni Hutabarat

Direktur Binsar Hutabarat Institute

https://www.binsarhutabarat.com/2022/11/hikmat-allah-vs-hikmat-manusia.html

Saturday, November 12, 2022

Iman dan Sains jangan diperdebatkan

 




Iman Kristen dan Ilmu Pengetahuan

Iman Kristen dan Ilmu Pengetahuan jangan diperdebatkan, karena keduanya memiliki landasan yang berbeda. Usaha mengintegrasikan keduanya untuk saling menguatkan menjadi tanggung jawab bersama ilmuwan dan agamawan.

Sebagai masyarakat komunal, masyarakat Indonesia terbiasa tidak  memaksakan pendapatnya, sebaliknya musyawarah mufakat menjadi ciri khasnya. Demikian juga terkait perbedaan iman dan ilmu pengetahuan. Secara khusus umat Kristen tidak perlu mempertentangkan iman dengan ilmu pengetahuan. 

Ilmu Pengetahuan 

Masyarakat Indonesia mengakui pentingnya sains, ilmu pengetahuan yang memiliki kepastian dan pembuktian. Tapi, Sains tidak perlu dipertentangkan dengan agama yang mendasarinya pada keyakinan, bukan pembuktian.

Agama-agama di negeri ini mengakui adanya persesuaian iman dengan ilmu pengetahuan. 

Kristen mengakui bahwa teologi (iman yang mencari pengetahuan) tidak bertentangan dengan sains. Meski riset teologi yang berdasarkan penyataan Allah (Alkitab) itu berbeda dengan riset empiris yang memerlukan pembuktian, atau pembuktian dari data empiris.

Kita perlu memahami perbedaan antara pendapat, pengetahuan dan sebelum membahas perbedaan iman Kristen dan ilmu pengetahuan.

Pendapat dan Pengetahuan

Pendapat adalah pengetahuan yang tidak pasti dan belum memiliki pembuktian. Pendapat itu diutarakan sebelum seseorang melakukan penelitian mendalam, secara khusus dengan menggunakan metode ilmiah untuk mendapatkan pengetahuan.

Jika kita ingin menulis opini atau pendapat, tentu saja kita akan melakukan riset sederhana untuk mengetahui dan memahami sebuah kejadian atau peristiwa. Data-data tentang kejadian itu kita kumpulkan sehingga kita memahami apa, mengapa dan bagaimana peristiwa itu bisa terjadi melalui emampuan berpikir logis.

Setelah itu, berdasarkan sudut pandang yang kita ingin sampaikan, dan didukung dengan bidang keahlian kita, maka kita memberikan pendapat atas kejadian atau peristiwa itu  berdasarkan temuan data-data yang terbatas..

Riset pendapat atau opini yang kita lakukan bukanlah sebuah riset untuk membuktikan suatu kebenaran seperti ketika kita melakukan Penelitian empiris. 

Riset sederhana yang dilakukan untuk membuat sebuah pendapat itu hanya sampai pada perumusan sebuah hipotesis yang masih perlu dilakukan Penelitian lebih lanjut. 

Itulah sebabnya pendapat itu pengetahuan yang tidak pasti, dan juga belum memiliki pembuktian ilmiah. Tapi, kita perlu belajar mengemukakan pendapat untuk mengasah otak.

Iman

Berbeda dengan iman yang memiliki kepastian namun tidak memiliki pembuktian, misalnya saja, kita beriman bahwa Allah menyatakan diri kepada manusia yang secara sempurna dinyatakan dalam kehidupan Kristus, dan yang kemudian dicatat dalam Alkitab adalah sebuah pengetahuan yang pasti, tapi tidak memiliki pembuktian data empiris.

Mereka yang memegang iman terhadap Alkitab sebagai Firman Allah itu tak pernah goyah di serang dengan cara pembuktian ilmiah apapun. Bahkan iman memiliki kepastian jauh lebih kuat dari sains. 

Terbukti, banyak orang berani menderita bahkan mati demi imannya, tetapi sedikit orang yang memilih menderita atau mati untuk mempertahankan temuan sains. Itulah sebabnya konflik antar agama kerap meluas dengan melibatkan para pengikut tokoh agama itu.

Integrasi iman dan Ilmu Pengetahuan 

Umat Kristen percaya Alkitab adalah Firman Tuhan, karena Allah yang benar yang mengatakannya. Sehingga dengan demikian dapat dipahami Alkitab adalah Firman Allah, karena Allah yang benar tidak mungkin berdusta. 

Jika pertanyaan lebih lanjut diutarakan mengenai keabsahan Alkitab memang bisa saja ada jawaban dari mereka yang percaya Alkitab adalah Firman Allah, tapi jawaban itu bukan merupakan pembuktian dengandata-data empiris. 

Tidak adanya pembuktin empiris tidak berarti iman itu tidak memiliki kepastian, meskipun pembuktiannya terbatas, atau tak memiliki pembuktian data empiris, tapi pengalaman subyektif orang beriman itu memiliki kepastian yang sangat kuat.

Orang Kristen beriman bahwa Alkitab adalah Firman Allah, karena itu orang Kristen menggali Alkitab untuk mengenal Allah lebih dalam. Pengetahuan tentang Allah yang digali dari dalam Alkitab itu dipercaya sebagai Firman Allah yang memiliki kepastian, karena anugerah Tuhan, atau karya Roh Kudus menjadikan pengetahuan itu pengalaman subyektif dan memiliki kepastian.

Iman terhadap mujizat bagi beberapa hamba Tuhan itu sebuah kepastian, karena ada laporan Alkitab, dan mereka juga mengalami pengalaman langsung dengan mujizat. 

Terlepas benar atau tidak laporan-laporan terkait mujizat dengan data-data empiris, karena belum ada Penelitian yang mendalam. 

Ketika umat Kristen berdoa meminta mujizat, taka ada seorangpun yang tahu doa siapa yang dijawab Tuhan. Tapi, mereka percaya jika mujizat terjadi itu karena kemurahan Tuhan.

Perdebatan terjadi ketika iman dikaitkan dengan pembuktian. Mereka yang percaya bahwa Tuhan sanggup mengusir corona kemudian diminta membuktikan keyakinan imannya. Itu tentu saja tidak tepat. Karena tanpa pembuktian iman memiliki kepastian. Maka perdebatan pembuktian atas iman merupakan perdebatan yang tidak produktif.

Umat Kristen di bumi Nusantara ini perlu belajar mendengar satu dengan yang lain. Mendengarkan keyakinan iman saudara-saudaranya yang berbeda secara arif. 

 Mempromosikan keyakinan iman perlu dilakukan dengan cara-cara damai, seperti awal mulanya masuknya agama-agama di Indonesia. Karena iman mempunyai kepastian tapi tidak memiliki pembuktian.


Dr. Binsar A.Hutabarat, M.Th.

https://www.binsarhutabarat.com/2022/11/iman-dan-sains-jangan-diperdebatkan.html

Limited Atonement Vs Unlimited Atonement



Debat Kristen, Limited Atonement dan Unlimited Atonement

Dua kelompok yang mendebatkan terkait limited atonement dan unlimited atonement perlu waspada untuk tidak jatuh dalam perdebatan yang tidak produktif, apalagi ketika kedua belah pihak mengklaim pandangannya paling absolut, sesuai Alkitab.


Limited Atonement

Kaum limited atonement atau penebusan terbatas percaya bahwa pengorbanan Yesus di kayu salib, terbatas hanya untuk mereka yang percaya kepada pengorbanan Yesus di salib untuk menebus dosa manusia.

Menurut kelompok penebusan terbatas ini, Yesus tidak mati untuk semua orang, tetapi hanya untuk mereka yang percaya kepada pengorbanan Yesus di salib dengan mengucapkan pengakuan percaya bahwa Yesus telah mati untuk menebus dosa manusia.

Penebusan terbatas berargumen bahwa Yesus tidak mungkin mati untuk semua orang, karena jika Yesus mati untuk semua orang, maka semua orang harus persaya kepada Yesus dan diselematkan. Selanjutnya mereka juga berargumen bahwa, karena ada yang menolak Yesus, atau percaya terhadap pengorbanan Yesus di salib, maka Yesus tidak mati bagi mereka yang tidak percaya. 

Yesus hanya menebus dosa orang pilihan saja, jadi penebusan Yesus terbatas, atau limited.


Unlimited Atonement

Kaum unlimited atonement sebaliknya percaya bahwa Yesus mati untuk semua orang. Yesus yang adalah Allah sejati dan manusia sejati, tentu saja pengorbananya cukup untuk semua orang. jadi Yesus mati untuk semua orang.

Kaum penebusan tidak terbatas itu percaya bahwa kematian Yesus cukup untuk menebus dosa manusia, karena Allah yang tak terbatas tentu saja mampu menanggung dosa seluruh umat manusia.

 Meski kaum penebusan tak terbatas ini mengakui bahwa orang perlu menerima dan mengakui pengorbanan Yesus di kayu salib untuk dapat diselamatkan.

Kaum penebusan terbatas pun setuju bahwa hanya orang pilihan yang mengakui dan menerima pengorbanan Yesus di kayu salib.


Jalan damai

Kaum limited atonement dan kaum unlimited atonement sebenarnya sam-sama memiliki keterbatasan data Alkitab untuk mendasari argumen mereka.

Menurut saya, kenapa kedua kaum itu tidak saling berbagi data Alkitab kemudian mengembangkan teori penebusan yang mereka yakini. Bukankah kita perlu mengembangkan pemikian teologi, dan bukan hanya menerima saja warisna dari para pendahulu, atau pakar-pakar teologi yang terbatas itu.


Dr. Binsar Antoni Hutabarat

BINSAR HUTABARAT INSTITUTE

https://www.binsarhutabarat.com/2021/09/soal-limited-atonement.html

Menguatkan Moderasi Beragama di indonesia

 



Menguatkan moderasi beragama menekan radikalisme agama


Menguatkan Moderasi Beragama di Indonesia

Pada tahun 2019 istilah moderasi beragama mulai mencuat seiring dengan hadirnya buku-buku yang membahas terkait perlunya menghadirkan moderasi beragama di Indonesia. Pemerintah tentu tidak salah mengumandangka pentingnya moderasi beragama di Indonesia, tapi elemen penting dalam menguatkan moderasi beragama adalah rakyat itu sendiri.

Radikalisme agama meledakkan terorisme

Secara umum Radikalisme agama merupakan  gerak keagamaan berbasis kepada tafsiran literal hukum agama demi pemahaman dan praksis keagamaan yang lurus dan murni, dan karena itu menolak Pancasila dan toleransi.

 Radikalisme agama dalam pengertian politik adalah sebuah gerakan yang menginginkan perubahan dengan cepat atau radikal dengan meruntuhkan pemerintahan yang ada, dan kemudian menghadirkan negara yang didasarkan pada agama tertentu. Jadi radikalisme agama sangat berbahaya karena ingin menguasai negara dengan cara-cara tidak demokrasi untuk menguasai pemerintahan.

Menguatnya radikalisme agama itu kemudian meledakkan aksi-aksi terorisme yang membuat masyarakat di Indonesia, bahkan pada beberapa penjuru dunia menjadi tidak tenang. Tindakan bom bunuh diri yang menghancurkan tubuh terorisme, juga orang-orang yang menjadi sasaran bom bunuh diri membuat masyarakat Indonesia tidak tenanng.

Peristiwa Bom Natal, Bom Bali, Bom Marirot membuat masyarakat tidak bisa tenang menikmati liburan pada tempat-tempat rekreasi, bahkan di mall-mall yang kerap jadi sasaran bunuh diri. Apalagi kantor polisi juga telah menjadi sasaaran bom bunuh diri itu.

Menguatkan moderasi beragama

Agama sepatutnya membuat pemeluknya ramah terhadap sesamanya, itulah sebabnya kerukunan merupakan semangat agama. Umat beragama yang taan tentu ingin menaburkan benih kasih kepada sesamanya. Pengenalan akan sangpencipta yang penuh kasih, adil, memberikan hujan dan panas kepada semua orang tanpa kecuali mengajarkan bahwa mengasihi sesama adalah sebuah kerahurasan.

Moderasi beragama yaitu sebuah sikap moderat, toleran, dapat menerima perbedaan, bahkan menjadikan perbedaan kesempatan untuk saling memperkaya pemahaman agama masing-masing sejatinya perlu muncul dari masyarakat. Menguatkan moderasi beragama merupakan tugas setiap umat beragama, bukan hanya pemerintah, meski pemerintah punya kepentingan, yaitu untuk menguatkan persatuan dan kesatuan umat beragama di indonesia. Karena dengan persatuan dan kesatuan umat beragama itu, Indonesia bisa terus maju, hadir sebagai negara maju yang diperhitungkan dunia.

Dengan demikian jelaslah, usaha pemerintah untuk menguatkan moderasi beragama tidak ada yang salah. Moderasi beragama menekan radikalisma agama yang meledakkan terorisme. Tapi, perang masyarakat menjadi kunci keberhasilan dalam menguatkan moderasi beragama yang dikumandangkan pemerintah itu.


Dr. Binsar Antoni Hutabarat

Direktur Binsar Hutabarat Institute

Wednesday, October 26, 2022

Mabuk Scopus, Jurnal Bereputasi

 


https://www.facebook.com/Binsarhutabaratcenter



Mabuk Scopus, Jurnal Bereputasi


Jabatan, takhta atau kedudukan masih saja menjadi incaran manusia-manusia ambisius nir etis yang berpusat pada ego tanpa peduli dampak menghancurkan yang kerap menyertai tindakan meraup kekayaan sebesar-besarnya melalui jabatan itu. 

Napsu untuk mendapatkan jabatan fungsional Guru Besar dengan menghalalkan segala macam cara menjadi fenomena biasa bagi para cendikiawan, penjahat berkerah putih yang “Mabuk Scopus”jurnal bereputasi. 

Meski harus menggelontorkan  puluhan juta rupiah, mereka yang mabuk scopus itu rela tak peduli, asalkan napsu memilik artikel yang dimuat pada jurnal terindeks scopus sebagai syarat menjadi Guru Besar (Profesor) terpenuhi.

Persyaratan jabatan Guru Besar yang mewajibkan seorang dosen memiliki artikel yang dimuat pada jurnal terindeks scopus terindikasi berpengaruh sinifikan terhadap menjamurnya lembaga-lembaga bimbingan menulis artikel ilmiah, bahkan terindikasi ada joki-joki scopus yang menjamin dosen yang tak mampu meneliti dan menulis karya ilmiah bisa memiliki artikel yang dimuat di jurnal terindeks scopus. 

Mereka yang mabuk scopus bukannya berjuang menghasilkan karya penelitian yang berguna bagi masyarakat dengan temuan-temuan baru mereka, tapi dalam mabuknya mereka kerap berceloteh artikel scopus mereka terus bertambah, bahkan dalam mabuknya mereka kerap lupa bahwa utamanya bukanlah publikasi, tapi karya bermutu!

Bisnis jurnal terindeks scopus, juga diikuti bisnis jurnal bereputasi terindeks Sinta, apalagi jurnal-jurnal terindeks Sinta 1 dan Sinta 2, syarat untuk memiliki jabatan Lektor Kepala dan Guru Besar. Apa jadinya jika publikasi pada  jurnal bereputasi itu tidak menghadirkan artikel hasil penelitian bermutu?

Check Plagiarism yang menjadi alat untuk membantu mendeteksi apakah sebuah artikel itu plagiasi atau tidak, sebaliknya dijadikan alat untuk “mengelabui”bahwa artikel plagiasi itu tidak terdeteksi alat check Plagiarism. Apalagi dengan hadirnya aplikasi-aplikasi yang memudahkan membuat paraphrase sehingga artikel plagiat itu tidak terdeteksi sebagai artikel plagiat. Untuk mereka yang paham tentu saja tetap mampu mendeteksi, apakah sebuah artikel itu plagiasi atau tidak.

Kementerian Pendidikan Indonesia perlu tanggap terhadap banyaknya jurnal-jurnal predator, tetapi juga terhadap gencarnya publikasi artikel tak bermutu pada jurna-jurnal bereputasi seperti jurnal terindeks scopus dan jurnal terindeks Sinta.

Para dosen pendidikan tinggi keagamaan yang tergabung dalam Kementerian Agama Republik indonesia perlu mewaspadai fenomena “mabuk scopus,” apalagi, Jabatan Guru Besar rumpun ilmu agama kini berada di Kementerian Agama.

Kita bersyukur atas meningkatnya publikasi cendekiawan Indonesia pada jurnal-jurnal bereputasi, seperti jurnal terindeks scopus dan terindeks Sinta. Tapi, jika publikasi pada jurnal-jurnal bereputasi itu tidak menghadirkan karya-karya bermutu, dan hanya menghadirkan multiplikasi mereka yang mabuk scopus, apa gunanya untuk kemajuan pendidikan bangsa indonesia?

Pemerintah dan para cendikiawan di negeri ini mesti mewaspadai jatuhnya jabatan-jabatan penting pada mereka yang tidak bermutu. Pemerintah Indonesia perlu waspada pada hadirnya para makelar jabatan, tapi juga joki-joki jurnal terindeks scopus, atau jurnal bereputasi.

Kiranya negeri ini bisa bebas dari penjajahan jurnal terindeks scopus dan juga jurnal bereputasi. Publikasi hanyalah alat, bukan tujuan. 

Dr. Binsar A. Hutabarat

Ketua Umum Asosiasi Program Studi Teologi dan PAK (ASPROTEPAK)




Teologi Gereja Versus Teologi Jemaat

                                     Teologi Gereja Versus Teologi Jemaat   Teologi gereja yang dinyatakan dalam pengakuan iman sebuah den...