Podcast Rukun Beragama

Video

Tuesday, November 15, 2022

Mendamaikan Calvinisme dan Armenianisme

 Mendamaikan Calvinisme dan Armenianisme


Gereja di Indonesia perlu bergerak maju mengembangkan pemikiran-pemikiran teologi kontekstual yang melampaui Calvinisme dan Armenianisme


Calvinisme dan Armenianisme

Teologi Calvinisme dan Armenianisme, demikian juga konflik antara kedua kelompok itu merupakan sejarah masa lampau. 

Gereja di Indonesia perlu mengembangkan teologi yang melampaui Calvinisme dan Armenianisme bukan hanya sekadar mencari titik temu dari kedua pemikiran teologi itu untuk mendamaikannya, tetapi juga bergerak melampaui pemikiran Calvinisme dan Armenianisme dengan memerhatikan konteks gereja dan agama-agama di Indonesia.

Teologi tidak pernah lahir di ruang hampa, teologi merupakan jawaban terhadap persoalan-persoalan yang terikat dengan konteks pelayanan gereja. Jadi Calvinisme dan Armenianisme adalah pemikiran teologi yang lahir pada zaman dan konteks yang berbeda dengan gerja-gereja di Indonesia. Gereja-gereja di Indonesia perlu mengembangkan teologi yang cocok dengan konteks Indonesia. Sebuah teologi yang menjadi dasar kehadiran Kristen di bumi nusantara.

Sintesis Calvinisme dan Armenianisme

Terkait dengan sintesis antara Calvinisme dan Armenianisme kita bisa mendamaikannya dalam teologi anugerah atau kasih karunia. Kedua teologi itu memiliki pijakan dalam kasih karunia Allah. 

Jadi dengan mencari titik temu antara kedua aliran itu, kedua kelompok itu memiliki pijakan bersama dalam teologi kasih karunia, tapi bisa saja terus mempertajam pemahaman masing-masing aliran dengan mencoba memahami pemikiran tersebut dengan berangkat dari pergumulan masing-masing aliran, tanpa harus mewarisi konflik masa lampau antar kedua kelompok itu.

Teologi Ilmiah

Teologi ilmiah terikat dengan keterbatasan manusia, sehingga tidak ada pemikiran teologi yang setara dengan Alkitab. Kedua pemikiran itu, Calvinisme dan Armenianisme perlu  rendah hati mengakui realitas itu. Klaim doktrin gereja atau aliran tertentu absolud perlu ditinggalkan.

Kelompok Calvinisme meyakini bahwa anugerah keselamatan diterima oleh orang percaya karena pilihan Tuhan. Mereka percaya bahwa Korban Yesus Kristus di kayu salib mampu menyelamatkan semua manusia berdosa, karena Yesus adalah Allah yang tak terbatas. Namun, menurut Calvinisme, karya Kristus di kayu salib hanya efektif bagi orang pilihan Tuhan.

Selanjutnya Calvinisme juga menyakini bahwa keselamatan orang percaya itu berada dalam tangan Tuhan yang memilih orang percaya. 

Karena keselamatan bergantung pada Tuhan, maka selanjutnya mereka mengatakan tidak ada yang bisa mengambil orang percaya dari tangan keselamatan Allah, penderitaan penganiayaan bahkan maut sekalipun. 

Tapi, pemilihan Tuhan ini adalah suatu rahasia. Kaum Calivinisme tidak dapat menjelaskan mengapa Tuhan memilih mereka, yang mereka yakini itu adalah karena kasih karunia Tuhan. Semuanya Karena Anugerah Tuhan.

Sedangkan Armenianisme meyakini bahwa keselamatan adalah anugerah Tuhan dan menjadi efektif dalam pilihan manusia. Karya Kristus di kayu salib hanya efektif bagi mereka yang memilih untuk percaya, atau menerima anugerah keselamatan Tuhan. Berbeda dengan Calvinisme yang mengatakan anugerah tak dapat di tolak.

Selanjutnya Armenianisme mengatakan, orang yang percaya kepada korban Kristus di kayu salib harus merespon dengan ketaatan kepada Tuhan, hidup sesuai Firman Tuhan.

 Apabila orang percaya Murtad, atau tidak setia kepada Yesus, maka keselamatan akan hilang. Jadi, keselamatan ditentukan pilihan dan kesetiaan manusia.

Menariknya, Armenianisme juga percaya bahwa ketaatan dan kesetiaan orang percaya kepada Yesus adalah anugerah Tuhan. 

Hanya Roh Kudus yang dapat memampukan orang percaya hidup dalam ketaatan kepada Tuhan. Demikian juga, hanya Allah yang dapat menolong orang percaya untuk tetap setia kepada Tuhan sampai akhir.


Titik Temua Armenianisme dan Calvinisme

Kedua pandangan tersebut, Calvinisme dan Armenianisme tampak memiliki titik temu dalam teologi anugerah atau kasih karunia. 

Calvinisme percaya pilihan Tuhan adalah anugerah Tuhan. Demikian juga Armenianisme percaya ketaatan dan kesetiaan orang percaya adalah anugerah Tuhan.

Saya mencoba mendamaikan kedua pandangan itu dengan melihat sejarah keselamatan. Sejak awal manusia Jatuh keadalam dosa penebusan dosa adalah karena perjanjian anugerah Tuhan. 

Tuhan berjanji bahwa keturunan perempuan akan menginjak kepala ular atau iblis, ”keturunanya akan meremukkan kepalamu dan engkau akan meremukkann tumitnya” (Kejadian 3:15), ayat ini mengacu kepada kedatangan Yesus sebagai penebus.

Perjanjian anugerah Allah juga dinyatakan dalam pemilihan Abraham. Paulus menjelaskan “ Adapun kepada Abraham diucapkan segala janji itu dan kepada keturunannya.Tidak dikatakan “kepada keturunan-keturunannya” seolah-olah dimaksud banyak orang, tetapi hanya satu orang:” dan kepada keturunanmu”, yaitu Kristus.

Keturunan Yakub kemudian pergi ke Mesir, dan setelah Raja yang memimpin Mesir tidak lagi mengingat Jasa Yusuf, orang Israel dijadikan budak di Mesir. Allah kemudian membebaskan Israel untuk masuk ketanah perjanjian. Dalam perjalanan di padang gurun Tuhan memberikan Taurat melalui Musa.

Sebab, jikalau apa yang ditentukan Allah berasal dari hukum Taurat, ia tidak berasal dari janji, tetapi justru oleh janjilah Allah telah menganugerahkan kasih KaruniaNya kepada Abraham. 

Paulus mengatakan, Kalau demikian, apakah maksudnya hukum Taurat? Ia ditambahkan oleh karena pelanggaran-pelanggaran -sampai datang keturunan yang dimaksud oleh janji itu-dan ia disampaikan dengan perantaraan Malaikat-malaikat ke dalam tangan seorang pengantara.

Keselamatan diberikan karena perjanjian anugerah Allah, rencana transformasi manusia berdosa yang dijanjikan Bapa itu digenapi pada kematian Yesus di salib. 

Pada masa Israel Allah memberikan Taurat karena pelanggaran-pelanggaran Israel. Taurat diberikan dengan cara luar biasa melalui Musa, taurat diberikan agar Israel sebagai umat pilihan Allah hidup memuliakan Tuhan. 

Pada waktu itu Israel belum melihat Firman yang hidup, yaitu Yesus sebagai penyataan Allah yang sempurna. Taurat seperti peta yang menolong orang Israel bagaimana cara hidup yang memuliakan Tuhan.

Yesus mengatakan Taurat tetap berlaku, kematian Kristus di salib menebus manusia berdosa yang tidak bisa memenuhi taurat. Namun, orang yang percaya harus hidup dalam ketaatan. 

Gambaran manusia yang taat secara sempurna adalah Yesus Kristus yang telah menebus dosa manusia di salib, dan sekaligus memberikan kuasa Allah untuk memampukan manusia hidup seperti Kristus.

Dengan demikian kita dapat mendamaikan bahwa Allah yang memilih orang percaya telah memindahkan orang percaya dari budak dosa menjadi budak Allah, budak kebenaran. 

Orang Armenian dan Calvinisme sama-sama percaya bahwa ketaatan manusia kepada Allah adalah karena anugerah Tuhan.

Semua orang yang mengakui percaya kepada Allah, baik percaya karena pilihan Tuhan, atau percaya karena memilih untuk percaya kepada Pengorbanan Kristus di salib  sama-sama harus hidup dalam ketaatan kepada Allah.

Doktrin dan Ketaatan

Doktrin harus mengarahkan orang percaya untuk hidup dalam ketaatan pada Tuhan. Doktrin harus mengarahkan orang percaya kepada komitmen untuk mengasihi Tuhan dan komitmen kepada sesama. 

Doktrin yang tidak mengarahkan pada ketaatan tidak banyak gunanya. Yakobus berkata, Tetapi mungkin ada orang berkata: “Padamu ada iman dan padaku ada perbuatan,” aku akan menjawab dia: Tunjukkanlah kepadaku imanmu itu tanpa perbuatan dan aku akan menunjukkan kepadaku imanku dari perbuatan-perbuatanku.”Iman tanpa perbuatan bukanlah iman, tetapi sekadar rumusan doktrin hasil usaha manusia.

Perdebatan Calvinisme dan Armenianisme akan berhenti dan tidak saling menyesatkan, apalagi saling menghancurkan jika keduanya mengacu kepada pemahaman yang sama yaitu, hidup dan keselamatan orang percaya karena anugerah Tuhan.

Doktrin sehebat apapun tanpa karya Roh Kudus tidak akan membawa seseorang kepada iman. Hanya karena anugerah Tuhan doktrin dapat mengarahkan orang percaya untuk hidup dalam ketaatan. Demikian juga ketaatan dan kesetiaan kepada Allah hanya mungkin karena anugerah Tuhan.

Calvinisme dan Armenianisme sepatutnya berlumba-lumba untuk hidup saling mengisihi, saling memahami, dan saling berbagi untuk kebaikan bersama. Kesatuan Calvinisme dan Armenianisme harus diperluas dengan kesatuan gereja, karena gereja itu esa.


Pdt. Dr. Binsar Antoni Hutabart, M.Th.

https://www.binsarhutabarat.com/2022/11/mendamaikan-calvinisme-dan-armenianisme.html



Teologi Kontekstual Kristen Nusantara




Teologi Kontekstual Kristen Nusantara

 Sebuah teologi yang mendasari kehadiran Kristen di bumi Nusantara, atau yang saya sebut Kristen Nusantara perlu dihadirkan untuk memberikan kontribusi bagi pembangunan masyarakat, bangsa dan negara di bumi Nusantara, Indonesia.

Untuk mengembangkan teologi kontekstual ini sekolah-sekolah tinggi teologi perlu memainkan perannya. Sekolah-sekolah teologi perlu mengembangkan teologi akademis dan tentu saja tidak meningglkan teologi gereja.

Teologi akademis dan teologi gereja perlu berintegrasikan untuk memajukan teologi-teologi gereja di Indonesia.

Teologi akademis perlu mengembangkan teologi-teologi warisan gereja yang dijaga ketat di dalam tata gereja. 


Revisi Teologi Gereja

Teologi akademis perlu berani merevisi teologi gereja yang merupakan warisan gereja. 

Para akademisi tentu saja perlu belajar doktrin gereja, tetapi bukan menjadi pasukan yang disiapkan sekadar menjaga kelestarian doktrin gereja. 

Untuk sekolah-sekolah teologi yang didirikan gereja, tugas ini tidak mudah. Apalagi jika gereja yang mendirikan menjadi penyandang dana tunggal.

Sekolah teologi harus mampu menjawab kebutuhan masyarakat Indonesia. Karena itu gereja-gereja pendidikan teologi, tidak bisa mengimport begitu saja pemikiran teologi Barat. 

Pengenalan konteks Indonesia dengan segala keragamannya tidak boleh diabaikan. Teologi misi kontekstual harus terus menerus dikembangkan. Teologi itu harus terus berkembang demikian juga penerapannya dalam pelayanan di indonesia.


Dr. Binsar Antoni Hutabarat

Ketua Redaksi SiarBatavianews.com

www.siarbatavianews.com


 https://www.binsarhutabarat.com/2022/11/teologi-kontekstual-kristen-nusantara.html

Monday, November 14, 2022

Hermeneutika Alkitab




Hermeneutika Alkitab

Setidaknya ada dua perbedaan yang mendasar terkait keyakinan Alkitab, apakah sebagai firman Allah atau berisi firman Allah yang menjadi sumber dalam berteologi.

Pertama mereka yang percaya Allah hanya memberikan data-data atau fakta-fakta dalam Alkitab kemudian pembaca boleh menafsirkannya menurut pandangan mereka. 

Kelompok yang kedua mengatakan bahwa Allah bukan hanya menyatakan data-data atau fakta-fakta tentang Allah, tetapi juga Allah secara langsung menjelaskan tentang fakta-fakta itu. Ambil contoh, fakta Injil dipaparkan dalam kitab Injil Matius, Markus dan Lukas. Kemudian kitab-kitab selanjutnya menjelaskan tentang fakta Injil itu.

Teologi Alkitab

Hasil dari hermeneutika Alkitab adalah teologi Alkitab. Perbedaan hasil hermeneutik Alkitab itu terjadi karena keyakinan terhadap Alkitab sebagai sumber berteologi itu memiliki perbedaan.

 Kelompok pertama akan mengumpulkan data-data dalam Alkitab, kemudian berdasarkan data-data yang mereka miliki, maka mereka membangun rumusan teologi mereka. 

Semakin banyak data yang dikumpulkan maka makin baik generalisasinya, demikian juga rumusan teologi yang dihasilkan. Jika mengacu pada penelitian kualitatif , maka rumusan itu menjadi teori atau hipotesis yang bisa digugat kebenarannya.

Kelompok yang kedua bekerja lebih keras dalam menafsirkan Alkitab. Selain mengumpulkan data-data Alkitab, mereka juga mengelompokkan data-data itu dalam tema-tema tertentu, tapi juga memperhatikan kronologis dari data-data yang dikumpulkan, .

Kemudian mereka mengelompokkan data-data tersebut, dan berdasarkan data-data itu dibuatlah sebuah hipotesis atau teori. Tapi mereka juga membandingkannya dengan penjelasan Alkitab tentang data-data itu, sehingga mereka membangun teologi Yohanes, teologi Paulus dll. Teologi-teologi itu tidak boleh berkontradiksi, itulah sebabnya mereka menyebutnya Alkitab menafsirkan Alkitab

Penafsiran Alkitab yang murni

Kedua pandangan tersebut hampir tak memiliki perbedaan, hanya saja pandangan kedua akan lebih rendah hati untuk tidak menjelaskan apa yang Alkitab tidak jelaskan. Sedang yang pertama akan selalu tergoda untuk membuat hipotesis dari data-data yang dikumpulkan meski data-data Alkitab itu masih sangat sederhana. Ketika seseorang membangun sebuah hipotesis dari data yang sangat sederhana ini, maka pengetahuan itu bisa digolongkan pada pendapat bukan hasil rumusan teologi ilmiah.

Perdebatan yang terjadi biasanya bukan hanya pemahaman Alkitab yang terbatas, tetapi juga pemahaman peristiwa yang akan dikomentari juga terbatas. 

Pada kondisi ini kedua belah pihak yang berkonflik harus dengan rendah hati mengakui bahwa pendapatnya tidak memiliki pembuktian data yang cukup. Pada tataran ini perbedaan pendapat tidak harus membawa kepada konflik siapa yang memiliki penafsiran yang murni dan mana yang tidak murni.


Dr. Binsar Antoni Hutabarat

Sunday, November 13, 2022

Hikmat Allah Vs Hikmat Manusia


Hikmat Allah Vs Hikmat Manusia

 


Hikmat Allah berasal dari Allah, ketika diterapkan menghasilkan kebaikan, damai sejahtera. Sedang hikmat manusia, hikmat dari bawah, berpusat pada keinginan yang melawan Allah, diterapkan dengan berpusat pada keinginan daging, nafsu manusia berdosa, dan oleh bujukan kegelapan serta menghasilkan kekacauan.

 

Hikmat danPengetahuan

Hikmat adalah kemampuan menggunakan pengetahuan, tanpa hikmat pengetahuan tidak menghasilkan kebaikan bersama, sebaliknya menghasilkan kerusakan. Itulah sebabnya ada orang yang cerdas, memiliki banyak pengetahuan, tetapi penerapan pengetahuan tidak menghasilkan kebaikan, dan kemuliaan bukan bagi nama Tuhan.

PerbedaanHimat Allah dan Hikmat manusia:

1. Hikmat Allah berasal dari Allah. Hikmat Allah hanya bisa didapatkan oleh anugerah Allah. Manusia yang bergantung kepada Allah mendapatkan hikmat Allah di dalam Allah. Sedangkan hikmat manusia berasal dari bawah, dari keinginan dunia yang bertentangan dengan kebenaran Allah, hawa nafsu daging, serta bujuk rayu iblis.

2. Hikmat Allah ketika diterapkan menghasilan kebaikan, karena penerapan pengetahuan dalam hikmat Allah adalah penerapan pengetahun dengan tujuan memuliakan Tuhan serta memberikan kebaikan bagi sesama. Sebliknya hikmat manusia menerapkan pengetahuan dengan berpusat pada diri sendiri yang dipengaruhi oleh keinginan dunia yang melawan Allah, hawa napsu daging, serta tipu daya roh-roh jahat, dan iblis.

3. Hikmat Alah menghasilkan kebaikan bersama, damai sejahtera,serta memuliakan Alla. Penerapan himat Allah membuat manusia saling mengasihi dan bersama-sama hidup memuliakan Tuhan. Sedang penerapan hikmat manusia menghasilkan kekacauan, persengketaan, nafsu untuk saling menghancurkan yang berpusat pada hawa nafsu manusia berdosa yang berakibat menghancurkan manusia itu sendiri.

Mintalah hikmat Allah kepada Allah, dan gunakan pengetahuan yang kita punya untuk kemuliaan Tuhan dan kebaikan sesama, sehingga semangat mengabdikan pengetahuan bukan berpusat pada kepentingan diri yang dikuasai hawa nafsu duniawi, tetapi mintalah hikmat Allah untuk menerapkan pengetahuan dengan semangat dedikasi kepada Allah.

Hasil dari hikmat yang diberikan Allah itu akan menghadirkan kebaikan bagi sesama dan kemuliaan bagi Tuhan. Kiranya damai sejahtera Allah menguasai kita pada minggu ini dan selamanya.

 

Dr. Binsar Antoni Hutabarat

Direktur Binsar Hutabarat Institute

https://www.binsarhutabarat.com/2022/11/hikmat-allah-vs-hikmat-manusia.html

Saturday, November 12, 2022

Iman dan Sains jangan diperdebatkan

 




Iman Kristen dan Ilmu Pengetahuan

Iman Kristen dan Ilmu Pengetahuan jangan diperdebatkan, karena keduanya memiliki landasan yang berbeda. Usaha mengintegrasikan keduanya untuk saling menguatkan menjadi tanggung jawab bersama ilmuwan dan agamawan.

Sebagai masyarakat komunal, masyarakat Indonesia terbiasa tidak  memaksakan pendapatnya, sebaliknya musyawarah mufakat menjadi ciri khasnya. Demikian juga terkait perbedaan iman dan ilmu pengetahuan. Secara khusus umat Kristen tidak perlu mempertentangkan iman dengan ilmu pengetahuan. 

Ilmu Pengetahuan 

Masyarakat Indonesia mengakui pentingnya sains, ilmu pengetahuan yang memiliki kepastian dan pembuktian. Tapi, Sains tidak perlu dipertentangkan dengan agama yang mendasarinya pada keyakinan, bukan pembuktian.

Agama-agama di negeri ini mengakui adanya persesuaian iman dengan ilmu pengetahuan. 

Kristen mengakui bahwa teologi (iman yang mencari pengetahuan) tidak bertentangan dengan sains. Meski riset teologi yang berdasarkan penyataan Allah (Alkitab) itu berbeda dengan riset empiris yang memerlukan pembuktian, atau pembuktian dari data empiris.

Kita perlu memahami perbedaan antara pendapat, pengetahuan dan sebelum membahas perbedaan iman Kristen dan ilmu pengetahuan.

Pendapat dan Pengetahuan

Pendapat adalah pengetahuan yang tidak pasti dan belum memiliki pembuktian. Pendapat itu diutarakan sebelum seseorang melakukan penelitian mendalam, secara khusus dengan menggunakan metode ilmiah untuk mendapatkan pengetahuan.

Jika kita ingin menulis opini atau pendapat, tentu saja kita akan melakukan riset sederhana untuk mengetahui dan memahami sebuah kejadian atau peristiwa. Data-data tentang kejadian itu kita kumpulkan sehingga kita memahami apa, mengapa dan bagaimana peristiwa itu bisa terjadi melalui emampuan berpikir logis.

Setelah itu, berdasarkan sudut pandang yang kita ingin sampaikan, dan didukung dengan bidang keahlian kita, maka kita memberikan pendapat atas kejadian atau peristiwa itu  berdasarkan temuan data-data yang terbatas..

Riset pendapat atau opini yang kita lakukan bukanlah sebuah riset untuk membuktikan suatu kebenaran seperti ketika kita melakukan Penelitian empiris. 

Riset sederhana yang dilakukan untuk membuat sebuah pendapat itu hanya sampai pada perumusan sebuah hipotesis yang masih perlu dilakukan Penelitian lebih lanjut. 

Itulah sebabnya pendapat itu pengetahuan yang tidak pasti, dan juga belum memiliki pembuktian ilmiah. Tapi, kita perlu belajar mengemukakan pendapat untuk mengasah otak.

Iman

Berbeda dengan iman yang memiliki kepastian namun tidak memiliki pembuktian, misalnya saja, kita beriman bahwa Allah menyatakan diri kepada manusia yang secara sempurna dinyatakan dalam kehidupan Kristus, dan yang kemudian dicatat dalam Alkitab adalah sebuah pengetahuan yang pasti, tapi tidak memiliki pembuktian data empiris.

Mereka yang memegang iman terhadap Alkitab sebagai Firman Allah itu tak pernah goyah di serang dengan cara pembuktian ilmiah apapun. Bahkan iman memiliki kepastian jauh lebih kuat dari sains. 

Terbukti, banyak orang berani menderita bahkan mati demi imannya, tetapi sedikit orang yang memilih menderita atau mati untuk mempertahankan temuan sains. Itulah sebabnya konflik antar agama kerap meluas dengan melibatkan para pengikut tokoh agama itu.

Integrasi iman dan Ilmu Pengetahuan 

Umat Kristen percaya Alkitab adalah Firman Tuhan, karena Allah yang benar yang mengatakannya. Sehingga dengan demikian dapat dipahami Alkitab adalah Firman Allah, karena Allah yang benar tidak mungkin berdusta. 

Jika pertanyaan lebih lanjut diutarakan mengenai keabsahan Alkitab memang bisa saja ada jawaban dari mereka yang percaya Alkitab adalah Firman Allah, tapi jawaban itu bukan merupakan pembuktian dengandata-data empiris. 

Tidak adanya pembuktin empiris tidak berarti iman itu tidak memiliki kepastian, meskipun pembuktiannya terbatas, atau tak memiliki pembuktian data empiris, tapi pengalaman subyektif orang beriman itu memiliki kepastian yang sangat kuat.

Orang Kristen beriman bahwa Alkitab adalah Firman Allah, karena itu orang Kristen menggali Alkitab untuk mengenal Allah lebih dalam. Pengetahuan tentang Allah yang digali dari dalam Alkitab itu dipercaya sebagai Firman Allah yang memiliki kepastian, karena anugerah Tuhan, atau karya Roh Kudus menjadikan pengetahuan itu pengalaman subyektif dan memiliki kepastian.

Iman terhadap mujizat bagi beberapa hamba Tuhan itu sebuah kepastian, karena ada laporan Alkitab, dan mereka juga mengalami pengalaman langsung dengan mujizat. 

Terlepas benar atau tidak laporan-laporan terkait mujizat dengan data-data empiris, karena belum ada Penelitian yang mendalam. 

Ketika umat Kristen berdoa meminta mujizat, taka ada seorangpun yang tahu doa siapa yang dijawab Tuhan. Tapi, mereka percaya jika mujizat terjadi itu karena kemurahan Tuhan.

Perdebatan terjadi ketika iman dikaitkan dengan pembuktian. Mereka yang percaya bahwa Tuhan sanggup mengusir corona kemudian diminta membuktikan keyakinan imannya. Itu tentu saja tidak tepat. Karena tanpa pembuktian iman memiliki kepastian. Maka perdebatan pembuktian atas iman merupakan perdebatan yang tidak produktif.

Umat Kristen di bumi Nusantara ini perlu belajar mendengar satu dengan yang lain. Mendengarkan keyakinan iman saudara-saudaranya yang berbeda secara arif. 

 Mempromosikan keyakinan iman perlu dilakukan dengan cara-cara damai, seperti awal mulanya masuknya agama-agama di Indonesia. Karena iman mempunyai kepastian tapi tidak memiliki pembuktian.


Dr. Binsar A.Hutabarat, M.Th.

https://www.binsarhutabarat.com/2022/11/iman-dan-sains-jangan-diperdebatkan.html

Anti Kristus Jaman Now

  Anti Kristus Jaman Now: PGI, PGLII, PGPI, Aras Nasional Gereja Perlu Waspada!   Gereja pada awalnya adalah sebuah komunitas misioner...