Wednesday, September 25, 2024

Indoktrinasi agama

 



Indoktrinasi agama yang dilandasi semangat memurnikan agama tak memiliki landasan kuat dan perlu disudahi.

 Soal klaim agama yang murni

Mengakui sebuah keyakinan agama berasal dari Tuhan sah-sah saja, tetapi klaim bahwa hanya agama tertentu adalah murni dan berasal dari Tuhan, tentu saja tidak memiliki landasan. Semua pengalaman agama dengan Tuhan yang transenden adalah subyektif.

Bisakah kita membayangkan, dan memikirkan secara jernih, bagaimana Allah yang transenden yang tak terbatas dapat dipahami oleh yang terbatas?

Kita tentu bisa menerima bahwa Allah yang maha kuasa dapat menjelaskan dirinya dalam kemahakuasaannya untuk dikenal oleh ciptaan melalui berbagai cara. Tapi, apakah mungkin, individu yang terbatas itu dapat mengkonstruksi pengetahuan tentang Allah seperti Allah sendiri memahami diriNya?

Pengetahuan itu di konstruksi, bukan di transfer, jika pengetahuan tentang Allah itu di transfer maka tidak ada keterlibatan manusia untuk mengkonstruksi pengetahuan tentang Allah. Pada konteks ini klaim agama yang murni menghadapi kesulitan.

Jika manusia tidak dapat merespon apapun terhadap pengetahuan tentang Allah, maka manusia seperti robot yang mengatakan apa saja dari pembuat robot itu.

Indoktrinasi agama

Indoktrinasi agama sudah waktunya ditinggalkan, karena indoktrinasi agama membelenggu kebebasan berpikir seseorang untuk memilih agama dengan kebebasan.

Parahnya lagi, indoktrinasi agama hanya akan menghadirkan pasukan pelindung doktrin agama tertentu, yang kerap menimbulkan konflik anatar agama, padahal yang melindungi agama itu Tuhan. Bukan manusia yang melindungi Tuhan, tapi manusialah yang bergantung pada Allah yang berdaulat.

Apakah yang dimaksud agama yang murni? Apakah agama yang dihakimi Tuhan sebagai agama yang murni? Bukankah saat ini Tuhan masih membebaskan agama apapun ada di bumi?

Menurut saya klaim suatu agama itu murni dari Tuhan hanyalah sebuah keyakinan iman, dan tak seorangpun dapat membuktikan agama yang diyakininya murni dari sang pencipta.

Apalagi menuduh  agama-agama lain memanipulasi agama yang murni. Anggapan adanya agama yang memanipulasi agama lain itu pun tak dapat dibuktikan, lagi-lagi itu hanya klaim subyektif individu.

Lantas untuk apa debat atau pertarungan individu atau kelompok yang saling mengklaim diri sebagai agama yang murni?

Bukankah semua argument untuk membenarkan klaim sebuah agama itu murni tidak ada landasannya? Klaim hanya benar sebatas argumentasi yang mendukung klaim itu. Jika kita tidak tahu segala sesuatu bagaimana mungkin ada klaim yang absolut?

Menurut saya kerinduan untuk mentaati Tuhan dengan menjaga ajaran agama yang murni boleh-boleh saja, asalkan dimaknai sebagai sebuah perjalanan untuk mengenal kebenaran agama lebih baik, artinya tidak pernah ada pada suatu saat tertentu hadir agama yang murni sebelum Tuhan sendiri menghakiminya.

Untuk menjaga kemurnian agama menurut saya justru kita perlu terbuka dengan agama-agama  lain dan berdialog dengan jujur untuk saling belajar, karena dengan saling belajar kita bukan hanya lebih memahami agama-agama lain, tetapi juga memahami agama yang kita anut. Karena itu Indoktrinasi adanya agama yang murni perlu dihindari.

Satu Tuhan banyak agama memiliki landasan dalam Pancasila, karena itu dialog agama-agama memiliki landasan di bumi Pancasila bukannya usaha-usaha untuk melakukan indoktrinasi agama.

https://www.binsarinstitute.id/2024/09/indoktrinasi-agama.html 


No comments:

Post a Comment

Agama Global

  Agama Global Katolik VS Protestan: Indiferentisme dan Non-Indiferentisme agama Agama global menurut saya bisa muncul dengan pemaksaan,...