Podcast Rukun Beragama

Video

Thursday, July 24, 2025

Visi Kemuliaan Tuhan

 


 

 Tanpa Visi kita tidak mampu membuat proyeksi apa yang ingin kita kerjakan, dan tanpa tahu mengapa kita ada, dan bagaimana kita ada kita tidak tahu kemana kita akan pergi.

Dua puluh tahun lampau sebelum saya berhenti melayani di Ngabang, Landak, Kalimantan Barat, Yulianus bersama istri melayani di sebuah taman bacaan, dan membentuk kelas- kelas pemuridan.

Tahun 2005 dua orang teman angkatan nya juga melayani di Ngaban, Simon Leunokas dan Yesaya Pinis, Mereka berdua bernaung di institusi Gepenri.

Landak waktu itu bukan daerah yang ramai, melayani di tempat yang relatif sunyi itu tidak mudah, apalagi mereka yang telah menikmati hingar bingar nya kita metropolitan Jakarta. Pernah seorang pengusaha yang beralih menjadi Pendeta dan praktik di Landak memutuskan tidak melanjutkan pelayanan dan kembali ke kita metropolitan.

Wajar saja jika saya mengagumi tiga manta mahasiswa saya yang terus berkarya di Landak dengan tantangan yang tidak mudah. bahkan saat ini Landak telah memiliki hotel bintang lima ujar Yulianus saat kamu berbincang pelayanan nya 

Dengan semangat dia mengatakan, sebagai hamba Tuhan kita harus bisa berkarya pada situasi dan kondisi apapun, itu yang bapak ajarkan pada kami. Dan itulah sebabnya kami bisa berkarya dimanapun Tuhan tempatkan kami.

https://www.binsarinstitute.id/2025/07/visi-kemuliaan-tuhan.html 

Tuesday, July 22, 2025

Perjalanan Waktu

 



Waktu adalah sebuah durasi, waktu ibarat sebuah perjalanan, kita tidak bisa mundur, karena waktu sebuah gerak maju. Artinya waktu bukanlah kekalan tetapi waktu itu terbatas.

Perjumpaan saya dengan mereka yang dulu menjadi murid-muridku kala itu aku lebih sering mengajar mereka kini berubah, aku perlu lebih banyak mendengar. Dua puluh tahun membuat wajah Yulianus, Yesaya Pinis, Simon Leunokas yang dulu muda, melalui perjalanan waktu telah menjadi Ayah dengan banyak anak, dan tampilan lebih percaya diri. Pengalaman pelayanan yang tidak mudah, menjadi pemimpin keluarga, tokoh masyarakat membuat mereka patut di dengar Setidaknya itu terbukti ketika mereka bercerita tentang perjuangan mereka melayani di Landak, Kalimantan Barat.

Perjumpaan kamu memang singkat, kesibukan membuat kamu harus berusaha keras menyisihkan waktu yang terus berjalan, dan momen perjumpaan kami membuktik dalam waktu kita semua perlu berubah, tentunya ke arah yang lebih baik. Sebaliknya, berhenti adalah menghilangkan kesempatan menjadi lebih baik.

Syukurlah Tuhan berada dalam waktu dan tidak terpenjara dalam waktu. tapi sebaliknya Tuhan yang kekal itu bukan hanya berdaulat dalam waktu kita, tetapi juga ketika kita masuk dalam kekalan.

Kiranya perjumpaan yang singkat ini membuat kami lebih baik mengelola waktu dan terus menapaki jalan Allah untuk menuju pada kekekalan. 

 https://www.binsarinstitute.id/2025/07/perjalanan-waktu.html

Monday, July 21, 2025

Napak Tilas

 

 


Mengunjungi Landak, Pontianak, Kalimantan Barat bagiku seperti membuka kembali lembaran perjuangan masa lampau. Perjalanan Napak Tilas yang bermanfaat untuk membuat proyeksi lembaran baru sebuah periode masa.

Berbeda dengan 23 tahun yang lampau, Pontianak kini menjadi kota yang biasa dengan kemacetan, tapi perjalanan menuju Landak ternyata tak banyak berubah, maksud saya sempit nya jalan, meski jalan terbilang baik, tetap saja perlu hati hati, apalagi jika mobil berukuran besar melintas.

Untuk efektifitas kerja, secara khusus antisipasi perjalanan darat yang cukup jauh, maka saya menginap di Bengkayang. Hotel Lala Golden jadi pilihan, dan menginap di hotel ini cukup menyenangkan. Dari hotel tempat saya menginap perlusatu jam untuk ketempat tugas. Sedangkan perjalanan Pontianak Bengkayang semalam memerlukan waktu empat jam. Karena saya mendarat sekitar jam enam di Pontianak, dan sempat makan malam, maka sekitar jam dua belas malam saya tiba di Hotel Lala Golden Bengkayang.

Hari ini saya berharap bisa lagi membaca jejak perjuangan masa lampau, tahun 2003-2006 saya kerap berkunjung ke Landak. Harap ada cerita indah dari  dari teman teman yang bertugas di Landak, Pontianak.

https://www.binsarinstitute.id/2025/07/napak-tilas.html

Sunday, July 20, 2025

Obral Gelar Doktor

 Memiliki gelar doktor tampaknya telah jadi kebutuhan, tak peduli apakah gelar menunjuk pada kompetensi atau tidak, yang penting bisa menyandang gelar doktor.

Apalagi bagi mereka yang gemar tebar pesona di ruang publik. Akibatnya, obral gelar doktor marak di negri ini. Alhasil, kita tidak bisa lagi membedakan kualifikasi sarjana, magister atau doktor , secara khusus ketika kita melongok media sosial. 

Produk medsos jadi sulit untuk bahan ajar. Bukannya pencarian pengetahuan yang utama, tapi siapa saja bisa menciptakan kebenaran berdasarkan framing.

Pemerintah Indonesia tampaknya mengintip bahaya itu, khususnya kementrianpendidikan yang menawarkan kebijakan deep learning. 

Generasi muda korban medsos memiliki kedangkalan pengetahuan, banyak informasi tapi analisis rendah, segalanya di telan, tanpa dikunyah.

Apa jadinya dengan masa depan pendidikan tinggi di negri ini, Akses masyarakat terhadap pendidikan masih sangat rendah, dan pengangguran lulusan pendidikan tinggi kian menggunung.

Masih mungkinkah kita meningkatkanmutu pendidikan tinggi pada era generasi instan masa kini? 

Semuanya tergantung kita semua. 


 

 https://www.binsarinstitute.id/2025/07/obral-gelar-doktor.html

Mencari Tuhan?

 


Mencari Tuhan

 

Manusia yang mencari Tuhan akan menemukan Tuhan, tapi pada sisi lain manusia yang mencari Tuhan itu sedang meninggalkan Tuhan. Bukankah Adam dan Hawa menyembunyikan diri dari Tuhan yang mencari manusia berdosa. Ini tentulah sebuah paradoks menurutku.

Bagaimana mungkin manusia yang menyembunyikan diri dari Tuhan itu berkeinginan mencari Tuhan? Sebuah paradoks  yang tak mudah memahaminya.

Sejak kecil aku dibimbing orang tua untuk mencari Tuhan, atau setidaknya belajar mengenal Tuhan, itu sebabnya aku di bawa orang tua ke gereja. 

Tapi herannya, Ayah tak rajin ke gereja, beliau pergi ke gereja pada hari-hari tertentu, biasanya pada acara Natal dan Tahun Baru. Tapi aku belajar banyak terkait idealisme dan dedikasi pada pekerjaan yang tak banyak kujumpai dari mereka yang rajin beribadah sekalipun.

Pada tahun 1986 saat itu aku berada pada semester akhir perkuliahan, aku sedang gundah gulana, karena tak tahu apa yang menjadi capaian masa depan. Pada saat genting itu hadirlah beberapa teman SMA yang sangat bergairah bersaksi bahwa mereka telah menemukan Tuhan yang sejati.

Beberapa teman yang bersaksi itu tak memiliki pengetahuan agama yang luar biasa, tapi mereka mengatakan telah menemukan Tuhan yang sejati, dan menerimanya dalam hati mereka. 

Lagi-lagi sebuah paradoks, Allah hadir dimana-mana, karena dia maha hadir, menurutku wajar saja jika Allah itu hadir pada hidup temanku itu, tapi sebelumnya dia mungkin tak menyadari kehadiran Yang Maha Hadir. 

Ketika pertama kali mendengar istilah menemukan Tuhan itu aku juga bingung, apalagi ketika mereka menyaksikan pengalaman-pengalaman baru yang membahagiakan hidup mereka.

Karena ingin menghargai teman-teman yang baik dan rajin mendoakan agar aku menemukan Tuhan seperti mereka, dalam arti mengalami perubahan hidup, aku ikut saja apa yang mereka katakan, jadilah aku layaknya murud mereka.

Kesaksian mereka aku telan bulat-bulat dalam arti aku percaya mereka jujur, tapi aku bingung karena itu kan pengalaman pribadi, Sering aku berpikir, apa perlu dipaksakan pada yang lain, atau tepatnya, apa perlu semua orang mengalami hal yang sama dengan teman ku itu?

Beberapa bulan kemudian, aku pun mengalami pengalaman seperti mereka, aku merasa ada perubahan hidup yang dapat ku lihat secara nyata, dari orang yang biasa minum-minuman keras, merokok dan beberapa kebiasaan buruk, aku bisa terbebas. Aku menemukan Tuhan!

Perjalanan menemukan Tuhan ternyata tidak pernah final, aku terus menyusuri jejak Tuhan, dan jejak Tuhan itu kerap kulihat hilang dari mereka yang menyaksikan menemukan Tuhan. 

Aku mulai berpikir, mengapa jejak-jejak Tuhan itu tidak semakin jelas, bahkan pada kebanyakan mereka yang bersaksi menemukan Tuhan jejak Tuhan tidak lagi terlihat.

Dengan belajar teologi aku mulai mencari jawab, bukan manusia yang mencari Tuhan, tetapi Tuhan yang mencari manusia. Tapi bukankah Tuhan tidak pernah meninggalkan ciptaanNya? 

Bukankah Tuhan menyatakan diri secara umum kepada semua manusia, dan juga secara khusus kepada siapapun yang Tuhan ingin jumpai? 

Siapa yang menjamin Tuhan hanya akan menjumpai orang-orang tertentu, atau orang-orang dalam agama tertentu?

Perjumpaan Tuhan secara khusus itu kerap diklaim sebagai perjumpaan yang nyata, obyektif, dan berarti absolut. Padahal, jika manusia tidak tahu segala sesuatu, maka manusia tidak bisa mengklaim pernyataannya adalah benar, tanpa salah. Klaim kita hanya benar sebatas argument atau data serta fakta yang mendasari argument itu.

Aku mencari Tuhan, semua agama mencari Tuhan, tapi bagaimana yang transenden bisa dijumpai manusia? Bagaimana manusia yang terbatas bisa mengklaim perjumpaan dan pengalamannya dengan Tuhan adalah pengalaman yang sempurna? 

Bukankah kita masih berada dalam perjalanan mencari Tuhan, dan secara bersamaan mendapatkan pengetahuan tentang Tuhan melalui anugerah penyingkapan diri Tuhan?

Jangan menghakimi!

https://www.binsarinstitute.id/2024/09/mencari-tuhan.html 

Metode Penelitian (1)

Metode Penelitian kualitatif by binsar antoni hutabarat https://www.binsarinstitute.id/2025/08/metode-penelitian-1.html